"Yaaaa ... ulang aja terus."
"Bosen gils nonton adegan kayak gitu terus."
"Ini orang mau bangun berapa kali, sih?"
Bora gerah banget dengar semua komentar dari anak-anak geng nggak jelas yang duduk di belakangnya. Nggak bisa menikmati film! gerutu Bora dalam hati. Memang sih, ada adegan yang terus diulang di film Korea A Day yang lagi mereka tonton sekarang, tapi harusnya mereka diam aja dan tunggu kelanjutannya. Bukannya berisik kayak gitu.
Beberapa dari anggota geng itu memang sempat mengeluh pas tahu film yang akan mereka tonton itu film Korea. Padahal mereka udah excited banget minggu lalu, pas pembina ekskul umumin kalau kegiatan hari ini nonton film. Nggak heran deh sekarang mereka malah bikin rusuh. Atau memang udah jadi kebiasaan mereka aja ya ngerusuh?
Setelah adegan pemeran utama yang berulang kali bangun tidur lalu berlomba sama waktu buat cegah kematian anaknya nggak diputar ulang lagi, mereka mulai diam. Apalagi pas anaknya udah berhasil diselamatkan. Bora sendiri berpikir keras kelanjutannya apa lagi, karena kelihatannya ceritanya udah selesai, tapi waktu baru berjalan bentar sampai tiba-tiba taksi yang menabrak anak pemeran utama itu datang lagi dan menabrak mereka berdua.
Mulai dari sana, semua yang ada di ruangan itu memasang ekspresi serius, sambil sesekali keningnya berkerut. Mereka menebak-nebak apa lagi yang akan terjadi di film itu. Yang awalnya berisik, akhirnya jadi hening banget selama kurang lebih satu jam sampai sekarang. Bora yang awalnya duduk diam mulai memainkan jari-jarinya. Nggak tenang, gregetan nunggu kelanjutan. Dia bahkan beberapa kali menahan napas ketika adegan terlalu tegang.
Sampai akhirnya film itu selesai, mereka semua masih diam. Tercengang. Takjub sama cerita yang begitu keren. Semua alur disusun rapat. Yang awalnya bikin bingung jadi terjawab satu-satu. Sama sekali nggak nyangka kalau segala sesuatu yang di film itu berhubungan dan terjalin dengan sangat baik. Kalau Bora disuruh bikin cerita kayak gitu, kayaknya dia nggak bakal sanggup.
"Nah filmnya udah selesai. Sekarang gue mau minta pendapat kalian buat film ini. Coba siapa yang mau kasih komentar duluan?" tanya pembina mereka.
Selama beberapa saat, semua yang ada di kelas itu masih diam. Bora sendiri pengin banget langsung komentar. Mulutnya udah gatal, tapi dia masih harus nunggu. Kata-kata di otaknya masih mutar-mutar, belum sempurna buat diomongin. Biasa dia kalau terlalu excited sama satu hal jadi terlalu berapi-api sampai kata-kata kayaknya kekumpul semua dan nggak tahu mana yang harus dikeluarin duluan.
"Kalau menurut gue, film itu bagus, cuma agak berbelit di awal. Harusnya adegan itu nggak usah diulang berkali-kali, karena walau ujungnya bagus, tapi kalau awalnya bikin bosan, bisa ditinggalin kapan aja sama yang nonton." Akas yang pertama kedengaran suaranya. Anak-anak lain mengangguk-angguk setuju, termasuk Bora.
"Justru itu poin penting. Inti cerita di awal kan emang gimana dia cegah kematian anaknya, dan itu ngejelasin banget kalau itu nggak gampang, bikin kita ikut putar otak. Kalau itu nggak ada, plotnya berubah. Kita juga jadi nggak tahu kalau tujuan sebenarnya bukan itu." Reksa membantah pendapat Akas barusan. Anak-anak yang lain mengangguk-angguk lagi. Kalau begini mereka jadi bingung. Mereka setuju sama yang diomongin Akas tadi, tapi pendapat Reksa juga benar.
"Harusnya mereka bisa bikin adegan yang lebih menarik, biar penonton nggak bosan lihat pemeran utamanya bangun tidur, jalan di bandara, konferensi pers, telepon anaknya, lewatin jalan tol, dan lain-lain."
"Bagi gue itu menarik, dan penting. Karena tiap kegiatan yang dilakuin pemeran utama berpengaruh ke waktu, walau cuma satu detik, semua bisa aja berubah. Dan di sana diliatin banget gimana pemeran utamanya cari cara buat ngurangin waktu dia buat sampai ke depan anaknya, walau ujung-ujungnya selalu telat."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA [Sudah Terbit]
Fiksi Remaja[Sudah Terbit] DRAMA "Bangun, pilih gue yang nyata ada buat lo!" Jadwal update: SENIN & KAMIS __________________________________________________________ Merasa kesepian dalam keluarga, Bora selalu bayangin hidupnya sempurna kayak di drama Korea. Mak...