Chapter 12 : Gerbang Jiwa

6 1 0
                                    

Di mana aku?

Setelah dunia terlihat berputar – putar, aku tiba di tempat yang gelap nan pekat.

Apa ini kematian?

Astaga! Tikus itu! Apa yang dia lakukan sebenarnya?

"Rahl!"

Seseorang memanggil namaku berulang – ulang. Sesaat kegelapan ini memudar, suara itu semakin jelas terdengar.

Sosok yang memanggil namaku itu mulai terlihat rupanya. Seorang wanita yang memakai jas laboratorium.

"Alisha?"

Wanita itu berkacak pinggang dan terlihat sedikit kesal.

"Aku telah memanggilmu berulang kali lho! Jangan tidur terus!"

Eh? Tertidur?

"Kok bisa?" Aku melihat Alisha berdiri tanpa kursi rodanya.

"Anak kecil memang payah!" Suara yang menggetarkan itu berasal dari kadal yang kepalanya berada jauh di atas kepalaku.

"Pendapat kadal tidak dihitung. Hei! Bukannya tadi kau melakukan sesuatu yang mengerikan terhadap kami, Bahamut?" Mataku menatapnya tajam.

"Hanya melepaskan kepala saja. Itu tidak kejam kok."

Seluruh otot dalam tubuhku berteriak untuk meninju selangkangan kadal tua ini. Andaikan saja kulitnya tidak sekeras baja, pasti sudah aku lakukan setiap detik.

"Jadi, apa yang harus kami lakukan di sini? Dan Apa Alisha sudah sembuh?"

Kadal itu perlahan diselimuti oleh angin yang berwarna kehitaman dan perlahan melebur menjadi bulir – bulir cahaya. Dari bulir yang tersisa muncul sosok tupai yang merupakan perwujudan lain dari dirinya.

Bahamut yang telah merubah wujudnya itu turun perlahan ke telapak tangan Alisha yang terbuka lebar.

"Tidak perlu khawatir, Anak Kecil. Alisha sudah sembuh sepenuhnya. Dan selanjutnya, adalah ini." Sesaat Bahamut menjentikkan jarinya, muncul sebuah pintu yang entah dari mana asalnya.

Pintu itu terlihat begitu tinggi. Saking besar dan megahnya, ini lebih layak disebut sebagai gerbang pintu kerajaan.

"Apa ini, Bahamut?"

Sesaat aku mencoba menyentuhnya, ada sebuah sengatan listrik yang cukup mengejutkan.

"Jangan menyentuhnya, Anak Kecil. Itu adalah gerbang jiwa milikku."

"Gerbang jiwa!" Mata Alisha langsung berbinar terang.

"Alisha jangan disentuh!"

Peringatanku itu tak didengar olehnya. Hingga ia mengeluarkan suara desahan kecil saat menyentuh benda besar tersebut. Entah mengapa? Suara itu cukup menggemaskan.

"Hoi!" Aku langsung menahan Alisha sesaat dia mencoba menyentuhnya lagi.

"Ini demi ilmu pengetahuan, Rahl!"

"Ilmu pengetahuan jidatmu! Kau hanya penasaran!"

Bahamut lalu menjentikkan jarinya sekali lagi. Satu pintu lagi muncul di hadapan kami.

"Itu adalah gerbang jiwa milikmu, Alisha," jelasnya.

Monster yang haus akan rasa penasaran yang sedang kutahan ini tak lagi dapat kubendung. Dia berhasil melepaskan diri dan menyentuh pintu yang disebut sebagai gerbang jiwa miliknya. Alisha senang bukan kepalang.

Gerbang jiwa Alisha itu tidak sebesar milik Bahamut. Namun jauh lebih indah dan elegan. Warnanya putih nan bersih yang dihiasi ornamen keemasan. Bahkan ada papan namanya terletak di bagian tengah. Sungguh seperti pintu kamar seorang ratu.

Shitty World and Heroes [Vol. I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang