23. Nadika

5 0 0
                                    

Tings...

Bastian : cepet keluar

Tanpa ambil pusing Giesel bergegas mengambil sepatunya dan mengunci kamarnya dari dalam. Di tengok jam wekernya menunjukkan jam 11 malam. Dan dia yakin ibunya sudah tidur sedari jam 9 tadi dan adiknya mungkin jam 10 an tadi sudah tidur. Dan Bapaknya yang sedang di luar kota.

Membuka jendela dengan sepelan mungkin agar tidak mengganggu orang rumah. Dia duduk di jendela dan memakai sepatu warna hitam yang berlogo contrengan dengan aksen putih. Setelah selesai dia keluar dari kamar itu. Untung kamar Giesel berada di lantai 1. Sedangkan kamar saudaranya dan kedua orang tuanya di lantai dua. Tak lupa dia menutup jendela lagi.

Mengendap endap seperti maling  dan akhirnya dia melihat motor dengan si pengendara di atasnya.

"Wiss" teriak Bastian

"Ssssttt" dengan menempelkan jari telunjuknya ke bibir

"Cepet jalan" bisik Giesel dan diangguki Bastian.

"Pakai dulu" ucap Bastian dengan menyerahkan helm

Giesel segera mengenakan dan naik ke boncengan. "Pegangan sel, nanti jatuh"

Giesel dengan senang hati menonyor kepala Bastian yang menggunakan helm.
"Modus aja,  cepet jalan" Bastian terkekeh dan menjalankan motornya.

.......

"Welcomeback sist" ucap perempuan menyambut Giesel datang dengan senyuman yang hangat

"Hm, ada apa ka? " tanya Giesel dengan menyalami perempuan itu dan para anggota geng yang sedang berkumpul di bastcamp itu

"Nanti aja gue cerita, salaman dulu gih sama yang lain. Ada yang kangen lo tuh" dengan mengangkat dagunya ke arah seorang laki laki.

Dan laki laki itu tersenyum berjalan ke arah Giesel. "Giesel, apa kabar? " dengan mengulurkan tangannya. Giesel menjabat tangan itu dan juga ikut tersenyum.

"Baik, gimana kabar lo Ga? "

"Baik juga. Gue seneng banget lo kesini"

"Gue juga seneng ketemu lo lagi" Giesel masih canggung dengan Angga. Karena Angga masih mencintai Giesel dan Giesel sama sekali tidak mempunyai perasaan yang sama pada Angga. Walaupun mereka berdua memutuskan berteman,  tapi tetap saja pertemanan mereka agak berbeda dari sebelumnya.

"Oh ya, cepet bicara sama Dika. Lo mau gak mau harus masuk ke race lagi" ucap Angga serius

"Kok gitu ga? " tanya Giesel penasaran

"Udah tanya aja sendiri,  nih gue bawain minuman kesukaan lo" Angga memberikan minuman kaleng itu. Dan Giesel menerimanya dengan senang hati.

"Thanks Ga,  kalau gitu gue ke dika dulu" pamit Giesel yang diangguki Angga.

Giesel menjauh dari Angga dan menemui Nadika si ketua geng dan merangkap sebagai sahabatnya sejak duduk di bangku SMP. Dia melihat Nadika yang duduk di halaman dengan sebatang rokok di tangannya. Giesel duduk di sampingnya.

"Gimana kabar lo sist? " tanya Giesel dengan membuka minuman kaleng yang diberikan oleh Angga tadi

"Baik, gue selalu baik. Gimana kabar lo?  Mau nyebat? " tanya Nadika

"Baik gue baik, enggak thanks" dengan meminum minuman bersodanya

"Kenapa? "

"Cukup gue perokok pasif aja, gak perlu yang aktif" Nadika pun terkekeh.

"Sel sorry, gue pernah marah ke elo, benci ke elo. Padahal niat lo baik sama gue. Pengen ngerubah gue jadi normal lagi" ucap Nadika dengan menjatuhkan putung rokok itu dan menginjaknya.

SODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang