6. Kerpok

22 0 0
                                    

"Eh kita sekelompok sama siapa Tiff selain Riyan?" Tanya Giesel

Tiffany membuka catatan kelompoknya.

"Sama si Zavran" 

Dia mengingat ingat,  teman sekelasnya yang bernama Zavran. Tapi tak kunjung ingat. Dia tahu kalau dia sekelas sama si Zavran ini,  tapi dia tidak hafal nama sama wajahnya.

"Jangan bilang lo tidak tau orangnya"

Tiffany yang selalu peka dengan keadaan langsung memecahkan ingatan Giesel.

"Emang enggak,  yang mana sih orangnya?"

"Yang duduknya sebelah Gerald dan tadi pagi kayaknya lo habis tubrukan deh sama dia"

Giesel mengingat ingat wajah itu. Jika dia melihat Gerald,  temen samping Gerald seperti nge blur. Tak terdeteksi oleh penglihatan Giesel. Tapi dia kembali mengingat ingat waktu dia tabrakan tadi pagi.

"Ow,  laki laki yang aneh itu to namanya Zavran"  Tiffany mengerutkan keningnya

"Aneh?  Kok bisa aneh?"

"Iya lah,  orang gue tadi minta maaf malah dia nylenong aja tinggalin gue tanpa sepatah kata pun. Cuma hmmz" dengan menirukan gaya Zavran.

"Hahaha.... Emang sifatnya gitu kali. Dia pendiem banget dari dulu"

"Lo udah lama temenan sama dia? "

"Udah,  kita satu smp dulu. Ya gitulah sifatnya. Btw kapan nih kerpok? "

"Terserah,  gue kapan pun bisa" dengan mengecek jam tangannya

"Yaudah,  nanti gue kabari lagi. Gue juga mau tanya sama Riyan sama Zavran" dia mencari nomer kontak Riyan di grup kelas

"Cie cie,  semangat banget hubungi Riyan"

"Apaan sih" Tiffany sudah salah tingkah mendengar godaan dari sahabatnya itu.

"Semoga sama Riyan gak di bales" doa Giesel yang mendapat pelototan dari Tiffany.

"Karena gue bad mood sama elo,  tugas lo harus hubungin Zavran"

"Eh eh,  gak bisa gitu dong. Kan elo tadi yang mau hubungin Zavran" sanggah Giesel

"Bodo amat pokoknya elo,  dan gue mau pulang dulu... Bye bye sel" dia meninggalkan Giesel dengan wajah yang ditekuk karna ulahnya.

Dia akhirnya pasrah kepada keputusan Tiffany. Segeralah ia membuka ponsel itu dan mencari kontak Zavran di grup kelas. Sebelum menemukan kontaknya,  dia di kagetkan oleh suara seseorang yang sangat ia kenal.

"Giesel" panggilnya dengan berjalan ke arah Giesel duduk. Giesel pun menoleh dan mendapati dia dengan sahabatnya.

"Lo gak pulang?" tanyanya

"Bentar lagi,  btw kalian juga belum pulang?"

"Kita lagi ngerjain kerpok bio,  pupung semua free hari ini,  yaudah kerjain hari ini aja" jawab Zoya

"Ow gitu,  kelompok kalian dua orang doang? " tanya Giesel yang penasaran.

"Enggak,  yang dua lagi keluar buat beli bahan-bahan untuk materi bio nanti" jawab Gerald.

Mereka berdua sangat serasi. Dia merasa iri kepada Zoya karena dia tidak bisa sedekat itu dengan Gerald dalam waktu yang singkat. Dulu aja,  dia bisa akrab dengan Gerald butuh satu bulan. Sekarang Zoya yang baru beberapa hari aja udah akrab kayak lem sama perangko.

"Ow,  yaudah kalau gitu. Gue balik dulu" Giesel pun beranjak dari tempat duduknya.

Saat dia berlalu, tasnya ditarik oleh Gerald. Mau tak mau Giesel harus berhenti.

"Naik motor jangan kayak pembalap,  pakai helm yang SNI,  lo belum punya SIM ketahuan polisi urusannya jadi ribet, lewat jalan tikus aja. Trus hati hati juga kalu lewat jalan tikus,  banyak anak kecil. Kalau nabrak bisa berabe. Yang terpenting hati hati ya.. " dengan senyuman.

Giesel yang memandang Gerald pun ikut tersenyum.

"Iya bapak mentri perikanan, gue balik dulu ya pak" dia pun mengangguk.

"Zoy,  gue balik dulu ya" pamit Giesel

"Iya sel,  hati hati" dijawab anggukan dan Giesel pergi dari tempat yang membuat Giesel baper.

Kalau kamu gak mau singgah,  kenapa kamu selalu memberiku harapan?  Seakan akan aku adalah yang teristimewa untukmu - Giesel

.......

Saat sampai rumah,  Giesel langsung merebahkan badannya. Jendela yang dibuka membuat tubuh Giesel menjadi lebih segar.

Tak lama dia dikagetkan oleh suara ponselnya. Dia pun mengangkat tanpa melihat siapa yang menelfonnya.

"Hallo," ucap Giesel

"Ada apa telfon" tanya orang yang di seberang

"Gue gak telfon elo" jawab Giesel. Padahal dia setelah pulang sekolah tidak menelfon siapa siapa.

"Oh yaudah"

"Eeehhh tunggu tunggu tunggu... Btw ini siapa ya?" pertanyaan polos itu keluar dari bibir Giesel. Karena tadi dia tidak merasa telfon seseorang.

"Zavran.. "

Tutt tuttt tutt

Sambungan telfon pun diputuskan oleh Zavran. Giesel bingung,  kapan dia menelfon Zavran. Dan dia mengecek riwayat panggilannya.

"Astaga,  gue tadi kepencet ternyata?  Bodoh banget sih gue,  bisa-bisanya gue kepencet nelfon si Zavran" dia meruntuki kebodohannya.  Sewaktu dia mencari kontak si Zavran,  dia di kagetkan oleh suara Gerald. Dan akhirnya dia asal mematikan ponselnya. Tak taunya sebelum lock kunci dia kepencet telfon.

"Malu banget gue"

Dia pun segera menghubungi Zavran lagi.

Tuut tuut tuut...

"Hmmz... " jawab seseorang yang berada diseberang

"Eh,  sorry Zav tadi gue kepencet nelpon lo"

"Gak pa-pa"

"Terus gue mau ngabari tentang kerja kelompok kita"

"Kapan?"

Cuek banget-Giesel

"Kalo besok gimana? Lo bisa kan? Habis pulang sekolah"

"Hmm" jawab seseorang dari seberang. Giesel sudah geram dengan tingkat kecuekan Zavran.

"Jadi?" tanya Giesel memastikan

"Bisa"

"Oke,  nanti gue hubungi semuanya"

"...... "

Tidak ada jawaban dari Zavran.

Nih anak maknya nyidam apaan sih,  cuek banget- Giesel

Giesel yang biasanya cuek kepada semua prang sekarang dia tahu rasanya dicuekin oleh orang lain. Karma masih berlaku.

"Yaudah,  bye... " sambungan telpon pun ditutup oleh Giesel. Ia mengehela nafas. Baru kali ini dia berbicara dengan Zavran.

"Aneh.. "

SODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang