Pria itu melangkah santai di koridor lantai dua untuk menuju kelasnya. Belum sempat ia sampai kelas, wali kelas memanggilnya dan menyuruhnya untuk memanggil ketua kelas.
Begitu sampai di kelas, ia meletakkan tasnya di atas meja, kemudian duduk.
"Ketua kelas, Kyung~ ssaem menunggumu di ruang guru," ujarnya dengan pandangan mengarah ke papan tulis tanpa menatap orang yang ia ajak bicara.
Menyadari dirinya disebut oleh Jimin, Chanyeol segera berdiri dan berjalan ke ruang guru. Di sana, wali kelas sedang sibuk dengan komputernya.
"Apa kau memanggilku?"
Park Sang Kyung mengalihkan pandangan pada pria tinggi yang berdiri di depan mejanya, lalu menganggukkan kepalanya.
"Aku akan masuk ke kelas setelah selesai mendata nilai-nilai kau dan teman-temanmu. Saat aku datang, kita langsung ujian," ujar wali kelas sambil membenarkan posisi kacamatanya.
"Sekarang, tolong berikan ini pada petugas ruang percetakan, setelah itu bilang pada petugasnya untuk memberikan hasil cetaknya padaku sebelum aku masuk ke kelas," lanjutnya seraya menyodorkan sebuah flashdisk pada Chanyeol.
"Baiklah. Aku permisi," Chanyeol menerima flashdisk itu dan berjalan menuju pintu. Di salah satu meja guru yang lain, ia melihat Chorong yang sedang berhadapan dengan seorang guru. Gadis itu menatapnya, kemudian tersenyum sinis.
Chanyeol tak memedulikannya dan meninggalkan ruang guru. Ia tak terlalu bodoh untuk langsung memberikan flashdisk itu pada petugas percetakan sekolah, karena ia tahu bahwa data yang ada di flashdisk itu adalah soal untuk ujian matematika nanti. Siapa pun tahu bahwa dirinya menguasai pelajaran matematika dan selalu mendapat nilai tinggi. Meski begitu, apa salahnya untuk berbuat sesuatu yang akan menguntungkannya dan membuatnya mendapat nilai sempurna dengan mengetahui jenis soal itu?
Chanyeol pergi ke taman sekolah dan duduk di salah satu kursi panjang. Ia menghubungkan flashdisk itu ke ponselnya. Ia mulai membaca satu persatu soal yang muncul di layar ponselnya. Bukan soal yang terlalu susah baginya, tapi dengan ia mengetahui soal-soal itu, ia bisa mengingat dan menghafal rumus yang akan ia gunakan nanti. Hanya sekali melihat soal, ia sudah bisa mendapat jawaban dari beberapa nomor tanpa membutuhkan coretan untuk mendapat jawabannya.
"Sepertinya kau akan dapat nilai sempurna, Ketua."
Chanyeol segera menoleh pada sumber suara itu. Ia mendapati Park Chorong berdiri di belakang kursi, memandanginya dengan kedua tangan menopang dagu dan siku tangannya menempel pada bagian sandaran kursi yang ia duduki.
"Hebat. Ketua kelas yang licik," lanjut Chorong sambil tersenyum lebar.
"Tutup mulutmu!" ujar Chanyeol santai sambil melepas flashdisk dari ponselnya. Kemudian, "aku bisa berbagi soal dan jawaban untuk ujian nanti."
Chorong berdiri dan menatap Chanyeol beberapa saat, lalu menjawab, "tawaran yang bagus."
"Dengan syarat kau harus menutup mulutmu!"
"Yah, boleh saja. Aku duluan ya, Ketua," ujar Chorong sambil mengedipkan sebelah matanya dan berlalu meninggalkan Chanyeol.
Chanyeol menghela napas. Ada sedikit perasaan lega karena ia bisa memastikan kalau Chorong tidak akan mengadu. Namun ada sebuncah rasa khawatir kalau saja nanti ia ketahuan memberi contekan pada gadis itu. Ia segera bergegas pergi ke ruang percetakan sekolah dan memberikan flashdisk dari wali kelas.
***
"Masukkan buku kalian, hanya ada alat tulis di atas meja!"
Semua murid bergegas memasukkan buku mereka ke dalam tas dan hanya menyisakan pensil, pulpen, dan penghapus di atas meja masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wave
Fiksi PenggemarKetika ego memenuhi jiwa, menutup hati untuk menerima kenyataan dan hanya bersikeras pada angan. Mengapa ego harus menjadi setir dalam kendali jiwa? Lantas saat asa mengatakan untuk berjuang, nyatanya hanya berlari dalam gelap dengan resiko dalam mu...