1. Perkenalan

33 0 0
                                    

Hari yang sangat cerah bagi kelas 10. Hari ini mereka akan naik ke kelas 11. Menjadi senior yang terkenal kejam di kalangan adik kelas, menjadi ajang ketenaran di hadapan para junior, dan mencoba untuk menjadi nakal.

Kelas 11 adalah kelas dimana mereka akan santai. Karena Guru mapel yang selalu izin karena urusan kelas 12. Ya, kelas 12 akan menghadapi ujian sehingga para guru akan mengutamakan kelas 12. Dan sekarang kelas 11 akan banyak jam kosong.

Hari pertama baginya sangat memacu adrenalin. Dimana kelasnya akan diacak lagi. Dia capek harus diacak lagi. Setelah MOS (masa orientasi siswa) dulu mereka diacak sesuai jurusan, kalau ini gak masalah. Tapi setelah satu semester para guru memutuskan untuk mengacak kelasnya kembali karena perubahan progam pembelajaran. Dan saat ini mereka harus melihat namanya kembali, dan penempatan jurusan mereka.

Saat dia melihat papan pengumuman, matanya terbelalak. Namanya tercantum di jurusan IPA. Tapi jantungnya akan copot setelah melihat nama di atasnya.

Geraldo Dewantara. Terpatri tepat di atas namanya. Dia sangat merindukan orang yang mengenakan nama itu. Orang yang selalu menghiasi harinya. Tapi mereka terpisah saat semester dua, membuat mereka menjadi jauh.

"Wah kita sekelas Gie" tepat di belakangnya

"Eeh.. Iya kita sekelas lagi" jawabnya yang kaget

"Kalau sekelas lagi ajaran gue hitung hitungan ya, soalnya di kelas dulu gue merasa gak bisa apa-apa. Untung gue sekelas lagi sama lo" dengan senyum yang membuatnya menjadi keren

Deg...
Hatinya berdetak tak karuan saat melihat senyumnya. Senyum yang selama ini dia rindukan saat satu semester.

Dia pun membalas senyumnya
"Mau bayar berapa buat les sama gue? "

"Gampang itu, gue traktir di kantin nanti"

"Geraldo" mereka menoleh ke sumber suara.
"Ayo cabut"
Dia membalas dengan acungan jempolnya.

"Gue pergi dulu ya... Sampai ketemu di kelas" ucapnya dan di jawab senyuman oleh Giesel. Dia meninggalkan Giesel di depan papan pengumuman yang sudah sepi.

Giesel hanya tersenyum, tapi di hatinya dia sudah loncat loncat. Bisa sekelas dengannya lagi adalah impian yang diinginkan.

"Yah semoga bisa berjalan dengan lancar" senyum nya dan berjalan meninggalkan papan pengumuman yang membuatnya bahagia.

.......

"Selamat datang di kelas 11 IPA 4, saya sebagai wali kelas sangat bangga bisa melihat anak kelas 10 bisa naik ke kelas 11. Dan saya harap dengan jumlah 28 siswa bisa menjadi rukun dan menjadi keluarga. Berangkat 28, keluar juga harus 28. Kalian siap menjadi anak kelas 11 IPA 4 yang rukun?"

"Siap pak"

"Bagus, sekarang saya ingin kalian membentuk pengurus kelas dan terserah kalian mau siapa yang dipilih dan kita musyawarahkan bersama" ucap wali kelas itu.

Mereka menyiapkan 4 kadidat. Dan Giesel termasuk dalam kadidat pemilihan ketua kelas.

Sekarang 4 kadidat telah berada di depan. Pemilihan segera dimulai.

"Siapa yang memilih defa? " tanya sang penulis voting. Sedikit yang mengacungkan jarinya

"Lutfi? " tidak ada

"Riyan? " hampir setengah memilihnya

"Dan Giesel? "

Deg....
Kenapa dia mengacungkan jari? Padahal kan aku udah bilang kalau aku gak mau dipilih... Batinya

Dia gak menyangka kenapa Gerald malah mengangkat tangan untuk memilihnya menjadi ketua kelas. Dan senyumnya seperti ingin menertawakan Giesel.

"Yak, sekarang yang menjadi ketua kelas yaitu Riyan, wakilnya Giesel, sekretaris defa dan bendahara lutfi" kata penulis itu. Dan mereka segera membentuk pengurus kelas.

Sesudah pembentukan, wali kelas berpamitan. Waktu kosong telah tiba. Karena hari ini hari pertama masuk, jadi tidak ada jadwal.

"Wiiih, yang jadi wakil" ejeknya

"Kenapa sih lo milih gue? Coba aja kalo gak ada yang milih kan gue bisa bebas jadi siswi biasa. Merepotkan" gerutunya

"Haha, yang sabar aja... Anggap aja kelas kita percaya sama wakil kayak elo" dia tersenyum
"Yang suka bolos saat pelajaran" ledek Gerald

"Ledek aja terus"

"Yyeee, gitu aja marah. Dah gue pergi mau ngantin, laper." Menepuk nepuk perutnya

"Iya, makan yang kenyang biar gak kedengaran saat di kelas" mereka flasback kejadiaan saat perut Gerald berbunyi pada jam pelajaran. Walaupun bunyinya tidak keras, tapi yang disampingya juga mendengar suara itu. Giesel berada disamping Geraldo ingin sekali tertawa mendengar bunyi dari perut Geraldo.

"Hhhh, ledek aja terus"

"Yeeeyy gitu aja marah" dan Geraldo sudah pergi ke kantin. Mungkin dia sudah tidak tahan dengan cacing yang berdemo di perutnya.

"Maaf ya Sel, tadi gue pilih elo" ucap zoya

"Iya gak pa-pa... Tapi gara gara kalian gue kepilih jadi wakil" ucap Giesel kepada teman temannya.

"Wkwk, ngakak... Gak pa-pa kali lo bisa jadi wakil si Riyan, padahal si Tiffany aja berharap bisa jadi wakil si Riyan" ucap Bella.

"Eh, itu mah dia gak mau jadi wakil, dia maunya langsung jadi istrinya dong"

"Ow iya ya, baru inget. Impiaan terbesarnya kan jadi istri pesebak bola yang namanya Riyan" ejek Bella. Dan disambut gelak tawa mereka.

"Ejek aja terus, tapi gue Aminin lo doa kayak gitu"

"Cinta memang bisa mengubah semua orang ya.. " ucap Zoya yang memang dari dulu mempunyai sifat yang pendiam.

"Iya, sampai sampai setiap hari si Tiffany mimpi ketemu Riyan" ledek Bella lagi

"Udah jangan ledek Tiffany mulu, laper gue. Ngantin yuk"

"Ayo" ucap mereka bertiga.

Mereka berangkat ke kantin. Mereka adalah sahabat dari semester 1 kelas 1 yang dipisahkan saat semester 2. Tapi sekarang mereka berempat kembali bersatu. Disatukan di kelas yang sama membuat mereka sangat bahagia.

SODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang