Sudah 2 minggu sejak acara dinner terakhir, Asha dan Reva tidak pernah bertemu. Berkirim pesan pun sudah jarang. Reva kelewat capek memberi pengarahan budidaya sayuran organik, sehingga begitu sampai dirumah langsung pelor alias nempel bantal langsung molor. Jadi ia jarang berkirim pesan pada Asha. Kalau Asha? Gadis itu kelewat gengsi untuk mengirim pesan duluan. Padahal aslinya ya kangen.
Reva sih, cuma bilang suka tapi tidak mengajak pacaran. Makanya Asha tidak mau baper dengan keadaannya yang seperti digantung. Alhasil, Asha hanya bisa menatap ponselnya dan berharap - harap cemas menunggu pesan dari Reva.
Ketika Asha sedang berada di butiknya, sosok yang sangat ia rindukan muncul.
"Hai, Sha Assalamualaikum."
Reva tersenyum. Dan senyum Reva semakin lebar ketika mendapati Asha yang nampak salah tingkah."Waalaikumsalam. Kok nggak kirim pesan dulu sih kalau mau datang!"
Asha memprotes Reva."Kenapa harus kirim pesan dulu?"
"Ya biar aku bisa prepare hati. Nggak grogi kayak gini."
Reva tertawa, rasanya senang sekali, sama senangnya ketika mendapat ciuman dari Asha meskipun hanya lewat pesan.
"Mbak Menur sehat?"
Reva menyapa mbak menur yang senyam - senyum di belakang meja kasir."Sehat mas, tumben baru nongol. Anaknya bu boss udah kangen berat tuh."
Mbak Menur tertawa. Reva semakin sumringah, dan Maluku pindah ke muka Asha."Mbak, aku pinjam Asha sebentar ya? Nggak apa - apa kan?"
"Nggak apa - apa mas. Mau dipinjam lama juga boleh kok!"
Mbak menur mengacungkan jempolnya.Reva mengajak Asha ke kedai es krim. Mereka duduk berhadapan ditemani satu gelas besar es krim rasa cokelat dan durian kesukaan mereka.
Asha menatap Reva, cowok itu tambah item aja, tapi body nya tambah keren. Efek nyangkul di sawah apa ya?
"Kamu sudah mendaftar wisuda belum?"
Pertanyaan itu menyadarkan Asha dari pengamatannya.Asha menepuk keningnya. Kesibukan menerima orderan rajut membuatnya lupa untuk mendaftar wisuda.
"Kita mendaftar bareng yuk. Besok kujemput jam 8. Mau?"
Reva menawarkan diri untuk menemani Asha mendaftar Wisuda."Okeeee!"
Asha mengiyakan lalu kembali mengaduk - aduk es krimnya. Gadis itu berusaha mengalihkan perhatiannya dari Reva dan hatinya yang berdebar - debar karena besok ia masih bisa bertemu Reva.
"Sha, aku kangen."
Reva memandang Asha sambil tersenyum manis. Senyum yang berhasil membuat detak jantung Asha semakin berajojing ria bagai berada di sebuah diskotik.
Padahal kemarin - kemarin saja, ia bisa santai menghadapi Reva. Kenapa sekarang jadi kacau begini ya?"Aku juga kangen!" Lalu Asha menunduk malu.
കകകകകകകകകകകക
Proses pendaftaran wisuda itu cukup njelimet. Hampir 4 jam Asha bolak - balik dekanat rektorat untuk melengkapi berkas - berkas pendaftaran wisuda. Belum lagi ke perpus fakultas dan perpus pusat plus kopma untuk mendapat surat tidak lagi menjadi anggota. Yang membuat lama ya antrinya.
Pukul setengah dua belas mereka baru bisa bernafas lega.Asha menatap jadwal yang diberikan panitia. Jadwal itu untuk mengambil toga dan jadwal gladi bersih saat wisuda nanti.
"Berikutnya kita mau kemana? Apa mau pulang sekarang?"
Asha nampak berpikir, rasanya sayang sekali kalau ia hanya bisa bertemu Reva sebentar saja. Padahal Asha masih kangen.
"Hari ini kamu ada jadwal ke Briliant, Rev?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷
Short Story"Kamu siapanya Reva?" Pertanyaan pak Dosen pembimbingnya itu membuat Asha bingung. Seharusnya Asha tidak perlu bingung lah, karena selain mendapatkan Acc untuk skripsinya. Asha juga mendapat Acc untuk dijadikan calon menantu. Ini berkah atau musibah...