Asha dan Reva sudah memutuskan untuk serius, tapi untuk menikah, mereka masih belum bisa mewujudkannya dalam waktu dekat. Yang penting restu dari orang tua masing - masing sudah mereka peroleh.
Selepas wisuda, Asha semakin sibuk melakukan promo dan bazar, apalagi menjelang bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri banyak agenda di sana - sini. Baik ikut terjun membuat stand maupun menitipkan barang hasil produksi pengrajin binaannya di stand milik pengrajin lain. Itu Asha lakukan apabila ada jadwal bazar di tempat lain yang waktunya hampir bersamaan.
Asha berpikir, seandainya mama Asha harus bekerja sendirian, sungguh betapa berdosanya Asha. Sudah sepantasnya Asha membantu mama. Bekerja itu tidak harus di kantor atau duduk di depan komputer kan?
Nyatanya seorang pramugari yang cantik saja, harus menjadi pelayan bagi seorang pengepul sampah yang sedang berlibur keluar negeri. Jadi mengapa kita harus naif dengan pekerjaan kita. Asalkan rejeki kita halal, berkah dan barokah bagi keluarga, itulah yang lebih penting.
Sedangkan Reva, selain masih sibuk promo dengan Briliant, untuk merekrut murid baru, ia juga masih sibuk dengan poktannya. Rencananya setelah lebaran saat tahun ajaran baru sekolah dimulai, ia akan pindah.
Hanya saat hari Minggu saja keduanya bisa bertemu dan saling mengunjungi. Atau kadangkala juga hangout bertiga dengan Revi. Kalau Revi ikut serta, biasanya pak Hartono akan berbaik hati meminjamkan mobilnya untuk dipakai.
Kadang Asha hanya berada dirumah Reva, menemani pria itu memangkas atau menyetek bunga mawarnya. Kata Reva sih untuk prepare. Karena biasanya di bulan Syawal, Besar, dan setelah muharram, banyak perias pengantin yang memesan bunga untuk menghias calon pengantin putrinya. Belum lagi pesanan untuk buket pengantin.
Atau Asha akan membantu Reva membuat pupuk kandang dari kotoran kambing milik anggota poktan. Kadangkala Asha merasa jijik, tetapi karena pupuk organik lebih baik dibandingkan pupuk kimia. Maka Asha berusaha mengenyahkan rasa jijiknya itu. Sesekali ia dan Reva justru terlibat keseruan saling melempar kotoran kambing. Mereka akan tertawa - tawa jika bisa menghindar atau mengenai lawan.
Asha dapat melihat bahwa Reva bukan sosok jaim yang hanya mau hidup enak. Reva telah membuka mata Asha bahwa di sekitar kita ada rezeki yang bisa kita usahakan asalkan kita membuang jauh - jauh sifat bernama gengsi.
Salah satu sifat Reva yang membuat Asha kagum dan jatuh hati pada lelaki itu.Seperti hari Minggu ini, Asha berada di rumah pak Hartono untuk membantu merawat bunga mawar koleksi Reva.
"Bunga kesukaanmu yang mana, Rev?"
Asha bertanya sambil menciumi mawar koleksi Reva satu persatu."Tuh!"
Reva menunjuk gerumbul mawar semak berwarna hijau.Kemudian Asha mendekati pot si mawar hijau dan menciumnya.
"Kenapa suka yang ini?"
"Karena bunganya awet. Lihat deh uniknya bunga ini. Karena mempunyai klorofil, jadi dia bisa memasak sendiri makanannya. Makanya dia tahan banget segernya. Bahkan bisa sampai 3 minggu."
Reva menjelaskan keistimewaan si mawar hijau yang menjadi koleksi kesukaannya."Kalau yang paling laku?"
"Kalau yang banyak dicari ya ini si mawar merah. Biasanya permintaan meningkat tajam jika musim kawin atau saat valentin"
Reva memuji mawar yang menjadi pundi - pundi uangnya sambil mencuri sebuah kecupan singkat di pipi Asha. Semoga bunga - bunga cantik itu juga akan membantu Reva untuk menghidupi Asha dan anak mereka kelak. Amin.
Asha hanya nyengir dengan sikap Reva yang semakin hari semakin berani melakukan kontak fisik dengannya.
"Kalau yang paling mahal?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷
Historia Corta"Kamu siapanya Reva?" Pertanyaan pak Dosen pembimbingnya itu membuat Asha bingung. Seharusnya Asha tidak perlu bingung lah, karena selain mendapatkan Acc untuk skripsinya. Asha juga mendapat Acc untuk dijadikan calon menantu. Ini berkah atau musibah...