Ipaasha Tierra

10.9K 1.3K 59
                                    

"Kamu masih mau kan kuajak ke tempat ini?"
Reva menatap Asha. Jujur saja kerja ditemani Asha membuatnya bersemangat. Tapi Reva juga merasa khawatir dirinya akan dikomentari Asha dengan kalimat julid seperti yang diucapkan oleh Agnes.

"Memangnya mau kesini lagi kapan?"

Pertanyaan Asha membuat Reva tersenyum lebar. Perasaan khawatir jika gadis itu akan berkomentar menohok tidak terbukti. Hal tersebut memunculkan sebuah harapan di hati Reva.

"Hari kamis, soalnya besok Rabu aku mau menghadap dosen dan kerja di tempat yang satunya."
Reva menjawab dengan penuh semangat sambil merapalkan doa dalam hati semoga Asha mau ia ajak ke tempat ini lagi.

"Kamu sudah kerja Rev?"
Asha menatap Reva takjub. Tidak nyangka ya si cowok yang kelihatannya saja males - malesan mengerjakan skripsi ini ternyata sudah bekerja? Asha yang sudah selesai sidang dan ipk bagus saja masih menganggur.

"Tapi bukan pekerjaan yang sesuai kriteria kamu sih. Yang penting duit yang aku dapat halal. Aku kan nggak mungkin menafkahi istri dan anakku dari duit nggak halal, Sha. Meskipun belum cukup untuk membeli sebongkah berlian sih."
Reva menatap Asha sambil menelisik reaksi gadis yang saat ini menjadi incarannya.

"Kok ujung - ujungnya kamu ngomong kesitu?"
Asha langsung merasa salah tingkah. Sikap Reva mirip banget dengan pria yang hendak melamar perempuan. Ish...... Asha jadi ge er kan?

"Ya kali aja setelah kamu tahu aku, kamunya jadi berubah pikiran tidak harus memberi mamamu seorang menantu pekerja kantoran gitu?"

Asha langsung spechless. Berdebat dengan Reva jika menggunakan jurus rayuan mawut itu membuat Asha selalu dibuat tidak berkutik. Berbeda cerita jika mereka berdebat saling ngotot dan ngeyel.

"Berarti hari Kamis jadi ikut ya."
Reva kembali merayu Asha.

"Kalau itu nggak janji deh."

Asha tertawa ketika melihat wajah Reva yang tengah merajuk. Baru juga kenal seminggu. Kok Reva sudah ngelunjak sih. Namun tak urung hati Asha luluh juga.

"Aku lihat kegiatanku dulu ya."

Reva tersenyum.

Yess!

കകകകകക

"Diajak Reva kemana aja, Sha? Kok pergi pagi pulang sore."

Mama jadi semakin merasa yakin jika anak gadisnya itu menjalin hubungan spesial dengan pemuda tampan bernama Reva. Ya iya lah.... mama juga pernah muda. Dulu sewaktu mama jatuh cinta dengan lawan jenis, bawaannya juga ingin berduaan terus.

"Itu lho ma, Reva minta dibantuin ngerjakan skripsi."
Asha berusaha menjelaskan kepada mamanya supaya sang mama tidak berpikiran yang iya - iya.

"Memangnya dia satu fakultas sama kamu?"

"Satu universitas sih , Ma. Tapi beda fakultas."

"Reva kuliah difakultas apa?"

"Reva kuliah di fakultas Pertanian ma......"

Kemudian Asha bercerita tentang kegiatan Reva hari ini. Tentang kesibukan Asha membantu Reva supaya putera pak dosennya itu juga cepetan lulus.

Dari cerita Asha, mama melihat  putrinya memiliki kekaguman pada sosok Reva. Mama pun merasa kagum dengan pemuda yang mengapeli puterinya itu. Meskipun jalan yang mereka berdua tempuh masih jauh, tapi boleh kan mama berharap jika mereka berjodoh?

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang