"Jangan membuat masalah lagi!"
"Ne," Sehun hanya menundukkan kepalanya saat ibunya memarahi.
"Kau hanya perlu belajar dengan rajin, kau boleh memberitahu suatu pelajaran pada temanmu, tapi tidak saat ujian, mengerti?"
"Tapi bukan aku yang memberinya contekan. Aku bersumpah," Sehun membela diri.
"Diam dan dengarkan jika ibumu menasihati."
Sehun menghela napas pelan, kemudian menjawab, "Ne."
"Jongin~ ah, beritahu aku jika anak ini pergi ke warnet atau game center saat pulang sekolah, bahkan jika dia kabur saat jam pelajaran."
"Ne, Ahjumma," Jongin yang berdiri di sebelah Sehun menjawab dengan senyum lebar.
"Langsung pulang ke rumah saat jam sekolah sudah selesai."
Sehun hanya mengangguk sambil menunduk saat ibunya memberi peringatan sebelum kemudian berlalu pergi.
"Aish," Sehun menendang pot bunga di sisi koridor, kemudian berjalan menuju kelasnya.
"Mau makan siang? Aku yang traktir," ujar Jongin. Tanpa bicara apa-apa, Sehun langsung memutar langkahnya dan melewati Jongin menuju kantin sekolah. Jongin tersenyum kecil melihat reaksi temannya itu. Ia hanya berusaha menghibur Sehun yang pastinya akan diam seharian karena menjadi orang yang tertuduh sekaligus karena ia baru saja dimarahi ibunya, serta membuat sang ibu kecewa.
"Kau tahu? Hari ini minumannya adalah susu melon," ucap Jongin. Sehun hanya meliriknya sekilas, kemudian mempercepat langkahnya.
"Ah iya, Min Jae bilang ada bonus roti selai karamel untuk makan siang hari ini," lanjut Jongin tak menyerah untuk membuat Sehun antusias. Namun lagi-lagi Sehun terlihat tak peduli dan mempercepat langkahnya untuk tiba di kantin dan memakan makan siang yang akan dibelikan oleh Jongin.
"Ayolah, berhenti bersikap dingin begitu, kau terlihat sangat bodoh!" tutur Jongin, lalu berlari dan hinggap di punggung Sehun. Secara garis besar, tampak seperti Sehun sedang menggendongnya.
"Hey, turun atau aku akan membunuhmu!" Sehun berusaha membuat Jongin turun dari punggungnya karena jelas saja bahwa tubuh Jongin tak seringan anak berumur sepuluh tahun.
"Shireo!" Jongin tertawa melihat wajah Sehun yang tampak risih dan jijik.
"Jongin~ ah, ini tidak lucu! Cepat turun! Aish ini benar-benar menjijikkan!"
"Lihatlah, kita jadi tampak seperti sepasang kekasih," goda Jongin. Beberapa murid yang melintas di koridor melihat mereka sambil menahan tawa dan sebagian melihat dengan pandangan bingung.
"Hey, punggungku sakit! Kau pikir tubuhmu sekecil apa? Jongin, kubilang turun!" Sehun meraih kedua tangan Jongin yang memegang bahunya, kemudian menghempasnya, membuat pria di punggungnya itu terjatuh. Namun sebelum benar-benar jatuh ke lantai, Jongin menahan diri dengan menarik seragam Sehun, sehingga Sehun pun akhirnya terjatuh di atasnya.
Sehun menahan tubuhnya agar tidak benar-benar menimpa Jongin. Ia menunjukkan ekspresi jijik di wajahnya saat menyadari bahwa mereka seolah sedang beradegan dalam sebuah drama. Kalau orang yang berada di bawahnya adalah seorang wanita, itu akan baik-baik saja, tapi itu hanya bayangannya saja karena yang berada di bawahnya saat ini adalah Jongin!!
"Mwoya ige?!"
Sehun dan Jongin segera berdiri saat mendengar suara yang berteriak ke arah mereka. Keduanya menoleh ke sumber suara. Eun Ji, Namjoo dan beberapa wanita lainnya berdiri dengan pandangan terkejut melihat mereka berdua. Sehun tentunya tahu apa yang dipikirkan mereka semua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wave
FanfictionKetika ego memenuhi jiwa, menutup hati untuk menerima kenyataan dan hanya bersikeras pada angan. Mengapa ego harus menjadi setir dalam kendali jiwa? Lantas saat asa mengatakan untuk berjuang, nyatanya hanya berlari dalam gelap dengan resiko dalam mu...