Penyesalan

13.2K 1.4K 50
                                    

Minggu pagi itu, Reva berkumpul dengan keluarganya untuk sarapan. Tadi ibu dan Revi, adik perempuannya, sudah berkutat di dapur untuk memasak nasi goreng.

Suasana cukup tenteram, namun tiba - tiba jadi terasa canggung ketika pak Hartono menyinggung nama Asha.

"Lho, Va. Pacarmu yang mahasiswinya bapak nggak jadi ikut wisuda bulan depan ya?"

Reva terkejut dengan pertanyaan bapaknya. Setahu Reva, si barbar mahasiswi ayahnya sudah mengantri tanda tangan Dekan kok.

Reva yang tampak cengo semakin dibuat gerah dengan celetukan adiknya yang sok tahu.

"Lho mas, bukannya mbak Agnes bukan mahasiswinya bapak ya?"

Reva mendelik sebal ke arah Revi. Adiknya itu memang harus ditatar How to be a good little sister.

"Agnes? Siswinya bapak namanya I...pa...sa."
Pak Hartono mencoba mengingat - ingat.

Kemudian Bapak, ibu, dan Revi kompak memandang Reva yang tampak bingung.

Reva merasa salah tingkah dan tidak tahu harus menjawab apa. Jadilah sebuah cengiran menjadi jawaban atas kebingungan keluarganya.

"Nggak tahu, pak. Asha nggak bilang kalau dia batal ikut wisuda. Kok bapak tahu Asha nggak daftar wisuda?"

Reva langsung kepo dan hatinya diliputi kecemasan. Membuat orang lain mengalami masalah, sedangkan masalah tersebut disebabkan karena kesalahan kita itu rasanya gimana gitu. Apalagi Reva adalah seorang laki - laki.

"Ya tahu to. Asha belum mengumpulkan skripsi yang sudah lengkap tandatangannya ke meja bapak. Padahal Jumat kemarin kan tanggal terakhir pendaftaran."

Birokrasi wisuda di kampus Reva adalah. Mahasiswa wajib menyerahkan skripsi yang sudah ditandatangani oleh 2 dosen pembimbing, 2 dosen penguji dan Dekan masing - masing fakultas. Lalu skripsi itu harus diserahkan pada 2 dosen pembimbing. 1 untuk arsip perpustakaan fakultas, 1 untuk arsip perpustakaan pusat, dan rektorat sebagai bukti pendaftaran. Sisanya untuk arsip pribadi. Masing - masing perpustakaan juga mengeluarkan blangko bukti penyerahan arsip skripsi, yang harus dilampirkan bersama berkas- berkas pendaftaran wisuda. Bagaimanapun juga skripsi adalah bukti penting tak terbantahkan jika mahasiswa tersebut telah lulus kuliah dan berhak untuk mengikuti wisuda.

Dan pemberitahuan dari ayahnya membuat Reva langsung dilanda perasaan bersalah. Hatinya langsung galau karena merasa menyesal. Andai saja waktu itu ia mengendarai motornya dengan hati - hati, mungkin insinden itu tidak akan terjadi. Dan Asha saat ini sudah berleha - leha menunggu hari Wisudanya.

"Kok mas Reva bisa pacaran sama mahasiswinya bapak?"

Pertanyaan yang diajukan oleh Revi menyadarkan Reva dari galaunya. Semua yang ada di ruang makan menatap Reva, menuntut sebuah jawaban.

Reva kembali nyengir sambil mengusap kepalanya pertanda ia pun merasa bingung.

"Memangnya anaknya seperti apa pak?"
Gantian ibu yang mengorek pertanyaan ke suaminya.

Pak Hartono tersenyum.
"Dia se angkatan Reva, tapi lulus dalam waktu 3,5 tahun dengan nilai lebih dari 3,4. Nah Reva sekarang bapak mau tanya. Kapan kamu lulus?"

Reva langsung mencak - mencak dalam hati saat si bapak menanyakan keseriusan Reva menjalani kuliah.

"Iya mas, jangan keasyikan ngurus kebun mulu!"
Revi ikut - ikutan nyolot. Biasanya sih kalau sedang tidak ada bapak dan ibu, Reva akan menghadiahi adiknya itu dengan sebuah jitakkan. Meskipun ujung - ujungnya nanti, ia harus direpotkan oleh Revi untuk mengajari pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia. Lah iya, Revi bodoh kan karena keseringan dijitak oleh abangnya.

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang