Chapter 3

234 29 1
                                    

JACK

"Sudah kubilang kalau dia adikku."

Ini sudah kelima kalinya Zack bertanya padaku siapa Claire sebenarnya, sudah lima kali juga kujelaskan padanya. "Adik kandungku Zack, bukan saudara sepupu."

"Bagaimana mungkin dia adik kandungmu, kau bercanda" Zack tetap kukuh pada pendiriannya kalau Claire dan aku tidak mungkin bersaudara kandung. "Kalian berdua kelihatan seperti yin dan yang."

Aku menghela nafas panjang. Sudahlah, memangnya aku harus menjelaskan bagimana lagi? Aku dan Claire memang bertolak belakang dalam urusan penampilan. Claire lebih mirip Mom dengan kulit putih pucat, rambut pirang, dan badan mungilnya. Sedangkan aku sangat 'Dad', rambut hitam, kulit kecoklatan, dan postur tubuh yang tinggi. Kesamaan kami hanyalah mata biru laut turunan Mom.

"J, aku mau kamar di atas." Claire berdiri di anak tangga paling bawah. "Pemandangannya terlihat bagus dari atas sana."

"Tidak bisa Claire, kamar itu sudah berpenghuni." Aku menuangkan air mendidih dari ketel ke dalam mug berwarna lavender. "Duduklah, aku membuatkanmu teh Camomile."

"Siapa yang tidur di sana? Apa kau Zack?" Claire duduk di seberang Zack, menyeruput pelan tehnnya.

"Tidak, bukan aku. Aku punya rumah sendiri, kau tahu. Ada di pesisir pantai." Sahut Zack.

"Oh! Apakah rumah beratap merah marun? Itu rumahmu?" Claire berseru, "aku melihatnya waktu turun di pelabuhan.

"Kalau itu bisa disebut rumah." Aku terkekeh.

"Diam Jack! Aku tahu rumahku tidak sebagus punyamu, tapi itu nyaman dan bisa ditinggali. Itulah yang paling penting." Zack memberengut.

"Rumahmu bagus, aku suka warnanya." Claire menggumam. "J, kenapa kau tidak mengecat rumahmu dengan warna merah marun seperti milik Zack?" dia mengalihkan tatapannya padaku, matanya berbinar.

"Tidak Nona, terimakasih." Aku segera menyahut sebelum Claire memunculkan ide aneh lainnya. Menurutku warna rumah Zack sangat buruk. Tidak perlu penjelasan, kau akan langsung tahu kalau melihatnya sendiri. Bayangkan saja kandang sapi yang berbentuk seperti rumah. Maaf, aku tidak bermaksud menghina.

"Tapi Jack, dimana Steve? Aku tidak melihatnya dari tadi." Zack mengalihkan pembicaraan.

"Steve? Siapa Steve?" Claire menatapku heran.

"Steven James, kau tidak tahu Claire?" Sekarang Zack yang heran. Mereka berdua memandangku. "Katamu dia adikmu, kenapa dia bisa tidak tahu Steve?"

Aku hanya bengong. Bagaimana aku menjelaskan Steve pada Claire? Aku tidak pernah menyangka kalau Claire akan datang ke sini, ke Mineral Town. Dia bukan tipe gadis yang seperti itu, suka daerah pedesaan dan mengurus perkebunan. Claire sangat.. kota. Adikku lebih memilih tinggal di apartemen daripada rumah luas yang memiliki halaman dengan banyak tanaman. Dia nongkrong di mall dengan temannya setiap akhir pekan. Jangan tanya dari siapa aku tahu semua itu, walaupun aku sudah lima tahun tidak bertemu dengannya, tapi kami masih saling berkomunikasi lewat surat. Claire selalu menceritakan semua barang keluaran terbaru yang dibelinya setiap minggu. Kemunculan Claire di Mineral Town ini lebih mengejutkan dari kenyataan bahwa Kappa itu nyata. Sangat mengejutkan. Karena itulah aku tidak pernah berpikir harus menceritakan tentang Steve pada Claire.

Bagaimana caraku menjelaskan kalau lahan ini bukan benar-benar milikku. Dia bisa menyeretku pulang sebelum aku bisa membela diri.

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang