Chapter 7

191 26 0
                                    

JACK

Mineral Town termasuk kota yang menganut tradisi lama. Kami mengadakan banyak perayaan tiap tahunnya. Untuk musim semi saja kami punya 4 festival resmi yang selalu ramai pengunjung. Dimulai dengan perayaan tahun baru pada awal musim dan Cooking Fest menjelang akhir musim. Yang paling kutunggu, tentu saja Goddess Festival atau Festival Dewi Spring yang diadakan setiap tanggal 8 musim semi.

Festival Dewi Spring diadakan untuk memperingati hari ulang tahun Dewi Spring atau Dewi Panen. Kami penduduk Mineral Town memanggilnya Harvest Goddess, sosok yang dipercaya menjaga tanah Mineral Town dan melindungi setiap tanaman yang ditanam di kota ini. Festival Dewi Spring sendiri digelar di Rose Square, alun-alun kota yang terletak tidak jauh dari pesisir pantai. Bintang utamanya adalah pertunjukan tari yang dibawakan oleh gadis-gadis yang tinggal di Mineral Town. Mereka berdandan memakai kostum Dewi Spring dan menari diiringi musik tradisional.

Ada suatu tradisi tidak tertulis di antara para penduduk Mineral Town, bahwa para pria bisa mengajak gadis yang mereka sukai untuk jadi pasangan dansa selama Festival Dewi Spring. Semacam meminta para gadis untuk diajak ke acara prom, siapa cepat dia dapat. Aku, tentu saja akan meminta Elli untuk menjadi pasanganku, kalau dia bersedia.

Tahun-tahun sebelumnya aku terlalu sibuk mengurus lahan dan tidak sempat mengunjungi banyak festival. Tahun ini akan kubayar dengan mengikuti semua perayaan yang ada sampai ke setiap detilnya. Steven lah yang selalu rajin untuk ikut serta dalam setiap acara yang digelar penduduk Mineral Town, dan kurasa aku tahu siapa yang akan dia ajak untuk datang ke Festival Dewi Spring.

Karena sekarang sudah tanggal 3, waktu yang tersisa untuk mempersiapkan festival tinggal 4 hari lagi. Saat ini seluruh warga sedang sibuk-sibuknya. Bahkan ibu-ibu yang biasanya menghabiskan waktu sore bergosip di Rose Square tidak tampak batang hidungnya. Hal yang paling mengherankan adalah obrolan yang terdengar di Pub setiap malam berubah menjadi pakaian apa yang akan kau kenakan dan kudapan macam apa yang akan dihidangkan saat festival. Kudengar tahun lalu mereka menyajikan kukis berbahan dasar jeruk mandarin yang sangat susah ditanam di daerah sini. Tentu saja kukis itu langsung ludes dalam sekejap setelah disajikan.

Saat aku sedang membayangkan kukis jeruk mandarin, Elli mampir untuk menanyakan kondisi Claire. Dia menenteng keranjang piknik yang mengeluarkan bau harum. Aku mencoba mengintip dengan membuka sedikit penutupnya, tapi Elli langsung menepis tanganku.

"Tidak boleh Jack, ini untuk Claire." kata Elli menjauhkan keranjang itu dariku.

"Oh ayolah El, aku kelaparan." kataku memelas.

"Kalau begitu akan membuatkanmu omelet, tapi kau tidak boleh menyentuh keranjang itu sama sekali." Kata Elli melirik jam dinding. Sekarang masih terlalu awal untuk makan malam, tapi aku belum makan siang dan perutku keroncongan. "Jack, kau tidak punya telur lagi ya?" tanya Elli sambil mengecek keranjang telur yang hanya berisi satu butir telur ayam.

"Seharusnya masih ada beberapa di kandang ayam, akan kuambilkan." Omelet buatan Elli adalah yang terbaik, akan kupastikan untuk mengambil telur dengan kualitas super.

"Oh ya Jack, sepertinya ada yang bermasalah dengan lampu teras, kurasa kau harus memeriksanya." Tambah Elli lagi.

Elli benar, lampunya masih padam. "Sepertinya sensor otomatisnya rusak, akan kuperiksa nanti." Kataku bergegas keluar.

Saat kembali ke rumah, Claire sudah kembali dan sedang duduk di meja makan bersama Steve dan Elli. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu yang seru. Aku menyerahkan keranjang telur pada Elli dan ikut duduk di sebelah Claire.

"Jadi, ada apa?" tanyaku antusias.

"Kau tahu Jack, Claire menghilang karena mengikut Gray. Adikmu mengira Gray orang lain yang dia kenal." Elli menjelaskan dari dapur.

"Aku tidak mengikutinya! Aku hanya memastikan apa dia benar orang yang kukenal atau bukan." Sahut Claire keras. Wajahnya bersemu merah karena malu.

Gray? Mirip seseorang yang dikenal Claire? Yah.. aku tidak heran karena Gray juga dulunya tinggal di kota seperti kami, dia tidak lahir di Mineral Town. Aku bisa langsung mengetahuinya dari penampilannya yang berbeda dengan peduduk Mineral Town kebanyakan.

Setelah makan malam, Elli mengeluarkan sesuatu yang dibawanya untuk Claire. Cake berbentuk bulat berwarna keemasan dengan icing yang berwarna kuning lemon -sepertinya memang rasa lemon karena baunya kentara sekali- yang menguarkan wangi harum yang khas.

"Oh ya Claire, aku tadi mampir untuk bertanya padamu." Kata Elli sembari menyuap cakenya. "Tanggal 8 nanti kami akan mengadakan Festival Dewi Spring. Aku sudah bicara dengan Mayor Thomas dan dia juga setuju."

"Setuju untuk apa?" Claire berhenti makan.

"Tentu saja ikut menari di festival. Aku dan teman-teman yang lain akan senang sekali kalau kau mau ikut." Jawab Elli senang. "Kami sudah menyiapkan kostumnya, kau hanya perlu berlatih beberapa jam tiap hari untuk tariannya, tidak terlalu sulit kok." Elli semakin antusias.

Aku menoleh pada Claire, memperhatikan reaksinya. Aku bisa menebak apa yang dia pikirkan sekarang. Claire menari? Hahaha... itu adalah hal terakhir yang kubayangkan akan dilakukan olehnya.

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang