Chapter 12

182 24 1
                                    

JACK

Tempat ini mengingatkanku akan banyak hal. Kebanyakan bukan sesuatu yang menyenangkan. Tapi di tempat inilah aku pertama kali bertemu dengannya. Sejak saat itu, semua hal yang tidak menyenangkan dalam hidupku perlahan mulai menghilang.

Atau tidak.

Well, aku mengakui kalau keputusanku meninggalkan rumah begitu saja sangat kekanakan dan tidak keren. Tapi aku tidak menyesal. Aku punya kehidupan yang bagus di sini. Lagipula aku sudah janji dengan seseorang.

*****

"Y!"

...

"Ey!"

...

"Hey!"

Aku membuka mata. Ada seorang gadis kecil berdiri menunduk di atasku. "Maaf aku membangunkanmu. Tidurmu tenang sekali, kukira kau sudah mati."

Aku bangkit dari posisi tidurku. Cih, siapa anak kecil ini, mengganggu tidur siang orang lain saja. Rasanya ingin memarahinya, tapi dia hanya gadis kecil yang lugu. Lihat saja pipi tembamnya dan matanya yang membulat karena kelewat penasaran.

"Kau siapa?" Tanya gadis kecil itu, "aku tidak pernah melihatmu di sini."

Di sini itu maksudnya Mineral Town? Tentu saja, aku hanya datang sebentar untuk berlibur. Kalau saja Dad tidak sibuk dengan telepon yang masuk hampir setiap jam, dan Mom yang repot mengurusi si kecil C.

"Kenapa diam saja?" Gadis kecil itu duduk di sebelahku. "Kau marah padaku ya?" Tatapannya berubah sayu.

Oh tidak Jack, lihat apa yang sudah kau lakukan. Kau membuat anak itu sedih, padahal dia tidak salah apa-apa. Jangan lampiaskan kemarahanmu pada orang lain.

"Namaku Jack." Kataku pelan. "Aku ke Mineral Town untuk liburan."

"Wah! Kau tau Jack, ini sempurna!" Gadis kecil itu kembali antusias. Matanya membulat karena senang. "Aku sedang mencari teman untuk bermain. Tapi semua orang di Mineral Town sedang menyebalkan sekarang ini, mereka mengabaikanku dan sibuk dengan urusan mereka sendiri. Lalu aku bertemu denganmu! Kau mau bermain denganku kan? Aku akan menunjukkan padamu hal-hal menyenangkan yang ada di kota ini, bahkan orang dewasa pun tak tahu."

Aku bengong. Gadis kecil ini berisik sekali kalau sudah bicara. Tapi aku tidak membencinya, kurasa punya teman main menyenangkan juga. Yah... walaupun teman mainku adalah anak perempuan kecil berumur... berapa usianya ya. Sekitar 4 atau 5 tahun mungkin, dia kecil sekali.

"Bagaimana Jack? Kau pendiam ya. Lagipula tidak seru kan kalau hanya duduk dan diam saja di sana. Kau kan sedang liburan."

Benar-benar gadis kecil yang cerewet.

"Jack!"

"Baiklah... aku akan bermain denganmu." Kataku pasrah.

"Nah! Begitu dong. Kau seharusnya lebih banyak bicara. Kau kan laki-laki."

Kata siapa laki-laki harus lebih banyak bicara?

"Pertama, bagaimana kalau kita berkenalan dulu. Dan kau Jack, ceritakan tentang dirimu. Bagaimana rasanya tinggal di tempat di luar Mineral Town?"

*****

Aku tidak ingat sudah berapa hari aku menghabiskan waktu di Mineral Town. Aku bangun pagi-pagi sekali, kemudian sarapan di konter penginapan. Laki-laki penjaga penginapan selalu memberiku bonus telur dan lebih banyak susu karena aku bangun lebih pagi dari yang lain, dan semuanya masih hangat. Setelah mandi, aku menyelinap keluar dan bermain. Aku sudah tidak marah lagi pada Dad, dan tidak kecewa lagi pada Mom. Aku bahkan menawarkan diri menjaga si kecil C saat malam, supaya Mom bisa turun ke lantai bawah dan minum beberapa gelas anggur.

Ke mana aku pergi bermain seharian? Ke tempat menakjubkan yang belum pernah kupikirkan sebelumnya. Kau tahu di kota tempat tinggalku hanya berisi gedung-gedung tua yang tinggi dan membosankan. Tapi di Mineral Town sama sekali berbeda. Aku berkenalan dengan Kakek James, pemilik peternakan yang sangat luas, dan bermain di sana seharian. Aku mengumpulkan telur, menggoda ayam-ayamnya - yang berakhir aku balik dikejar oleh ayam-ayam itu-, menunggangi sapi dan kuda, bermain di sugai. Sesekali aku pergi ke hutan dan tercebur ke dalam danau karena berusaha memetik buah berry. Aku pulang dengan pakaian basah kuyup, tapi itu menyenangkan sekali. Dan gadis kecil itu selalu menunjukkanku tempat baru setiap harinya. Menceritakan dongeng-dongeng yang susah dipercaya. Setiap malam sebelum tidur, aku berkata pada diriku sendiri bahwa tempat ini menakjubkan dan aku akan tinggal di sini selamanya.

Tentu saja itu bohong.

Aku tidak akan tinggal di sini selamanya. Keesokan harinya Mom mulai berkemas, aku tahu sudah waktunya pulang. Waktu bermain sudah selesai. Aku marah dan memberontak pada Mom, dan menyelinap kabur. Di ujung jalan penginapan, aku berpapasan dengan gadis kecil itu.

"Kau mau pulang ya?"

Dia tahu aku akan kembali. Raut wajahnya masam.

"Kau tahu, aku senang bertemu denganmu. Aku juga senang bisa bermain denganmu, walaupun cuma sebentar." Kata gadis kecil itu lagi. Dia bicara sambil menunduk.

"Aku akan kembali." Kataku tiba-tiba. Tanpa berpikir.

"Apa? Benarkah?" Gadis kecil itu mengangkat wajahnya dan menatapku senang.

"Ya, tentu saja. Aku akan kembali dan tinggal di sini selamanya. Aku suka di sini." Apa yang kau katakan Jack, kau tahu itu tidak mungkin.

"Aku janji."

Gadis kecil itu memelukku. Badannya lebih kecil dan lebih pendek dariku, aku bisa mencium wangi stroberi di rambutnya.

"Kau sudah janji, kau harus benar-benar kembali ya."

Aku melepas pelukannya dan memegang kedua bahunya. "Tenang saja, laki-laki selalu menepati janji. Aku akan kembali ke sini dan bermain lagi denganmu."

***

Aku membuka mata. Belakangan ini ingatan tentang masa kecilku selalu berputar di kepalaku. Tentang gadis kecil itu dan Mineral Town yang kulihat semasa kecil. Tentu saja semua sudah berubah sekarang. Aku menyadari kalau menjadi anak-anak membuat semua hal terlihat menyenangkan.

"Kau tertidur, Jack."

Aku menoleh dan menemukan sosok Elli, duduk di sebelahku. Dia belum mengganti gaunnya dari Festival Dewi Spring tadi. "Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kali ini tidak." Jawabnya sambil tersenyum kecil, tangannya menyampirkan anak rambut ke belakang telinga. "Aku tidak mau membuatmu marah lagi." Elli tertawa pelan.

Aku hanya tersenyum dan kembali menatap langit.

"Kau tahu Jack, kau selalu kelihatan tenang saat tidur, terlalu tenang. Aku sering mengira kau sudah mati."

Aku menoleh ke Elli lagi, kata-kata itu persis seperti dulu.

"Elli"

"Hmmm?"

"Menikahlah denganku."

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang