[2] Senior Idaman

30.6K 2.7K 881
                                    

"Lo beneran mau bikin ekskul baru, Yong? Kayaknya bakal susah, deh," tegas Anka yang cuma bisa dijawab napas frustrasi sama Bora. Kali ini dia benar-benar bingung. Dia juga bukan orang yang mau repot-repot untuk satu hal, mana dia juga nggak punya pengalaman sama sekali buat ngurus kayak beginian. Tapi ekskul di sekolah ini benar-benar nggak menarik, dan dia nggak mau menjalani tiga tahun tanpa pengalaman yang asyik.

"Menurut gue sih nggak usah. Ngapain juga repot-repot buat hal yang nggak pasti kayak gitu. Mending juga lo belajar daripada nyapekin diri buat ngurus hal begitu," tambah Anka. Begini deh prinsip hidup cewek itu. Dia nggak pernah rela nyeburin diri ke dalam hal baru. Buang-buang waktu dan tenaga, katanya. Beda banget sama Bora yang malah suka cari pengalaman dari hal-hal baru.

"Tapi kan tadi Karin bilang ada kenalannya yang bisa bantuin. Harusnya nggak bakal susah lagi kalo gitu."

"Justru karena yang tadi itu kan Karin, makanya gue makin nggak setuju. Dia baru masuk aja udah gabung sama geng gede yang udah turun temurun di sekolah ini. Feeling gue ya, yang bakal dikenalin itu salah satu anggota geng itu juga. Lo mau berurusan sama orang-orang kayak gitu? Gue sih ogah."

Bora diam. Otaknya mencerna omongan Anka yang rasanya ada benarnya juga. Selama SMP, mereka berdua sebisa mungkin berusaha menghindar dari yang namanya anak geng gede. Walau anak-anak geng di SMA ini kelihatan lebih friendly daripada yang di SMP, tapi Bora masih tetap nggak yakin mau berurusan sama orang-orang kayak gitu. Gimana kalau mereka ikut kena masalah nantinya, itu yang selalu ada di pikiran dia sama Anka.

"Nggak bakal susah, kok." Bora dan Anka buru-buru noleh begitu dengar suara yang nggak familier. Aneh, akhir-akhir ini ada aja orang-orang baru yang nyeletuk. Apa nimbrung ke obrolan orang lain itu biasa ya bagi semua orang?

Kali ini pemilik suaranya cowok tegap dengan rambut berjambul kecil. Garis mukanya tegas, cocok sama rahangnya yang tajam. Kalau dilihat-lihat, cowok itu mirip Park Seo Joon! Tapi walau begitu, anehnya kali ini Bora nggak ngelihat bunga-bunga sakura atau sinar-sinar gitu tuh. Sial! Bisa-bisanya Reksa yang nyebelin lebih narik perhatian Bora di awal.

Tapi... lagi-lagi tapi... Ingat peraturan di awal, kan? Jangan pernah percaya sama omongan Bora! Emang sih cowok itu ganteng, tapi ya nggak kayak Park Seo Joon juga astaga! Kalau dia kayak Park Seo Joon mah sekarang Bora udah jadi daging gepeng karena diinjak orang-orang yang mau deketin cowok itu.

"Ini ketua OSIS teladan yang mau gue kenalin ke lo. Akas namanya. Dijamin proposal ekskul baru lo tembus kalau dia yang bantuin." Karin mengambil alih.

Akas mendekat lalu senyum. Maniiisss banget sampai bikin Bora lupa napas! Nggak nimbulin sensasi berbunga-bunga kayak pas pertama ngelihat Reksa, tapi berhasil nyuri napas Bora selama sekian detik. Kan sama aja ya, nyusahin, bikin Bora nggak sehat.

"Karin emang paling jago muji orang," ujar Akas sambil melirik Karin sekilas. Lalu dia balik lagi ngelihat Bora, masih dengan senyum manisnya. "Aku Akas. Katanya kamu mau bikin ekskul baru, ya?"

Ya Tuhan... itu senyum nggak bisa disimpen aja apa? Walau nggak ada sensasi apa-apa di awal, tapi kalau dikasih senyum manis kayak gini terus, cewek mana yang nggak meleleh?

Entah gimana caranya tiba-tiba Akas yang ada di hadapan Bora hilang, berganti dengan Akas yang naik kuda putih sambil bawa buket gede dan mengulurkan tangan ke Bora. Astaga ternyata Akas itu pangeran! Bora ikutan mengulurkan tangan, tapi pas mereka udah dekat, tahu-tahu datang Reksa dengan topeng nutupin setengah muka. Lalu...

"Bora," panggil Akas lagi karena Bora nggak jawab dari tadi.

Dengar namanya dipanggil, Bora yang baru balik ke dunia nyata langsung geleng-geleng. Apa-apaan itu tadi?! Bisa-bisanya dia tiba-tiba berkhayal padahal Akas masih ada di depannya. Dan kenapa pula ada Reksa si nyebelin di sana?!

***

AH! Kenapa harus hujan pas gue nggak bawa payung, sih?! gerutu Bora dalam hati. Sebenarnya sih, dia nggak pantas ngegerutu kayak gitu, secara dia emang nggak pernah bawa payung, dan biasanya cuma numpang sama Anka. Tapi dia emang sial hari ini karena tadi Anka buru-buru dan harus pulang duluan, saat kelasnya masih harus ngomongin masalah kas.

Biasanya kalau di drama Korea pemeran utama cewek kehujanan, lupa bawa payung, pemeran utama cowok bakal datang terus ngajak ceweknya payungan bareng. Duh, romantis banget!

"Kita duluan ya, Yong," sapa dua teman sekelas Bora yang cuma dibalas senyum. Habis itu Bora cuma bisa manyun, iri sama enaknya mereka berdua yang udah pulang dan bentar lagi bisa leyeh-leyeh di rumah, sementara dia harus nunggu hujan berhenti. Entah sampai kapan. Hujannya deras banget pula.

"Eh Bor kecil, belom pulang lo?"

Bora nggak berniat nengok sama sekali pas dengar suara itu. Seindah-indahnya khayalan dia tentang payung berduaan sama cowok ganteng kayak di drama Korea, kalau udah ada cowok yang satu ini, semua pasti jadi kacau balau.

"Oh... lo pasti nggak bawa payung, kan?"

"Udah tau pake nanya!" sahut Bora sewot. Kalau udah ngomong sama cowok ini, Bora bawaannya emosi. Heran.

"Kebetulan gue bawa dua payung, nih. Lo mau pake satu?"

Bora langsung nengok begitu Reksa selesai ngomong. Nggak mungkin! Nggak boleh! Bo Yong, sadar! Nggak boleh kepancing sama si nyebelin. Dia nggak mungkin sebaik itu! "Gue nggak percaya lo sebaik itu. Lagian siapa juga yang bakal bawa dua payung, lo pasti boong!"

Reksa ketawa kecil, lalu merogoh tasnya dan ngeluarin payung lipat. "Gue udah bawa payung dalam tas, tapi sebelum pergi, nyokap ngasih payung panjang ini. Nggak mungkin gue tolak, jadi bawa aja. Jadi lo mau nggak? Mau ditolongin malah negative thinking."

Sekian detik Bora menimbang-nimbang. Kalau nggak diambil, dia nggak tahu bakal pulang jam berapa. Tapi kalau diambil... Ah udahlah, ambil aja. Toh selama ini si Reksa cuma nyebelin lewat kata-kata, siapa tahu aslinya dia baik. Dan bahkan mungkin dia pangeran impiannya Bora. Uh... uh... Bora geleng-geleng lagi. Otaknya nggak bisa dibiarin bentar deh, suka jalan-jalan ngawur sendiri.

"Boleh, deh," jawab Bora, yang bikin Reksa nyodorin payung lipatnya. Lalu cowok itu pamit dan pergi duluan.

Tanpa sadar, senyum kecil muncul di muka Bora. Emang sih nggak persis adegan romantis di drama, tapi seenggaknya Bora dapat penyelamat di kala dia butuh banget kayak sekarang.

Pelan-pelan Bora buka tempelan payung di tangannya, tapi begitu dia mau dorong penahannya... ambruklah semua tulang-tulang payung itu.

"REKSA ADHYA!!!!" Muka Bora udah merah pas neriakin nama Reksa barusan. Emang nggak ada hal baik kalau percaya sama cowok itu. Bisa-bisanya dia seniat itu bawa payung rusak dan kasih itu ke Bora. Astaga!

"Makanya bawa payung sendiri! Udah tau tinggal di negara yang kalau nggak panas, hujan. Masih juga nggak bawa payung, kan salah sendiri!" Reksa muncul lagi tiba-tiba sambil ketawa lebar. Kayaknya hidup cowok itu nggak bakal tenang kalau nggak nyebelin! "Nggak salah feeling gue buat terus bawa payung rusak itu. Ada juga gunanya. Duluan, ya. Selamat menunggu hujan reda. Eh pake payung itu juga boleh, kok." Lalu si nyebelin itu benar-benar pergi, ninggalin Bora dalam kekesalannya sendiri.

"Temen kamu itu iseng banget, ya." Di saat yang tepat, Akas muncul dengan payung gede di tangannya, lalu berkata, "Yuk pulang bareng."

_____________________________________________

Hai! Ketemu lagi 😄

Sesuai judulnya, kali ini ada senior idaman, Akas, yang kata Bora sih mirip Park Seo Joon! Hayo, siapa yang ngefans sama Oppa satu itu? Atau ada yang nggak kenal? Tenang, ada fotonya tuh di atas. Siapa tahu abis liat fotonya langsung kesengsem 😅

Ditunggu vote, komen dan sarannya, ya!

Sampai ketemu Senin!

junabei

DRAMA [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang