Chapter 22 : Selamat Tinggal

11 1 0
                                    

Dalam dimensi yang begitu putih nan bersih, sosok hitam yang menyerupai siluet manusia muncul. Sedikit demi sedikit, siluet itu mulai memperlihatkan wujud sejatinya. Sudah jelas kalau dia adalah seorang lelaki. Postur tubuhnya yang tegap dan bidang dada yang datar.

Pria itu terlihat mengenakan topeng. Ada bilangan hexadecimal yang tergores di topengnya. Ia juga memakai celana jeans dan jaket hijau berlapis cokelat.

"Siapa kau?" tanyaku.

"Kau yang siapa?" balasnya seketika.

Begitu mata kami bertemu, kengerian menyelinap masuk dan meremukkan jantung. Rasa sakit yang kurasakan membuat mataku terbuka sekali lagi.

"Kau sudah sadar, Rahl?"

Aku berusaha menjawab, namun tak ada bunyi yang terdengar.

"Tenanglah. Regenerasi tubuhmu sedang berlangsung."

Sesaat mataku menangkap pigmen warna, sumber suara yang familiar itu mulai terlihat wujudnya. Dia adalah Bahamut. Wajah besarnya terlihat dekat sekali.

Aku mencoba bertanya tentang keadaan Alisha kepadanya. Namun sekali lagi, tak ada bunyi yang keluar dari pita suara.

"Tenanglah, Rahl. Alisha juga baik – baik saja. Penyembuhannya jauh lebih cepat darimu." Ia menjawab pertanyaan yang tak sempat kuucapkan.

Aku terlupa. Dia bisa membaca pikiran.

Syukurlah. Mengetahui Alisha baik – baik saja membuatku merasa lebih baik.

Aku mencoba melihat sekitar dan mendapati tubuhku tengah melayang di dalam gelembung yang berisi suatu cairan. Tepatnya, aku tenggelam. Namun, masih bisa bernapas. Seolah cairan ini adalah udara untuk dihirup.

"Saat ini tubuhmu sedang kritis, Rahl. Aku hanya tidak habis pikir tentang serangan terakhir yang kau lakukan kala itu." Bahamut mendesahkan napas panjang, ia terlihat bingung. "Jika saja aku terlambat sedetik saja, mungkin kalian tidak akan bisa diselamatkan."

Aku ingin bertanya tentang hasilnya. Apakah kami memenangkan pertarungan atau tidak.

Bahamut mengelus rahangnya sesekali. Mungkin ia sedang mempertimbangkannya.

"Seri," ujarnya. "Karena aku harus menyelamatkan kalian di akhir pertarungan. Tapi jika itu tidak dihitung, maka kalianlah pemenangnya. Jujur saja, serangan yang kalian lancarkan sudah amat kuat. Itu sudah cukup membuktikannya. Terutama kamu ... Rahl. Kemampuan void-type milikmu itu seperti menghentikan waktu. Tetapi penggunaannya masih sangat tidak efisien. Tentu aku tidak bisa mengajarimu tentang hal yang tidak kuketahui."

Mendengar pujian atau lebih tepatnya kritikan atas pertarungan sebelumnya membuatku sedikit kecewa. Bohong jika aku tidak ada merasa senang. Hanya saja, dilihat dari manapun, itu sebuah kekalahan telak.

"Lagi – lagi, pikiranmu terus saja dipenuhi hal yang tidak perlu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apa pun lagi. Sekarang istirahatlah, Rahl. Biarkan tubuh dan jiwamu pulih."

Ya. Hanya itu yang bisa kulakukan sekarang. Menutup mata dan membiarkan sihirnya bekerja.

Penyembuhan memakan waktu hingga lima hari. Selama proses itu, aku hanya tersadar satu kali. Ketika penyembuhan selesai, tubuhku telah kembali seutuhnya. Walau ada bekas luka kecil di bagian dada.

Beberapa hari setelahnya, Bahamut mengumpulkan kami di depan jeruji miliknya. Dalam wujud kecilnya, ia membawa dua bingkisan. Satu dibungkus dengan warna merah dan satunya berwarna pink.

"Ini adalah hadiah atas kelulusan kalian," ujarnya.

Ia memberikan bingkisan berwarna merah kepada Alisha dan warna pink kepadaku. Sebelum aku menerimanya, Bahamut menukarnya kembali.

Shitty World and Heroes [Vol. I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang