Chapter 19

156 24 0
                                    

CLAIRE

Kalung itu berbentuk bulu, sehelai bulu yang terbuat dari batu permata mystrille berwarna biru. Pinggirannya berbingkai perak yang semakin menegaskan bentuknya. Aku tidak bisa mengalihkan pandangan dari kalung itu, bahkan saat Gray memasukkannya ke dalam kotak untuk dibungkus. Oke, mungkin sekarang aku harus berhenti mengaguminya. Bagaimana bisa Jack punya ide untuk membuat sesuatu yang seperti itu? Elli sangat beruntung.

"Sampai ketemu nanti malam." Jack memberikan pelukan singkat padaku dan melenggang keluar dari rumah Tuan Saibara. Aku mengamatinya berjalan sampai sosoknya menghilang di tikungan.

"Kalau begitu aku juga pulang. Terimakasih banyak untuk hari ini." Aku tersenyum pada Tuan Saibara yang balas mengangguk padaku.

"Mau ke mana kau?" Seseorang menahan bahuku. "Aku berutang penjelasan padamu." Gray menatapku dengan pandangan datar.

"Mmmm... pulang," sahutku singkat.

"Kau menghindariku y-"

"Tidak." Terlalu cepat, aku terlalu cepat menjawab. "Aku tahu kalau kau sangat sibuk, Gray. Jadi tidak perlu menjelaskan padaku... sekarang." Aku tidak berani menatap wajahnya terlalu lama. "Atau mungkin aku bisa minta Steven untuk menjelaskan, dia pasti tahu."

Gray mendengus begitu aku menyebut nama Steven. Dia mengambil jaketnya yang digantung di kapstok dekat pintu dan memakainya. "Aku sudah selesai untuk hari ini, Gramp. Aku mau mengantar Claire pulang."

"Besok datanglah lebih pagi!" Tuan Saibara membalas dengan setengah berteriak. Gray hanya memberi anggukan untuk jawaban kemudian keluar dari rumah Tuan Saibara dengan langkah panjang.

"Tidak bekerja?" Aku menyusul Gray dengan setengah berlari.

Gray tiba-tiba berhenti berjalan dan berbalik menghadapku. "Claire, sibuk tidak?"

"Hah? Tidak, aku tidak punya pekerjaan apapun di sini, belum."

"Mau ikut denganku ke tambang?"

Hah? Tambang?

Sepertinya Gray mengartikan diamku sebagai iya, karena dia menarik tanganku dan kami berputar arah, tidak menuju ke Mapple Farm. Aku diam saja dan mengikuti Gray. Laki-laki ini kemarin baru saja bilang kalau dia menyukaiku dan sekarang dia bersikap biasa saja seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Atau aku salah mengartikan ucapannya? Kami baru saja bertemu, hanya beberapa minggu dan tidak sedekat itu sampai dia bisa menyukaiku. Aku sendiri juga tidak mengerti bagaimana perasaanku padanya. Ada saat di mana aku berdebar saat bertemu dengannya, tapi kemudian aku teringat masa laluku dan debaran itu menghilang. Digantikan perasaan marah dan kecewa.

Kami sedang melewati Poultry Farm saat Gray berhenti dan menengok ke dalam pagar. Aku mengikuti arah pandangannya dan melihat dua sosok berdiri di tengah ladang kecil di pinggiran sungai. Si perempuan sedang memeluk si laki-laki yang jauh lebih jangkung darinya. Laki-laki itu mengusap rambut panjang si perempuan dan menunduk, kemudian mereka berciuman. Atau terlihat seperti itu, aku tidak bisa melihat dengan jelas karena jaraknya terlalu jauh dan rambut panjang bergelombang si perempuan menutupi kedua wajah mereka. Aku bisa merasakan tangan Gray yang menggenggam tanganku lebih erat.

Saat itu si laki-laki mendongak dan melihatku. Aku bisa mengenali rambut Steve yang kecoklatan bahkan dari jarak sejauh ini. Dia melepas pelukannya pada Popuri dan melambaikan tangan padaku dan Gray. Aku balas melambai dengan tanganku yang bebas dan tersenyum.

Benar juga. Aku lupa kalau Steve punya hubungan spesial dengan Popuri.

Harvest Moon: A FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang