Warning banyak typo!
Jam istirahat telah tiba. Semua murid telah terbebas dari kengkakangan para guru. Beda dengan Giesel yang harus membawa setumpuk buku ke ruang guru. Mungkin jika dia bukan wakil, dia juga gak mau harus masuk ke ruang guru. Dan apalagi dia harus melewati depan kelas IPS. Dia tidak ingin bertatap muka dengan makhluk astral dari kelas IPS.
"Hai" baru diomongin udah muncul juga. Dan dengan seenak jidatnya dia merangkul pundak Giesel dan berjalan santai mengikuti Giesel
"Apaan lo nempel nempel gini? Kentara banget kalau lo jomblo"
"Yee, lo juga jomblo. Sesama jomblo harus saling menjaga"
Kalau gak bawa buku, udah gue timpung tu kepala- Giesel
"Hhh, udah lepasin tangan lo Bas. Berat tau" dengan menggerak gerakkan pundaknya. Si empunya malah ketawa
"Sini gue bawain bukunya" setengah buku telah berpindah ke tangan laki laki berperawakan tegap itu.
"Eeh, kenapa elo bawa? Gue ragu kalau lo yang bawa" dengan memandang tajam tingkah lelaki di sampingnya. Karena sifat lelaki disampingnya itu kelewatan jahil. Kadang buku Giesel aja diembat karena katanya dia kehabisan buku. Bukan cuma buku, pulpen ataupun pensil juga dijadikan korban karena kejahilannya.
"Tenang aja, buku ini akan sampai ketujuan dengan sehat wal'afiat"
"Kali ini gue percaya, cepetan jalannya. Gue udah laper nih"
"Say, lo jalan kayak mau lomba lari" ucapnya dengan tetap mengikuti langkah Giesel yang mungkin mereka bilang jalan cepat. Padahal dia ingin terhindar dari makhluk astral.
"Say say say, lo kira gue sailermoon"
"Coba aja cosplay kayak sailermoon. Gue jamin elo gak bakal jomblo lagi" menanggapi orang seperti dia gak akan pernah habisnya.
.....
Setelah keluar dari ruang guru Giesel menuju kantin menyusul teman temannya berada. Tapi dia masih diikuti makhluk astral ini.
"Eh Gie, lihat deh adik kelas itu. Pada mandangin gue semua. Secara gue emang udah keren dari sononya" dengan menyisir rambut dengan jari
"Terserah elo deh Bas, gue gak ikutan"dia berjalan lebih cepat agar terhindar dari makhluk itu. Tapi dia malah merasakan tangan makhluk astral itu memeluk pundaknya.
"Lepasin Bas, fans lo nanti bubar semua. Emang mau? "
"Gak pa-pa bubar, mereka gak akan ngirimi bunga sama coklat di loker gue lagi"
"Serah elo deh. Tapi gue yang risih sama elo"
"Emang kenapa? Kita itu cocok kali" dengan menampilkan sederet gigi putihnya.
Secara teknis Bastian memang tampan dan tinggi. Perut kotak yang terlihat sehabis main futsal. Wanita mana yang tidak mau dengan Bastian. Karena dia badboy sudah pasti banyak penggemarnya.
Seragam yang acak acakan membuat mereka kompak. Walapun Giesel masih berpakaian normal kecuali dasinya yang melorot, beda dengan yang satunya. Baju seragam yang keluar dari celana, dasi melorot dan Giesel yakin kaos kaki laki laki itu pasti pendek. Sama dengan kaos kakinya.
"Lo nempel gue dari tadi pasti lo ada sesutu? " tanya Giesel
"Lo tau aja, gue gak punya uang. Traktir gue dong. Lain kali kalau gue udah punya uang ganti elo yang gue traktir"
Sebenarnya dia anak orang kaya. Tapi dia malas untuk meminta kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya sibuk kerja di kuar kota. Dia di rumah bersama kakak lelakinya yang setiap hari sibuk dengan kerjaan kantor. Dia menghilangkan bosen dengan bekerja part time di sebuah cafe. Karena dia sudah malas jika berhadapan muka kedua orang tuanya saat ingin meminta uang.
KAMU SEDANG MEMBACA
SODA
Teen FictionSoda adalah minuman yang rasanya aneh. Perpaduan antara manis, asam, meletup letup dan kadang juga pahit. Seperti perasaan Giesel terhadap Gerald. Kadang juga manis, kadang juga asam dan kadang juga membuat hati Giesel meletup letup seperti Soda...