"Ka! Ada yang suka sama lo, namanya Anka." Cewek itu menunjukkan ponselnya yang berisi SMS entah dari siapa.
"Wah namanya cocok tuh, Eka sama Anka. Dipanggilnya sama-sama Ka. Cocok bangetlah kalian. Jodoh kali jodoh." Teman-teman di sekitar cewek tadi menimpali, sambil menggoda Eka.
Sejak saat itu, hidup Anka nggak pernah tenang. Dia nggak tahu siapa yang mengirim SMS ke teman sekelasnya itu, yang jelas orang itu benar-benar kurang kerjaan. Dia juga nggak kenal sama yang namanya Eka. Bahkan kalau nggak ditunjuk, dia udah salah tanggap tentang pemilik nama itu. Dan gara-gara itu semua, Anka nggak pernah berani berhadapan sama geng itu. Kalau ada mereka, Anka akan otomatis menghindar. Sampai suatu hari dia nggak bisa menghindar karena mereka berkumpul di depan kelas saat jam pulang sekolah.
"Ka, ada jodoh lo, tuh. Hai, Anka! Duh gila ... Eka Anka, cocok banget dah."
Anka menunduk dalam-dalam, bersiap pergi dari sana, tapi dia melihat orang yang dia kenal baik di kerumunan itu. Harapannya mulai timbul. Senyum kecil mengembang di mukanya yang masih belum berani diangkat penuh.
"Eh, Danny, anggota baru kita. Menurut lo gimana? Cocok nggak Eka sama cewek itu? Pantes nggak cewek itu jadi pasangan wakil ketua geng kita?"
Mata Anka membulat mendengar omongan cowok tadi. Dia nggak pernah tahu kalau Danny bergabung di geng paling gede di sekolah ini. Matanya terus menatap Danny, menunggu jawaban cowok itu.
"Jelas nggak pantes," jawab Danny singkat. Matanya melirik Anka sebentar, lalu kembali menatap teman-temannya. Lalu mereka tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Danny bangga.
Anka mematung. Otaknya menyuruh dia cepat-cepat pergi dari sana, tapi nyatanya kakinya nggak bisa bergerak, seolah ada paku yang begitu kuat ditancapkan di sana dan menahan langkahnya. Matanya terus menatap Danny, dan lama-lama mulai terasa perih. Air matanya udah terkumpul penuh dan siap menetes, tapi tiba-tiba satu senyum terlihat di mukanya ketika semua omongan Danny waktu itu melintas kembali di ingatannya.
"Jangan kasih tau siapa-siapa tentang hubungan kita ya, Ka. Aku maunya ini jadi rahasia kita aja, biar spesial."
"Termasuk Bora?" Anka menoleh dengan wajah bingung.
Danny mengangguk mantap. "Termasuk Bora. Dia kan bocor banget kata kamu."
Waktu itu, Anka percaya dengan semua omongan Danny. Dia juga setuju kalau Bora memang nggak pernah bisa jaga rahasia. Apa pun info yang dia dapat, sekecil apa pun itu, dia bakal langsung cerita. Jadi, dia terpaksa jaga rahasia itu. Padahal Anka udah sengaja nggak cerita masa pendekatan dia sama Danny buat kasih Bora kejutan pas mereka tiba-tiba jadian kayak sekarang. Ternyata dia masih juga harus tutup mulut setelahnya.
Tiap ketemu Bora, Anka menahan diri sebaik mungkin supaya nggak keceplosan, padahal dia udah excited banget. Dia juga jadi harus mengarang-ngarang alasan tiap Bora ajak pulang bareng. Semuanya cuma biar dia bisa ketemu sama Danny dengan bebas. Dan jaga perasaan cowok itu, karena dia maunya hubungan mereka dirahasiakan.
Selama dua bulan Anka merasa bahagia banget sama Danny. Dia merasakan semua yang nggak pernah dia rasakan sebelumnya. Dekat sama cowok, berbagi hal sekecil apa pun itu, dan diperhatiin. Danny itu cowok yang baik banget buat Anka. Seenggaknya sampai beberapa detik sebelum ini. Sebelum dia tahu tujuan sebenarnya Danny merahasiakan hubungan mereka.
Waktu melihat Danny tadi, Anka nggak berharap cowok itu akan bantu dia, karena hubungan mereka yang dirahasiakan itu. Tapi dia juga nggak pernah nyangka kalau Danny bakal ngomong kayak barusan. Cowok itu nggak harus ngebela, dia cuma perlu diam aja dan Anka udah cukup senang. Tapi memang Anka yang terlalu munafik buat percaya kalau cowok itu benar-benar baik dan setulus itu sama dia, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Sudah Terbit] DRAMA "Bangun, pilih gue yang nyata ada buat lo!" Jadwal update: SENIN & KAMIS __________________________________________________________ Merasa kesepian dalam keluarga, Bora selalu bayangin hidupnya sempurna kayak di drama Korea. Mak...