JACK
"Kalau begitu aku pamit dulu. Terimakasih banyak sudah mengundangku untuk makan malam." Dia tersenyum. Sepertinya aku terhipnotis oleh senyumannya. Bagaimana dua ujung bibir itu tertarik ke atas, semburat merah di pipinya, matanya yang ikut menyiratkan senyuman.
"Jack? Ada apa?" Senyum itu sirna.
Gawat, aku melamun.
"Eh.. apa? Oh.. iya, sama-sama." Apa dia menyadari kalau aku memperhatikannya dari tadi? Aku mencari sesuatu di wajahnya, mungkin ekspresi yang sempat hilang tadi, senyumnya. "Tidak, Elli, aku yang harus mengucapkan terimakasih, dan maaf, kau jadi harus memasakkan makan malam untukku.
Elli hanya tertawa kecil, "tidak apa Jack, aku tidak keberatan disuruh memasak untuk siapapun." Kemudian dia menoleh, ke arah kebun, kebun kesayanganku. "Aku senang kau mau membawaku jalan-jalan hari ini. Banyak hal baru yang kupelajari. Termasuk cara membuat pupuk organik tadi." Kedua ujung bibirnya tertarik ke atas. Senyum itu! "Well, mungkin lain kali aku akan kembali kesini, masih banyak hal menarik yang bisa kupelajari." Elli mengalihkan pandangan padaku. "Tentu saja kalau kau tidak keberatan." Senyumnya berubah menjadi samar, dia menutup mulut dengan kedua tangannya dan.. bergumam mungkin? Apa yang dia gumamkan?
"Aku tidak keberatan kok, asal kau mau memasakkan makanan enak lagi untukku." Senyumku jahil. "Kalau begitu, ayo, kuantar kau pulang."
"Apa? Tidak perlu Jack, terimakasih. Aku tidak mau merepotkanmu." Elli menepuk pundakku. Pandangannya tajam. "Kurasa kau harus banyak istirahat setelah kecelakaan itu.
"Itu cuma kecelakaan kecil El, tidak ada luka parah. Aku baik-baik saja dan sudah merasa sehat lagi sekarang."
"Tidak bisa Jack, kau harus..."
"Hei Jack!" Suara familiar itu memotong pembicaraan kami. Aku menoleh dan mendapati Zack berjalan melintasi jalan setapak kecil menuju rumahku. Bahkan dari jarak sejauh itu suaranya terdengar jelas sampai ke sini, Zack memang luar biasa.
"Hai Zack." Sapa Elli ramah, "waktunya melaksanakan tugas rutin ya? Kalau begitu, kurasa aku harus segera pergi."
Apa? Hei, aku tidak akan membiarkan Elli pergi begitu saja. Dengan gesit aku mengamit sikunya dan menariknya lembut ke sisiku. Elli melemparkan tatapan heran padaku, yang kubalas dengan cengiran lebar.
"Hai Zack, bukannya hari ini kau libur?" Tanyaku setengah berteriak. Aku baru ingat kenapa aku bisa santai seharian ini. Kemarin malam Zack menemuiku dan mengatakan kalau dia akan libur hari ini, jadi aku tidak perlu bekerja terlalu keras.
"Apakah aku tidak boleh ke sini kalau sedang libur?" Bahkan dari kejauhan raut wajahnya yang berkerut terlihat jelas. Zack berjalan memasuki peternakan dengan menggotong tas yang kelihatan berat. Apa lagi ini? Masa dia mau pindah ke sini?
"Aku mengantarkan seseorang Jack, dia baru datang sore ini." Katanya cepat. Mungkin menyadari ekspresi anehku setelah melihatnya membawa tas koper itu.
Setelah menurunkan semua tas yang dibawanya, Zack berbalik dan berteriak keras. "Hei Nona, ke arah sini!"
Sesosok perempuan berambut pirang yang sangat kukenal mulai mendekat. Menggendong ransel dan membawa koper lainnya. Kakiku secara otomatis bergerak dan berjalan ke arahnya, perasaanku tidak karuan. Bagaimana dia bisa sampai ke sini? Apa yang dilakukannya di sini? Melihat semua tas-tas tadi, jelas dia tidak berniat untuk melakukan kunjungan singkat.
Begitu melihatku, perempuan berambut pirang itu berhenti, menatapku sejenak, dan menyengir lebar. "Halo J! Lama tidak ketemu ya."
Aku tidak membalas sapaannya dan langsung berlari memeluknya. Sudah lima tahun aku tidak bertemu dengannya, tapi aku sangat yakin ini Claire. Satu-satunya perempuan berambut pirang dan bermata biru laut yang kukenal hanya dia.
"J, aku tidak bisa... bernafas." Claire mulai memberontak dari pelukanku, "dan tas ini berat sekali, biarkan aku menaruhnya dulu." Mukanya cemberut menatapku.
Aku hanya tersenyum lebar ke arahnya, mengabaikan semua pertanyaanku sebelumnya. Aku sangat senang bisa melihat gadis kecilku yang satu ini, atau tidak. Dia sudah tidak bisa dibilang gadis kecil lagi. Ada perasaan sesak dan sesal yang aneh menyeruak di dadaku. Aku mengacak rambutnya dan beralih membawakan tas ransel besar dan koper yang dibawanya.
"Jadi Jack." dari kejauhan suara Zack yang menggelegar terdengar. Aku sampai lupa kalau Zack dan Elli masih di sini, "Claire ini siapa? Mantan kekasihmu atau bagaimana?" Aku menjawab pertanyaan Zack dengan senyuman jahil.
Setelah mengamankan semua tas dan koper Claire di beranda rumah, aku menuju halaman depan dan merangkul Claire. Melihat Claire sudah berbincang akrab dengan Zack, kupikir dia pasti sudah mengenalnya. "Claire, ini Zack. Dia partner setiaku dalam mengurus perkebunan."
Zack mengulurkan tangannya, yang disambut Claire dengan tatapan heran. "Kami sudah berkenalan tadi, tapi bukannya kau penjaga pantai?"
"Oh, aku punya banyak sekali pekerjaan Nona. Tergantung bagaimana kau mengenalku." Zack tersenyum puas. Dia memang selalu bangga dengan semua pekerjaan yang dilakoninya.
"Dan ini perawat paling berbakat di kota ini." Aku mengenalkan Elli pada Claire, "dia juga koki yang hebat." Aku menyengir jahil.
"Halo Claire, kalau kau butuh sesuatu silakan datang ke tempatku." Elli tersenyum ramah.
"Hai Elli, senang bisa bertemu denganmu." Claire balas tersenyum.
"Jadi Jack, benar ya Claire ini kekasihmu?" Zack menatap sengit kepadaku.
"Kekasih? J, kau tidak pernah cerita tentangku pada mereka ya?" Claire menatapku heran. "Aku bukan kekasihnya Jack. Aku adiknya. Mulai sekarang aku akan tinggal di sini, jadi mohon bantuannya ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Harvest Moon: A Fanfiction
FanfictionClaire memutuskan sudah saatnya dia menyusul Jack, kakaknya yang pergi meninggalkan rumah lima tahun lalu untuk mengurus lahan perkebunan di Mineral Town. Masalahnya, sudah bertahun-tahun berlalu sejak Claire terakhir kali pergi ke Mineral Town, dia...