Warning banyak typo!
Giesel sudah membersihkan markas mereka. Dari yang kemarin seperti gudang sekarang sudah seperti ruang kelas. Papan tulis yang tidak terpakai sudah terpasang di tembok. Mungkin gudang ini dulu adalah sebuah kelas karena masih banyak paku yang menancap di dinding.
Dia duduk di kursi biasanya dengan membuat origami. Sambil menanti Gerald yang tak kunjug datang. Cuaca semakin mendung dan kilat sudah tampak bermunculan. Mungkin 3 menit yang akan datang, hujan akan turun.
Giesel menyumbat telinga agar tidak terdengar suara petir. Dia tidak suka jika harus mendengarkan suara itu sendirian. Sebisa mungkin dia menahan rasa takutnya.
Hujan turun begitu lebat suara petir seperti berlomba lomba memenangkan kompetisi. Dia semakin meringkuk pada posisinya. Dengan kaki yang diringkuk di atas kursi, dan hawa semakin dingin.
Dirinya semakin ketakutan. Dia merasa pundaknya dipegang oleh tangan seseorang. Tangan yang dingin dan basah membuat dirinya bergidik ngeri. Dia menenggelamkan wajahnya di kakinya.
"Jangan ganggu gue, gue juga gak ganggu elo" dengan mengibaskan tangan yang berada di pundaknya
"Jangan pegang pegang. Kita beda dunia. Kembali ke dunia mu sendiri" ucap Giesel yang masih setia pada posisinya.
Suara nafas semakin dekat dengan telinganya. Dia merasakan deru nafas di lehernya dan pundak yang dicekram oleh tangan seseorang.
"Kamu takut ya... " dia berbisik di telinga Giesel
"Aaaa.... Gerald lo nyebelin" dia sudah memukul mukul bahu Gerald
"Ampun Gie, gue salah iya gue salah" dengan mengitari bangku mereka
"Gue udah takut setengah mati lo malah nambahin lagi" dengan masih memukuli bahu Gerald
"Iya ampun, gue minta maaf... Udah stop ya Gie" dia berhenti memukulinya. Tenaganya sudah habis terkuras karena ketakutannya tadi.
"Lo nyebelin Ge"
"Tapi lucu banget ekspresi tadi. Kembali ke duniamu sendiri... Haha" dengan menirukan ucapan Giesel. Sedangkan Giesel sudah cemberut.
"Kenapa lo kesini? " tanya Giesel
"Pikun lo kumat? "
"Enggak" ucapnya cuek
"Trus kenapa tanya? "
"Kenapa lo gak pulang aja, lihat tu, badan lo basah semua" Gerald melihat badannya sendiri.
Sepulang dari mengantar Zoya, dia kehujanan. Tapi tak menggoyahkan tekad Gerald untuk tetap menghapiri Giesel.
"Hehe, cuma basah kena air. Oh iya, gue bawain batagor. Pasti lo laperkan" dengan membuka tasnya yang dilapisi mantel
"Makan nanti aja, sekarang ganti pakaian lo" Giesel memberikan jaket adidas miliknya yang berwarna biru dongker dan trening warna biru.
Model jaketnya bukan seperti perempuan. Karena jaket itu bekas dari saudara laki lakinya. Saat Giesel berkunjung kerumah tantenya, dia melihat jaket adidas yang menggantung di balik pintu kamar saudaranya. Dia suka dengan desainnya. Dan saat saudaranya bangun, entah suadaranya mimpi atau memang benar-benar sadar, saudaranya memberikan jaket itu pada Giesel. Beruntung karena tidak harus membelinya dengan harga mahal.
"Gue akan keluar" dan Giesel keluar dari ruangan itu untuk memberi waktu Gerald untuk mengganti pakaiannya.
Setelah beberapa saat menunggu suara dari dalam terdengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SODA
Teen FictionSoda adalah minuman yang rasanya aneh. Perpaduan antara manis, asam, meletup letup dan kadang juga pahit. Seperti perasaan Giesel terhadap Gerald. Kadang juga manis, kadang juga asam dan kadang juga membuat hati Giesel meletup letup seperti Soda...