Pagi ini Giesel berangkat dengan pakaian rapi. Dilengkapi ikat pinggang, dasi yang melorot, serta kaos kaki yang dibuatnya sangat pendek. Iya rapi, bagi Giesel itu sudah rapi. Dia tidak mau menjadi murid yang tertib pakaian. Katanya sih, penampilan bukan segalanya yang terpenting adalah isinya.
Dengan rok panjang SMA nya dia melewati halaman belakang. Untung dia masih ada waktu 3 menit sebelum bel masuk berbunyi.
Dia selalu berangkat dengan waktu yang hampir masuk. Dia tidak ingin pagi-pagi harus berada di sekolah dengan hawa yang dingin. Makanya dia berangkat agak siang. Selain itu, alasan dia berangkat siang karena sebelum berangkat selalu mengerjakan pekerjaan rumah. Seperti menyapu, mencuci dan sebagainya.
Saat akan masuk dia sudah di hadang oleh Gerald.
"Gie, lo gak papakan kemarin? " tanya Gerald dan melihat tangan Giesel
"Gak, cuma luka tangan doang. Gak parah juga" dengan tersenyum
"Syukurlah, gue percaya kalo lo gak kenapa napa. Lo kan tomboy, mana ada tomboy cengeng dan pastinya lo kuat" ucapnya dan bergaya seperti memperlihatkan otot bisepnya. Secara teknis dia punya otot yang timbul. Tapi Giesel tersinggung karena dia juga perempuan, gak sekuat laki-laki.
"Bodo, minggir gue mau lewat" dia sudah tidak mood dengan Gerald lagi. Karena kejadian kemarin juga dia malas bertatapan dengan Gerald.
Pukk Pukk Pukk
Dia menepuk nepuk puncak kepala Giesel. Tindakan yang memiliki effeck yang sangat besar.
"Maaf, kemarin gue gak bisa temenin lo. Lain kali hati hati ya"
Blusshh...
Wajah Giesel sudah merah. Ini pertama kalinya Gerald melakukan sesuatu yang membuat jantung Giesel berdetak lebih kencang dari pada biasanya.
"Lo sakit Gie? Wajah lo kok merah" tanya Gerald
"Enggak, udah gue mau masuk"
"Yaudah, lewat sini tuan putri" dan wajah Giesel tambah merah. Pagi pagi sudah dibuat jantungan oleh Gerald. Tindakan yang sepele membuatnya tak bisa menghilangkan ingatannya tentang kejadian tadi.
Dia melewati Gerald yang masih setia berdiri di depan pintu itu. Dia tidak langsung menuju bangkunya, tetapi malah menuju bangku Zoya yang berada di belakang. Bangku Zoya sudah ada para sahabatnya yaitu Bella dan Tiffany.
"Zoy, kenapa lo masuk? Kaki lo udah sembuh?" tanya Giesel
Zoya tersenyum kepada Giesel.
"Udah mendingan kok dari pada di rumah mending di sini, bisa kumpul sama kalian" ucap Zoya
"Tapi lebih baik kan... " belum selesai ia mengucapkan sudah di potong oleh Zoya
"Gue gak apa-apa Giesel, dan untuk kemarin gue mengucapkan terima kasih banget buat bantuannya. Dan sorry buat lo jadi kesusahan karna gue"
Giesel pun tersenyum.
"Kita kan sahabat, susah satu harus saling tolong menolong. Iya kan guys" ucap Giesel dan melirik Bella dan Tiffany.
Bella dan Tiffany tersenyum.
"Bener itu Zoy, kita kan sahabat. Sahabat gak akan pernah meninggalkan sahabatnya yang kesusahan" imbuh Bella
"Gue harap persahabatan kita akan tetap seperti ini" ucap Tiffany
Giesel mengangguk. Dan mereka semua tertawa bersama sama. Itu yang dinamakan sahabat. Walaupun kesusahan tapi kita tidak boleh meninggalkan sahabat kita. Sewajibnya kita harus menolong mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SODA
Teen FictionSoda adalah minuman yang rasanya aneh. Perpaduan antara manis, asam, meletup letup dan kadang juga pahit. Seperti perasaan Giesel terhadap Gerald. Kadang juga manis, kadang juga asam dan kadang juga membuat hati Giesel meletup letup seperti Soda...