"Jongin~ ah, apakah masih lama?" Sehun terlihat jenuh setelah menunggu Jongin yang masih di dalam ruang peralatan selama hampir 20 menit.
"Sebentar, hanya tinggal mengambil pipa panjang ini," sahut Jongin dari dalam. Sehun menghela napas dan bersandar pada dinding di belakangnya. Beberapa saat ia memejamkan matanya, kemudian teringat sesuatu. Ia segera masuk ke dalam ruang peralatan dan menghampiri Jongin yang sedang menata barang-barang yang akan dia pinjam di dalam kardus.
"Setelah ini tolong temani aku ke Coin Game Place," ujar Sehun. Dari tempatnya berjongkok, Jongin mendongak menatap Sehun dengan tatapan kesal, kemudian, "bodoh! Berhenti memikirkan game dan bantu aku membawa pipa itu!" ujar Jongin sambil menunjuk pipa air di sampingnya.
Keduanya membawa peralatan untuk festival ke kelas, meletakkannya di pojok belakang ruangan agar tak merusak pemandangan dan mengundang kemarahan guru kebersihan dan kedisiplinan. Setelah selesai, mereka berjalan keluar dari area sekolah. Rumah mereka yang bersebelahan membuat mereka mau tak mau sering pulang dan berangkat bersama. Tapi hari ini mereka tidak langsung pulang ke rumah masing-masing, karena Sehun memilih untuk mengunjungi Coin Game Place.
"Ku pastikan uangmu akan habis total setelah pulang dari tempat itu," ujar Jongin.
"Siapa peduli?" Sehun tersenyum sinis.
"Bagaimana jika aku mengadu pada orang tuamu? Apakah kau akan peduli?"
"Itu sama sekali tak memengaruhiku."
"Baiklah, kita lihat nanti."
Ketika keduanya hampir sampai di depan tempat yang dituju, seorang wanita berhenti di hadapan mereka. Perlahan, Sehun memutar langkahnya.
"Berhenti di situ, Oppa!"
"Aish," gumamnya pelan saat gadis itu mengeluarkan suara. Jongin yang berdiri di sampingnya hanya menahan tawa melihat reaksi temannya.
"Aku memberimu dua pilihan, belikan aku yoghurt dan potato chips edisi terbaru, atau aku akan mengadu pada Ayah dan Ibu kalau kau menghabiskan uang sakumu untuk bermain game."
Ingin rasanya Sehun memukul kepala gadis yang berumur satu tahun di bawahnya itu. Namun ia menahannya mengingat ancaman yang diberikan adiknya itu.
"Namjoo~ ah, tadi Sehun bilang dia tidak peduli jika diadukan pada ayah dan ibunya," tutur Jongin. Baru saja gadis bernama Namjoo itu ingin menjawab, namun ia mengurungkan niatnya dan memicingkan matanya melihat ke belakang Sehun dan Jongin.
"Eo? Sepertinya aku pernah melihatnya," gumam Namjoo sambil berpikir dan masih menatap wanita yang berjalan dari arah berlawanan.
"Ah! Jung Eun Ji~ Eonni!" serunya dan berlari menghampiri wanita yang ia maksud. Sehun dan Jongin berbalik memerhatikan Namjoo yang sedang berpelukan melepas rindu dengan wanita di hadapannya.
"Murid baru?" ujar Jongin pada Sehun, "bagaimana kalian bisa saling mengenal?"
Sehun menoleh pada Jongin, lalu tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya. Jongin mendelik geli melihat reaksi Sehun. Tak lama kemudian, Namjoo kembali menghampiri mereka bersama Eun Ji.
"Eun Ji~ ah, di mana rumah barumu?" tanya Sehun.
"Entah aku tak tahu nama jalannya."
"Lalu sedang apa kau di sini? Bukankah jam pulang sekolah sudah hampir 2 jam yang lalu?" tambah Jongin.
"Aku tersesat. Dari jauh ku lihat Sehun, ku pikir aku salah, ternyata memang benar Sehun."
"Kalau kau tidak tahu jalan, kenapa kau tidak bilang dan minta diantarkan?" tegur Sehun, kemudian, "ayo, aku akan mengantarmu," Sehun memegang tangan Eun Ji dan mulai berjalan bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wave
FanfictionKetika ego memenuhi jiwa, menutup hati untuk menerima kenyataan dan hanya bersikeras pada angan. Mengapa ego harus menjadi setir dalam kendali jiwa? Lantas saat asa mengatakan untuk berjuang, nyatanya hanya berlari dalam gelap dengan resiko dalam mu...