Beberapa bulan kemudian.
Musim telah berganti. Anna merasa hatinya dirudung gelisah. Sikap Hams membuat Anna tidak nyaman. Tatapan dan segala bentuk perbuatannya selalu mencurigakan. Dan malam ini saat Anna akan mengadukan perbuatan Hams, ayahnya tiba-tiba jatuh pingsan. Anna menangis berjam-jam karena ayahnya lama untuk siuman.
"Iya, Ayah. Aku baik-baik saja." Anna meremas lembut tangan keriput Howard yang terbaring lemah. Matanya menatap sendu Howard yang mulai uzur oleh usia.
"Lalu kenapa wajahmu pucat, Sayang? Apa kau menangis lagi?" Howard memandang cemas Anna.
Anna menggelengkan kepalanya segera, "Aku baik-baik saja. Sungguh. Selama ada Ayah disisiku, aku pasti bahagia."
Menyenangkan hati Ayahnya adalah segala hal yang ingin Anna lakukan saat ini.
"Anna, putriku yang cantik,” Howard membelai kepala Anna dengan jari jemarinya yang bergetar, “Ayah sangat menyayangimu. Ayah tidak ingin meninggalkanmu, Sayang. Tetapi nyawa ini bukanlah milik Ayah, Tuhanlah yang memilikinya dan tampaknya—"
“Ja-ngan berkata seperti itu, Ayah!” Anna menahan diri untuk tidak menangis, memasang wajah tegar adalah hal yang terbaik agar ayahnya tetap kuat, "Aku tidak ingin mendengar Ayah berkata seperti itu lagi! Tidak!"
Anna meremas tangan keriput ayahnya. Merasa bersalah karena telah menyia-nyiakan waktunya dengan bersikap manja dan tidak dewasa.
Anna menarik nafasnya yang sempat tercekat, lalu membenahi selimut Howard.”Aku ingin Ayah istirahat." Anna membungkuk untuk mencium kening Howard, memaksa dirinya untuk tersenyum.
"Senyummu selalu memberi kehangatan pada Ayah, Sayang. Wajahmu mirip sekali dengan wajah Ibumu.” Howard tersenyum dan memejamkan mata, "Ayah senang semalam bermimpi bertemu dengannya."
Anna terdiam murung dengan mata memanas. Setia duduk disamping Howard sampai ayahnya tersebut jatuh tertidur.
"Semoga mimpi indah, Ayah." Anna bangkit dari kursi meninggalkan kamar Howard, lalu bersandar pada pintu.
Anna tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Anna takut sendirian. Anna takut terjadi apa-apa dengan Ayahnya."Cepat pulang, Daniel. Aku takut ...."
***
***
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun. Anna telah menamatkan sekolahnya, tetapi tidak dengan universitas. Anna tidak bisa kuliah karena ayahnya sakit-sakitan. Semuanya semakin buruk.
Anna bersandar di pintu kamar ayahnya dan membiarkan tubuhnya jatuh lemas di lantai. Kondisi ayahnya semakin parah. Pagi ini Ayahnya jatuh pingsan dan batuk darah. Semua diperburuk dengan kabar bahwa Ayah telah dijebak hingga berhutang milyaran dollar, dan rumah mewah yang ditempatinya saat ini telah menjadi jaminan.
Tinggal menunggu waktu pemerintah setempat untuk menyegel rumahnya. Memaksa Anna untuk hidup di jalanan.
Tidak! Memikirkan hal itu saja sudah membuat Anna ketakutan.
“Apa yang harus aku lakukan, Ayah?” Anna menangis putus asa.
“Nona tidak apa-apa?”Anna terkejut. Ia melihat pengacara ayahnya membungkuk ke arahnya dengan cemas.
“Tidak, aku tidak apa-apa.” Anna buru-buru menyeka air matanya dan berdiri.
"Pasti sangat sulit harus merawat Ayahmu yang sudah uzur itu. Belum lagi dengan usiamu yang masih sangat muda. Usia sepertimu masih ingin bermain-main kan?" pengacara berusia 32 tahun itu memberi kode kecil yang Anna tahu pasti apa maknanya. Tapi Anna memilih untuk mengabaikannya.
Anna membuka pintu diikuti Pengacara bernama Lewis di belakangnya, “Ayah sudah menunggu anda di dalam.”
Anna masuk ke dalam kamar ayahnya lalu mempersilakan Lewis masuk.
"Aku akan menunggu di luar." Kata Anna tanpa ingin berlama-lama dengan pria yang menatap tidak baik padanya. Mata itu selalu menatap tubuhnya kurang ajar dan Anna benci melihat tatapan mata itu.
"Tunggu," Lewis menahan Anna pergi, menyodorkan sebuah kartu nama kepadanya, "Jika kau memerlukan sesuatu cukup hubungi aku saja. Aku akan membantumu. Aku memiliki banyak rumah dan apartemen. Aku bisa memberikannya untukmu kalau kau—"
"Terima kasih.” Anna mengambil kartu nama itu setengah hati. Anna tahu arah pembicaraan pria itu.
"Kau tidak ingin menyia-nyiakan masa depanmu kan? Kau tidak perlu bekerja apalagi hidup di jalanan. Semua sangat mudah karena kau sangat cantik." Tekan Lewis. Sikapnya mulai tidak sopan.
“Terima kasih atas perhatian anda, Tuan Lewis!" Anna menahan perasaan muaknya dengan mengepalkan tangannya.
“Pastikan kau menerimanya.” Lewis meraih tangan Anna, berniat menggenggamnya, tapi Anna menarik tangannya ketus.
Semua pria sama saja. Mereka lebih tertarik untuk membelinya dan menjadikannya sebagai wanita simpanan daripada mengkhawatirkan ayahnya yang sedang sekarat.
Anna tidak ingin memperpanjang basa-basi dengan bajingan itu. Anna pergi dengan menelan rasa kecewa karena ayahnya ternyata dikelilingi pria brengsek seperti itu.
"Aku kasihan kepadamu, Ayah."
-----
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovesick! (21+) | END
RomanceDewasa, 21 +, Mature S*ks tanpa status? Begitulah yang terjadi pada Anna. Annabelle Julliete Kingston (Anna) adalah gadis kaya raya yang terkenal dengan kesempurnaan paras. Menawan? Tentu saja. Fisik? Jelas dia adalah gadis muda yang sangat cantik...