Tugas, tugas, tugas! Bora hampir gila rasanya mikirin itu. Kayaknya tiap hari ada aja guru yang kasih tugas buat pelajaran yang mereka ajar. Kapan ya anak sekolah baru bisa bebas dari tugas? Tugas Tata Busana yang kemarin aja belum selesai dan sekarang udah ada lagi tugas Bahasa Indonesia. Meringkas novel. Bora sih suka baca novel, tapi ya cuma buat dinikmati. Sesekali dia juga bikin resensi, tapi kalau bikin ringkasan, ya cuma buat tugas sekolah ini.
Kalau dibolehin meringkas novel apa aja yang mereka suka sih, Bora masih bakal terima dengan senang hati. Tapi masalahnya tugas kali ini dikhususkan buat meringkas novel karangan guru mereka, yang masih asing banget buat Bora. Apalagi genre-nya kayaknya berat gitu, kata gurunya tadi sih tentang perang. Bora curiga, guru itu sebenarnya lagi promosi terselubung.
Bora masuk ke perpustakaan dan langsung menuju rak novel. Matanya menjelajah ke tiap baris rak. Sial! Buku yang mau diambil adanya di rak paling atas. Bora mengembuskan napas kencang sampai poninya beterbangan. Dunia ini memang suka banget ngerjain dia kayaknya. Dengan sekuat tenaga, Bora jinjit dan merentangkan tangannya tinggi-tinggi. Tapi segimana pun usahanya, semua tetap harus balik ke kenyataan. Dia terlalu pendek buat bisa ambil buku itu. Kalau diingat-ingat, kejadian ini mirip kayak pas dia berusaha merebut bola basket dari Reksa kemarin. Bora langsung geleng-geleng. Buat apa juga diingat-ingat.
Masih juga gagal, Bora berhenti bentar lalu lirik ke kanan-kiri. Nggak ada siapa-siapa sekarang. Perpustakaan memang biasa sesepi ini kayaknya. Perlahan, dia naikin kakinya ke rak paling bawah. Dia mesti super hati-hati. Nggak lucu banget kalau sampai rak ini patah gara-gara dia manjat.
Tangan Bora masih menggantung, dikit lagi sampai bisa dapatin bukunya. Tapi tiba-tiba ada tangan lain yang terjulur panjang melewati kepalanya. Nggak tanggung-tanggung, ada dua tangan dari sebelah kanan dan kiri. Kedua tangan itu sama-sama berhenti di buku yang Bora pengin ambil.
Bora balik dan ngeliat Reksa dan Akas, yang juga lagi saling tatap. Tangan mereka masih menggenggam buku itu, seakan lagi adu kuat, siapa yang berhasil dapatin. Bora mengerjap-ngerjap, masih nggak ngerti sampai berapa lama dua orang ini akan bertingkah kayak gitu. Sampai akhirnya Akas yang lepasin bukunya duluan, dan beralih ke buku sebelahnya.
"Kamu mau ambil buku ini, kan?" Akas menyodorkan buku yang baru diambilnya. Tapi tepat saat itu juga, Reksa menyambar dari samping, membuat pandangan Bora juga ikut beralih padanya.
"Nih," ujar Reksa sambil menyodorkan buku yang jadi rebutannya dengan Akas tadi. Sedangkan buku lain yang Akas ambil disembunyikan di belakang, seolah Bora nggak pernah lihat kejadian tadi. "Ayo kerjain."
Akas yang ngeliat dari samping cuma bisa ketawa kecil. Cowok yang lagi cemburu memang bahaya dan suka bertingkah aneh. Tapi sekarang Reksa udah berani tunjukin kecemburuannya, dan itu tanda bahaya buatnya. Akas nggak bisa tinggal diam. Dia mengekor dua orang itu ke meja yang baru mereka tempati dan duduk di sebelah kiri Bora.
"Kali ini tugasnya apa?" tanya Akas begitu duduk.
"Ngeringkas novel, Kak. Tapi kayaknya novel ini bahasanya berat banget deh, bikin nggak minat." Bora menjawab sambil manyun.
"Aku udah pernah ngerjain itu sih dulu. Emang bahasanya susah. Dikumpulin kapan? Mau lihat contoh punyaku?"
"Mana boleh gitu! Tugas harusnya dikerjain sendiri. Lo senior kenapa ngajarin yang sesat gitu, sih?" potong Reksa.
"Eh nyebelin, lo kenapa sih, dari tadi ganggu mulu?" Bora udah nggak tahan diam aja. Dari tadi Reksa ganggu kesempatan dia berduaan sama Akas.
"Yang ada juga kalian yang ganggu! Gue lagi mau baca, kalian malah ngobrol."
Bora mendengkus. "Siapa juga yang suruh lo duduk sini?"
"Kan gue duluan yang ke sini. Kita tepatnya." Reksa menekan nada omongannya pada kata kita, sambil melirik tajam ke arah Akas.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA [Sudah Terbit]
Teen Fiction[Sudah Terbit] DRAMA "Bangun, pilih gue yang nyata ada buat lo!" Jadwal update: SENIN & KAMIS __________________________________________________________ Merasa kesepian dalam keluarga, Bora selalu bayangin hidupnya sempurna kayak di drama Korea. Mak...