17. Futsal

16 0 0
                                    

Di pagi yang cerah ini,  tepat di tengah tengah lapangan sudah ada berbagai macam model cogan yang akan siap bermain futsal. Pasalnya hari ini harinya Diesnatalis SMA Pelita Bakti yang ke-19. Mulai 5 hari ke depan akan ada berbagai perlombaan.

Lomba di hari pertama sampai ke 4 akan ada futsal dan basket antar kelas. Bukan hanya lelaki saja,  tapi perempuan juga harus ikut tampil dalam perlombaan yang rata rata dimainkan oleh laki laki ini. Disinilah Giesel,  sudah berada di pinggir lapangan Futsal. Dengan memakai atribut pemain dan mendukung dengan doa agar kelasnya menang dan melaju ke babak selanjutnya.

Saat ini memang yang bermain cowok dari kelas 11 IPA 4 dan 12 IPA 4. Sama sama IPA dan merupakan gudang Cogan di sekolah PB. Para cewek sudah berada di pinggir lapangan dengan meneriaki nama idola mereka.

"Ayo Zavran.."

"Riyan.... "

"Kak Sigit... "

Itulah beberapa teriakan dari para cewek di pinggir lapangan. Setelah selesai nanti pasti akan ada yang menyodori minuman ataupun handuk. Padahal mereka semua sudah mendapat jatah air dari kelas mereka sendiri.

Peluit panjang sudah berbunyi. Permainan sudah selesai dan dimenangkan oleh 11 IPA 4 dengan skor akhir 3-1.

Zavran yang sudah kelelahan menuju ke arah Giesel. Karena memang dia yang ditugaskan untuk membawa minuman. Dia menyodorkan satu botol air mineral ke arah Zavran.

"Hati hati kalau lawan kelas ini nanti" dengan nafas yang masih ngos ngosan

"Kenapa Zav? " tanya Giesel

"Mainnya kasar,  apalagi lo lawan cewek. Dulu aja lo kena kartu kuning pas lawan kelas ini"

"Iya juga sih,  semoga gak kayak tahun kemarin"

"Awasi musuh lo yang tahun kemarin" ujar Zavran

Giesel mengangguk dan mempersiapkan dirinya untuk melawan tim futsal putri kelas 12 IPA 4. Dia dan timnya sudah berada di tengah lapangan untuk diambil gambar. Setelah itu para pemain diharapkan untuk berjabat tangan. Saat Giesel menjabat kakak kelasnya, kakak kelas itu hanya menyentuhnya dengan seujung jari. Setelah itu pun dia mengibaskan jarinya. Seperti tidak igin tertular penyakit dengan Giesel.

"Lihat aja,  kelas gue yang bakal menang kali ini" ucap kakak kelas yang sebenarnya musuh Giesel tahun kemarin. Ya,  musuh bola tangan tahun kemarin.

Giesel hanya menatap kakak kelasnya itu dengan tatapan datar. Dalam hati dia kesal dengan kelakuan kakak kelasnya yang songong itu.

Namanya adalah Zenata. Cantik? Iya,  secara body. Dia adalah dewinya SMA PB. Cuma sebagai Dewi,  bukan sebagai Malaikat. Karena Dewi itu cantik,  kalau Malaikat baik. Cowok mana yang gak naksir dengannya. Pacarnya aja sudah level om om. STOP! Balik ke pertandingan.

Peluit sudah dibunyikan pertandingan semakin memanas. Baru menit menit pertama, kelas Giesel sudah ganti pemain. Sledingan dari kakak kelas memang mujarab. Mungkin kalau ada lomba sleding antar kelas,  cewek 12 IPA 4 akan memenangkan pertandingan.

10 menit berlalu tidak ada yang mencetak Goal. Kedudukan kelas mereka imbang. Dengan skor kacamata yaitu 0-0. Sampai menit kesebelas,  striker mereka tumbang.

"Rasain elo,  belum kapok gue kunci,  haha" tawa Zenita menggelegar. Peluit wasit berbunyi dan kartu merah untuk Zenita. Tapi dia tidak merasa sedih malah dia tersenyum dengan bahagia.

"Sel,  elo gak pa-pa? "

"Gak pa-pa,  cuma jatuh doang" Giesel pun bangun dan membersihkan dirinya dari debu yang menempel di baju milik Zavran. Dia meminjam baju futsal milik Zavran, karena satu kelas sepakat bahwa seragam untuk futsal putri pijam aja sama anak laki laki. Gak perlu mengeluarkan biaya,  hitung hitung menghemat. Dan lagi kaos futsal anak cowok kelas Giesel ada 3 macam.

SODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang