Dalam atmosfer ketegangan yang tercipta di antara mereka, tak ada satu pun yang membuka suara. Mereka berempat hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Berkali-kali pria itu mencoba menghubungi sang adik, berharap ponsel adiknya akan tersambung dengan panggilannya.
Eun Ji menoleh ke sekelilingnya, memerhatikan tiap orang yang hilir-mudik di dekatnya. Meski dua jam lagi tempat itu akan ditutup, para pengunjung masih tetap memenuhi area Tomorrow Land. Ia beralih pada Jongin, sejak Sehun memukulnya tadi, Jongin hanya diam dan tertunduk.
Merasa diperhatikan, Jongin menatap ke arahnya. Saat pandangan mereka bertemu, Eun Ji tersenyum manis padanya, seolah mengatakan kalau semua akan baik-baik saja. Dari wajah Jongin Eun Ji tahu bagaimana perasaannya, rasa bersalah dan kekhawatiran tersurat jelas di wajah lesu itu.
Bibir kirinya yang membiru bekas pukulan Sehun, bergerak dan membentuk senyum tipis untuk membalas senyum Eun Ji. Jujur atau tidak, ia merasa lebih baik saat Eun Ji tersenyum memberinya keyakinan bahwa tak ada yang perlu terlalu dikhawatirkan.
"Kalau hanya diam di sini, kita tidak akan menemukan Namjoo," ujar Jimin. Sehun berdiri dari duduknya dan menentukan arah ke mana ia akan mencari Namjoo.
"Hey kalian!"
Sehun mengurungkan niatnya saat mendengar suara yang terarah padanya dan yang lain.
"Apa yang kalian lakukan di sini? Bukankah anak ini tadi datang bersama kalian?" ujar pria yang ternyata adalah Chanyeol dengan tangan kirinya yang ia masukkan ke saku jaketnya, dan tangan kanannya ia gunakan untuk menggandeng seorang gadis yang sedang menangis.
"Namjoo?" ujar Eun Ji ragu saat melihat gadis yang datang bersama Chanyeol menangis sambil menunduk dan menutup wajahnya dengan lengan. Gadis itu mendongak, lalu langsung menetapkan pandangannya pada Sehun.
"Oppa!" ucapnya sedikit berteriak. Dengan isakkannya yang masih terus berlanjut, ia berlari ke arah Sehun dan memeluknya.
Sehun menghela napas lega, seluruh otot tubuhnya yang tegang langsung melemah karena perasaan leganya saat ia melihat sang adik. Sekasar apapun Namjoo, ia tahu kalau adiknya itu adalah orang yang manja dan penakut. Berpisah dari orang-orang yang datang dengannya, tentu membuatnya sangat ketakutan.
"Kau baik-baik saja? Bagaimana kau bisa pergi sendirian begitu?" tanya Sehun setelah menuntun Namjoo untuk duduk.
Masih sambil menangis, Namjoo menjawab, "Ramai dan terdorong... Aku tak melihatnya... Jongin~ Oppa menghilang... Lari, lalu mereka terdorong olehku... Jatuh, aku..." tutur Namjoo dengan pengucapan yang tidak jelas, namun Sehun mengerti apa yang sang adik ucapkan. Ia berjongkok di hadapan Namjoo, mendengarkan apa yang dia katakan.
Jongin dan Eun Ji saling berpandangan, bertanya-tanya apa yang Namjoo katakan. Jongin hanya menggeleng pelan saat Eun Ji menaikkan kedua alisnya, bertanya maksud dari ucapan Namjoo.
Sehun masih mendengarkan apa yang adiknya ucapkan, lalu beralih pada lutut Namjoo saat gadis itu berkata jatuh sambil menunjuk lutut.
"Kau jatuh? Apa sangat sakit?" tanya Sehun seraya memegang bagian yang Namjoo tunjuk. Di bagian lutut kain celana jeans yang Namjoo kenakan, terdapat noda yang Sehun yakini adalah darah.
"Aku mau pulang," ujar Namjoo merengek.
"Baiklah, ayo kita pulang. Kau kuat berjalan sampai pintu keluar kan? Setelah turun dari bus, aku akan menggendongmu sampai rumah. Ayo, jangan menangis lagi," tutur Sehun sambil membantu Namjoo berdiri.
"Chanyeol~ ah, gomawo," lanjut Sehun pada Chanyeol. Selanjutnya, mereka berenam berjalan bersama menuju pintu keluar Seoul Land.
"Bagaimana kau bisa di sini?" tanya Jimin seraya menyikut lengan Chanyeol. Chanyeol meliriknya, kemudian menjawab, "aku juga butuh liburan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wave
FanfictionKetika ego memenuhi jiwa, menutup hati untuk menerima kenyataan dan hanya bersikeras pada angan. Mengapa ego harus menjadi setir dalam kendali jiwa? Lantas saat asa mengatakan untuk berjuang, nyatanya hanya berlari dalam gelap dengan resiko dalam mu...