Chapter 9

159 25 3
                                    

CLAIRE

"Maaf Claire, tapi aku sudah janji akan pergi dengan orang lain."

Aku hanya bisa bengong. Selesai sudah. Sekarang aku tidak tahu akan pergi ke festival dengan siapa. Jack tertawa terpingkal-pingkal mendengar jawaban Steve barusan. Huh, kalau tahu begini seharusnya tidak usah kutanyakan sekalian.

"Claire, kau tidak mengerti masalah begini ya. Seharusnya kan pria yang mengajak wanita, bukan sebaliknya," Jack masih tertawa.

Steve hanya melemparkan tatapan bersalah padaku, kalau bukan karena ada Steve di sini, aku pasti sudah menjitak kepala Jack. Aku mendengus dan menatap Jack sengit, awas saja kau nanti! Sebenarnya kakakku ini Jack atau Steve sih, sudah 6 hari aku di sini tapi Steve lebih perhatian padaku daripada Jack.

Tapi, aku penasaran dengan siapa Steve akan pergi. Elli sudah jelas akan pergi dengan Jack, Karen dengan bangga menunjukkan foto pasangannya, yang ternyata adalah kakak laki-laki Popuri, pria yang terlihat canggung dan memakai kacamata bernama Rick. Jadi tinggal Mary, Ann, atau Popuri.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Jack membuyarkan lamunanku.

"J, kau tahu siapa pasangan Steve?" Todongku langsung pada Jack.

"Aku punya dugaan," jawab Jack tak acuh. Tangannya sibuk membalik surat kabar hari ini.

"Jadi?" Tanyaku lagi, tak sabar dengan sikap Jack.

"Yah, kau pasti kenal dengan semua gadis penari di festival kan. Kau tahu siapa saja yang sudah punya pasangan?" Jack akhirnya menutup surat kabarnya dan menatapku.

"Elli dan Karen," jawabku sambil berpikir. Sepertinya aku pernah mendengar Ann menyebutkan sesuatu tentang lelaki dari kebun anggur, tapi aku tidak yakin.

"Selain itu?" Tanya Jack lagi. Aku menggeleng.

"Pasangan Ann adalah Cliff. Dia menetap di Inn dan bekerja di kebun anggur," Jack menopang dagu, kelihatan berpikir. "Aku pernah mendengar kalau Mary dekat dengan Gray, tapi itu hanya gossip ibu-ibu saja," sahutnya kemudian.

Kalau bukan Ann dan Mary berarti... Popuri.

"Yah, sisanya tinggal seorang lagi. Aku tidak tahu apa mereka berdua berkencan, tapi yang jelas mereka lumayan dekat." Jack bangkit dari tempat duduknya dan keluar. "Aku akan menyusul Steve ke kebun, tolong siapkan makan malam ya."

Aku tidak menjawab. Otakku sibuk menyandingkan Popuri dengan Steve. Mereka berdua kelihatan sangat berbeda, Steve hampir seumuran dengan Jack tapi sikapnya sangat dewasa. Popuri, bisa dibilang dia kebalikan dari Steve. Hmm... menarik.

Oh ya, makan malam. Saat-saat seperti ini aku sangat merindukan makanan pesan-antar. Kenapa mereka tidak membangun restoran pizza saja sih di sini.

Untuk makan malam sebaiknya aku membuat yang mudah saja. "Mungkin dinner roll dan ayam panggang," aku mengecek lemari es. Ayam, madu, kecap, minyak. Eh? Rotinya tidak ada. Atau ayam panggang saja ya. Tapi setelah membayangkan pizza aku jadi ingin makan roti. Yah, jalan sebentar ke mini market tidak ada salahnya.

Aku bertemu dengan Steve di pekarangan. "Aku keluar sebentar ke mini market untuk beli roti ya." Steve hanya mengangguk.

Festival Dewi Spring, aku harus pergi ke sana bersama siapa? Jack dan Steve sudah punya pasangan masing-masing. Aku juga belum terlalu kenal penduduk Mineral Town dan tidak tahu siapa saja pria potensial yang bisa dijadikan teman kencan. Kenapa Elli tidak bilang sebelumnya kalau kita harus bawa pasang... "aw!" Seseorang menarik rambutku.

"Yo! Rambut pirang."

Aku menoleh dan melihat Gray. Dia memakai terusan yang kelihatan seperti seragam berwarna khaki yang sudah kotor di sana sini, bagian kancing kemejanya terbuka dan memperlihatkan kaus hitam polos yang dipakainya.

"Mau ke mana kau sore-sore begini?" Gray menyeka noda hitam di pipinya. Kenapa dia bisa kelihatan dekil begitu sih? Memangnya apa yang dia lakukan seharian ini? Bertambang?

"Aku mau ke mini market, beli roti untuk makan malam," jawabku sambil merogoh saku celana jinsku, mencari saputangan atau tisu poket yang biasa kubawa. "Nih, usap pakai ini, wajahmu kotor sekali." Aku mengulurkan lembar terakhir tisu poket yang kubawa.

"Terimakasih," Gray mengambil tisuku dan membersihkan wajahnya. "Kalau begitu aku ikut ya, kebetulan aku juga mau ke klinik."

"Kau sakit?" Aku memperhatikan wajah Gray. Sebelum ini aku tidak melihat dengan jelas, setelah diperhatikan ternyata dia lumayan juga. Wajahnya bersih dan garis rahangnya terlihat jelas. Belum lagi sorot matanya yang kelihatan percaya diri dan...

"Kenapa lihat-lihat? Kau naksir padaku ya." Gray menyeringai.

Dan jahil, percaya diri dan jahil. "Enak saja!" Kataku meninggalkan Gray. Kenapa juga aku harus jalan bersamanya.

"Haha.. Aku hanya bercanda." Gray menyusulku. "Aku mampir ke klinik mengambil obat untuk kakekku. Dia sudah tua dan sakit-sakitan tapi tetap saja memaksa bekerja," jelasnya.

Jadi Gray tinggal bersama kakeknya. Jack bilang Gray juga berasal dari kota, apa orang tuanya menetap di sana?

"Oh ya, rambut pirang." Gray berhenti berjalan.

Kenapa dia terus memanggilku rambut pirang sih, aku kan punya nama.

"Aku... ah, besok! Festival Dewi Spring... " Suara Gray kecil dan terbata-bata.

"Ada apa?" Aku mendekat supaya bisa mendengar suaranya lebih jelas.

"Apa kau sudah punya pasangan?" Gray menunduk. Ujung topinya ditarik rendah sampai menutupi matanya.

"Besok ya, sayangnya belum. Kakakku dan Steve sudah punya pasangan, aku tidak tahu harus pergi dengan siapa." Aku berbalik dan menatap matahari yang mulai menghilang.

"Kalau begitu, mau pergi denganku?"

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang