Chapter 20

150 24 0
                                    

CLAIRE

Gray membawaku ke tambang yang terletak di dekat pemandian. Pintu masuknya tersembunyi di belakang air terjun kecil, di antara rumpun bambu. Jack pernah menunjukkannya padaku sekali, saat kami berkeliling Mineral Town. Jack bilang Mineral Town punya satu tambang lagi yang terletak di kaki gunung. Tapi tambang itu berada di tengah danau dan hanya bisa diakses di musim dingin, saat air danau jadi beku dan bisa dilewati.

Karena bertambang bukan penghasilan utama Mapple Farm, Jack dan Steven hanya bertambang saat mereka tidak bisa menanam tanaman di kebun, atau saat mereka membutuhkan bijih besi untuk memperbaiki peralatan.

Tapi Gray terlihat sangat familiar dengan tempat ini. Bahkan dalam tempat yang minim cahaya seperti ini dia bisa berjalan lurus tanpa tersandung apapun. Jangan tanya padaku, entah sudah berapa kali aku tersandung dan hampir jatuh.

Kami berjalan cukup jauh memasuki tambang. Aku heran kenapa orang tidak merasa sesak masuk ke dalam tempat sempit dan gelap seperti ini. Dan bagaimana cara mereka menemukan batu berharga di tempat ini? Apa batu-batu itu muncul begitu saja dari tanah?

Setelah beberapa langkah, jalan yang kami lewati mulai melebar dan kami berhenti di suatu ceruk yang membentuk ruangan besar. Aku terkejut saat menemukan kolam kecil yang dihujani sinar matahari di dalamnya. Aku mendongak dan melihat lubang kecil di langit-langit tambang tempat cahaya matahari menerobos masuk.

"Ini tempat favoritku." Gray duduk di atas batu besar di pinggir kolam. "Aku biasa makan siang di sini," tambahnya.

Aku mencari batuku sendiri untuk duduk. Tapi tidak bisa menemukan batu yang kelihatan nyaman seperti punya Gray. Bebatuan di sini rata-rata berbentuk abstrak dan runcing, yang jelas tidak bisa dibuat tempat duduk.

Sepertinya Gray menyadari kondisiku dan menggeser duduknya. Aku duduk di sebelah Gray dan menatap air kolam yang tenang. Tidak tahu harus bicara apa.

"Kenapa kau datang ke sini? Ke Mineral Town," tanya Gray memecah keheningan.

"Kau sendiri kenapa tinggal di sini? Kau tidak berasal dari sini kan?" Aku balik bertanya pada Gray.

"Bisakah kau berhenti melempar balik semua pertanyaan yang ditanyakan padamu?" Gray mendengus kesal. "Aku di sini karena Ibuku menyuruhku belajar jadi seorang pandai besi, seperti kakek."

"Dan kau mau begitu saja?"

"Aku tidak punya alasan untuk menolak."

"Tapi Gray, kau tidak terlihat senang di sini. Kenapa kau tidak kembali saja ke kota bersama orang tuamu? Paling tidak kau sudah memenuhi permintaan Ibumu untuk belajar jadi pandai besi."

"Awalnya aku memang tidak senang. Tapi Gramps terus berkata dia merasa bersalah juga malu pada Ibuku dan bertekad agar menjadikanku pandai besi terbaik yang pernah ada. Aku juga marah, tapi tidak ada yang bisa kulakukan."

"Apa yang terjadi? Kenapa Tuan Saibara-"

"Anak Gramps, ayahku, pergi meninggalkanku dan Ibuku berdua saja waktu aku kecil," jawab Gray cepat.

Aku merasa bersalah sudah bertanya. "Oh Gray, aku ikut menyesal." Kataku sungguh-sungguh.

"Tidak perlu. Aku tidak pernah mengenalnya, jadi aku tidak merasa kehilangan siapapun." Gray berkata dengan ekspresi datar.

Kami hanya diam beberapa menit. Sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Aku hanya ingin membuktikan pada Gramps kalau aku bisa menjadi pandai besi sebaik dia. Dan membuat ibuku bangga."

"Kalau kau pasti bisa. Aku yakin."

"Thanks, Claire."

"Jadi. Aku mau menagih janjimu." Aku menghadap Gray dan duduk memeluk lutut. "Kenapa Jack membuat kalung berbentuk bulu? Apa dia cerita sesuatu padamu?"

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang