Keusilan Reva

9.8K 1.2K 77
                                    

Ajakan Reva untuk menikah disambut cengiran Asha. Gadis itu merasa prihatin karena skripsi syndrom membuat otak Reva korslet. Padahal Reva sudah banyak dibantu oleh Asha.

Coba bandingkan dengan Asha saat mengerjakan skripsi. Gadis itu mengetik sendiri, menyebarkan angket sendiri. Mengurus ijin sendiri, pokoknya Jaja Miharja banget. Sampai otak Asha tidak kalah korslet mengira dirinya adalah Kim Kardhasian yang berbody aduhai, padahal kenyataannya berbeda 180 derajat.

"Yah minimal kamu lulus kuliah dulu lah."
Asha memberi jawaban diplomatis. Tidak menolak, tidak juga mengiyakan. Soalnya siapa tahu jodohnya nanti lebih tamvan dan lebih mavan dibandingkan Reva. Muehehehehe....

Kemudian Asha menggeser laptopnya untuk menggantikan Reva mengetik. Sesaat kemudian Asha sudah khusu dengan ketikannya sambil mengulang - ulang rekaman wawancara di ponselnya.

"Jadi beneran lo ya kalau nanti aku sudah lulus kuliah kamu harus mau menikah sama aku."

Reva jadi kembali merasa antusias. Semangatnya yang tadi di posisi low bat, mulai ada energy walau masih 20%. Asha yang perhatiannya terpusat pada ketikan hanya menanggapi sambil lalu.

Reva menatap Asha yang sibuk mengetikkan skripsinya. Wajahnya yang tampak fokus dengan apa yang dikerjakan membuat Reva semakin terpesona. Rasanya Reva tidak akan rela jika Asha beneran bekerja di kantor. Karena akan banyak laki - laki yang ikut menikmati pesona Asha saat sedang serius begini.

"Oh iya. Aku belum memasak untuk makan siang."
Asha menepuk jidatnya ketika mendengar suara adzan dhuhur.

Ucapan Asha membuyarkan keasyikan Reva yang diam - diam sedang mengagumi Asha.

"Aku sholat dulu ya. Habis ini aku masakin buat makan siang."
Asha meminta persetujuan Reva.

"Kalau gitu aku ke masjid dulu deh!"

കകകകകക

Asha terbiasa memasak yang simpel - simpel. Kali ini ia hanya membuat telur dadar, tempe goreng dan membuat urap kacang panjang campur taoge.

Sementara Asha sibuk di dapur, Reva melanjutkan mengetik skripsiannya. Namun selintas ide jahil memenuhi pikiran Reva. Oke kalau hanya lewat ucapan tidak mempan, Asha perlu diprospek ala - ala pejuang MLM kali ya?Reva pun melakukan keisengannya untuk Asha.

Pekerjaan Reva harus terhenti ketika Asha memanggilnya untuk makan. Reva segera bergegas menghampiri Asha setelah merapikan kembali filenya.

"Maaf ya, seadanya."

Reva tersenyum. Bagi Reva sih bukan makanannya, tapi sensasi dimasakin oleh Asha itu lho yang jadi terasa istimewa.

Pria itu segera duduk dan mengambil makanan. Setelah berdoa, Reva mulai menyuap makanannya. Namun kunyahannya terhenti.

"Kenapa?"
Tanya Asha sewaktu melihat reaksi Reva.

"Kurang asin."
Reva mengoreksi rasa masakan Asha.

"Maaf, aku terbiasa memasak hanya menggunakan bumbu dasar , garam , dan gula. Aku ceplokin telur mau, biar nanti aku buat sedikit asin."
Asha lupa jika ada satu mulut yang lidahnya berbeda dengan seleranya. Ia pun menawarkan lauk baru.

"Nggak usah, nanti kamu malah repot. Lagipula tadi kamu kok tidak menyicipi masakanmu dulu sih?"

Asha hanya nyengir.
"Aku nggak pernah menyicipi masakanku. Dan memang nggak suka kebanyakkan garam. Selain nggak baik buat tubuh, kalau masakanku asin ntar dikira aku pingin kawin."

Jawaban Asha membuat Reva langsung tersedak. Asha menjadi panik, lalu segera menuangkan air ke gelas Reva.
Benar kata mama, kalau sedang makan tidak boleh sambil mengobrol.

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang