Chapter 18

191 22 0
                                    

JACK

"Pilih yang ini saja, J." Aku menoleh dan melihat Claire mengangkat tali rantai kecil berwarna perak. "Kelihatan lebih elegan kalau pakai ini." Claire memasangkan rantai itu dengan bandul biru kecil yang diletakkan di atas meja.

"Aku setuju dengannya." Gray ikut menyahut dari kejauhan.

Kuperhatikan lagi deretan tali kalung di atas meja. Awalnya Tuan Saibara hanya mengeluarkan tiga macam tali, yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Claire. Setelah itu Tuan Saibara mulai mengeluarkan jenis tali kalung lain yang jarang dia pakai, dan Claire terpaku pada tali kalung kecil berbentuk rantai. Setelah sepuluh menit bingung apakah lebih bagus warna emas, perak, atau hitam, akhirnya Claire menemukan jawabannya. Jujur saja, aku sih lebih suka tali berbahan suede berwarna coklat yang pertama kali dikeluarkan Tuan Saibara, kelihatannya lebih tradisional dan cocok dengan tradisi Mineral Town. Tapi Claire melirik sinis padaku dan aku langsung menyingkirkan jauh-jauh gagasanku tentang unsur tradisional tadi.

"Jadi bagaimana?" Tuan Saibara berdeham dari balik meja kerjanya. "Apa kau sudah menemukan tali mana yang akan kau pakai, Jack?"

"Aku ikut Claire saja," kataku mengangguk pada Claire.

Claire menyerahkan tali dan bandul kepada Tuan Saibara. "Oh... aku tidak bisa berhenti memandangi bandul kalung ini, indah sekali," kata Claire.

Tentu saja. Aku mengamati pendar kebiruan yang dikeluarkan bandul kalung itu. Minggu lalu aku memesan sebuah kalung pada Tuan Saibara, yang menyanggupi akan menyelesaikannya dalam waktu kurang dari seminggu. Bahannya batu Mystrille yang kutambang sendiri musim dingin lalu.

"Sudah selesai." Tuan Saibara menyerahkan kalung yang sudah sempurna kepadaku. "Bawa pada Gray supaya dia bisa membungkusnya."

Aku mengangguk dan menyerahkan biaya pembuatan kalung sebesar 1.000 Gold pada Tuan Saibara. Lima menit kemudian kalung itu sudah terbungkus rapi dalam kotak kayu berlapis beledu biru dengan ukiran huruf E bersepuh emas di atasnya. Kotak itu juga pesanan, sama seperti sebelumnya, hanya saja yang ini ukurannya lebih kecil.

"Kau suka sekali warna biru rupanya," Gray menyerahkan kotak itu padaku.

Aku mengangkat alis, "tentu saja, ini khusus."

"Semoga berhasil kalau begitu," Gray tersenyum padaku.

"Terimakasih, Gray. Kau juga," kataku sambil melirik Claire. Gray mengikuti arah pandanganku dan wajahnya memerah, kemudian dia menarik topi biru yang dipakainya sampai menutupi setengah mukanya. Hey, aku bisa melihatnya. Tapi ada apa dengan mereka berdua? Gray dan Claire tidak kelihatan dekat seperti biasanya, mereka seperti menghindari satu sama lain, saling berdekatan tapi tidak saling bicara.

"Semoga berhasil untuk apa?" Claire datang dan menatap heran padaku. "Bukannya itu kado ulang tahun untuk Elli?"

"Eh... yah...." Uh-oh.

"Kau tidak pernah cerita pada Claire ya?" Sekarang gantian Gray yang menatap heran padaku.

"Jack! Bisakah kau berhenti main rahasia-rahasiaan denganku!" Claire mendesis.

"Maaf Claire, akan kuceritakan lain kali." Aku ingin bergegas keluar dari rumah Tuan Saibara, tapi Claire menarik bajuku dan menahanku.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi sebelum kau menjelaskan sesuatu padaku," kata Claire.

"Akan kujelaskan padamu, Claire." Gray menepuk pundak Claire.

"Memangnya kau tahu?" Claire memandang Gray dengan pandangan tidak yakin.

"Semua orang di Mineral Town pasti tahu," jawab Gray santai.

"Termasuk kenapa Jack membuat kalung berbentuk bulu?" Claire mulai melepas pegangannya padaku.

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang