02. Hello

3.2K 345 19
                                    

Aku membuka mataku saat pramugari memberi pengumpan untuk mengenakan sabuk pengaman karena pesawat akan segera mendarat. Akh aku berpikir jika perjalanan ke Korea hanya sebuah mimpi tapi sepertinya ini adalah nyata. Pesawat mendarat di Incheon Internasional Airport dengan selamat tanpa gangguan yang berarti saat jam di ponselku tertua 05:35 WIB dengan kata lain 08:35 KST karena perbedaan 2 jam Wati Indonesia dan juga Korea.

Satu persatu penumpang dan awak kabin menuruni pesawat termasuk aku dan juga Kevin. Kakiku untuk pertama kali menginjakkan kaki di tanah para oppa. Aku menghirup udara yang sama dengan para oppa  dan kami juga berada di bawah langit yang sama saat ini, aku lebih dari sekedar bahagia.

“Ody, ayo!” ajak Kevin sambil menarik koperku yang sebenarnya tidak terlalu besar. “Kamu siapa yang jemput dan kamu tujuannya kemana?” tanya Kevin.

“Aku di jemput Bu Dewi dari staf kedutaan Indonesia dan aku akan ke Universitas Seoul,” jawabku.

“Kau ke Seoul University, kau tahu aku juga kuliah di sana,” ucapnya antusias.

Aku juga merasa lega, karena setidaknya di tempat baruku aku memiliki seseorang yang aku kenal dan berbicara dengan bahasa yang sama denganku.

“Kau haus?” Aku mengangguk karena aku memang haus dan aku lupa membawa air mineralku karena tadi aku habis dari kamar mandi dan buru-buru hingga melupakannya.

“Tunggu disini aku akan membeli kopi untuk kita, kau mau apa?.”

“Ehmmm!!!! Greentea latte.”
“Ok! Kamu tunggu disini jangan kemana-mana nanti aku bingung nyarinya.”

“Siap!” ucapku sambil hormat ala-ala orang upacara.

Dia pergi meninggalkan, aku melakukan peregangan ringan karena aku sudah menghabiskan hampir 8 jam untuk duduk dan itu sedikit membuat tulang punggungku sedikit manja saat di gerakan.
Aku melihat kerumunan tak jauh dari tempatku berdiri. Ada beberapa orang yang membawa kamera yang besar dan terlihat berat, ini membuatku yakin bahwa akan ada idol yang datang, aku ingin kesana tapi aku sudah berjanji untuk tidak pergi kemana-mana pada Kevin.
Aku hanya berusaha melihat dari kejauhan, benar saja ada segerombolan orang-orang yang tidak asing di mataku, karena aku biasa melihat mereka melalui sosial media, meski wajah mereka tertutup oleh masker aku bisa mengenali mereka satu-persatu. Jika tebakanku tidak salah mereka adalah NCT karena dengan jelas aku bisa melihat manusia yang terlihat bukan seperti manusia Lee Taeyong dia ternyata lebih tampan jika di lihat langsung. Lihatlah dia tersenyum padaku eh maksudnya pada fansnya, tapi aku juga fansnya jadi anggap saja dia tersenyum padaku.

Brukkkkkkkkk!!!!

Ada yang menabrakku dengan keras, dia seseorang dengan pakaian serba hitam dan juga masker. Jika dia di barisan sebelah sana mungkin dia adalah idol, tapi jika di sini apakah dia teroris?
“Choseonghamnida,” ucapnya sambil membungkuk.
“Tidak apa-apa.” Sautku dengan bahasa Korea yang aku pelajari selama kurang lebih 2 tahun setengah.
Aku mendengar kericuhan terjadi di sebelah sana, entah apa aku tidak begitu jelas. Ini di karena bahasa Koreaku yang masih sekedar teori.

“Lepaskan aku!” teriakku saat dia tiba-tiba menarik tanganku dan membawaku pergi bersamanya.

Aku mencoba meronta tapi tenaganya lebih kuat dariku. Aku ingin berteriak lebih kencang tapi takut di kira aneh, dan juga aku terlalu ketakutan. Dia mencegat taxi dan mendorongku masuk taxi setelah itu baru dia ikut masuk.

“Kita mau kemana?” tanyaku, tapi dia tak menjawab hanya memberi isyarat agar aku diam dan aku dengan bodohnya juga menuruti yang dia perintahkan.

Dia menghentikan taxi yang kami tumpangi tak jauh dari bandara hanya sekitar 10 km akh tapi ini juga lumayan jauh. Sebenarnya bukan jarak yang menjadi masalah, tempat dia mengajakku turunlah yang lebih perlu di permasalahkan.
Tempat ini benar-benar sepi, hanya ada suara angin yang bergesek-kan dengan dedaunan. Aku menatap orang yang membawaku ke tempat ini. Dia masih setia menutup wajahnya dengan topi dan juga maker. Siapa dia sebenarnya?

“Mianhae,” ucapnya sambil menunduk. Dia merasa bersalah, itulah yang aku lihat dari sorot matanya. Tunggu dulu, kenapa matanya terasa tidak asing untukku. Aku merasa pernah melihatnya, tapi dimana aku pernah melihatnya aku tidak ingat hanya saja aku sepertinya sering  melihat mata itu.

“Siapa kau sebenarnya? dan apa maksudmu membawaku ke tempat ini?” tanyaku dengan nada yang tidak lagi tenang.
Jujur aku sedikit merasa ketakutan, bayangkan saja kalian baru datang ke negeri orang dan kalian di bawa kabur oleh orang asing sementara kalian tidak tahu jalan. Aku yakin jika bukan aku mereka-pun akan merasa ketakutan.

Dia mungkin tersenyum, meski bibirnya tertutup masker aku dapat tahu dia tersenyum dari lekukan terbentuk di bawah matanya. Dia kemudian mulai melucuti pakaiannya, maksudku topinya kemudian maskernya.
“Kau jangan merasa ketakutan aku bukan orang jahat,” ucapnya dengan suara lembut yang membuat jantungku ingin melompat keluar.

Siapa-pun tolong jangan bangunkan aku, karena aku sedang mimpi sangat indah. Bagaimana bisa setelah topi dan maskernya di buka yang ku lihat adalah Jaenyun, Jung Jaehyun salah satu member NCT. Apakah aku berhalusinasi? 

“Gwaenchanayeo?” tanyanya sambil menggerakkan tangannya di depan wajahku.

“Gwaenchana,” jawabku berbohong.
Bayangkan saja bagaimana aku baik-baik saja, jika di depanku berdiri mahluk setampan dia, astaga jantungku. Apa jantungku masih di tempatnya? Atau aku bahkan sudah kehilangan jantungku.
Sebuah mobil yang biasanya hanya aku lihat di dalam drama, kini aku melihatnya tepat di depanku. Mobil hitam itu berhenti di depanku, dan kalian tahu dari mobil itu turun bidadari eh bukan maksudku para cowok ganteng yang biasanya hanya aku lihat dari balik layar ponselku.

“Kau baik-baik saja Jaehyun-ah?” tanya sang leader yang ketampanannya telah teruji secara klinis.

“Aku baik-baik saja Hyung,” jawabnya dengan senyuman yang bisa membuat aku terkena diabetes.

“Hyung siapa dia?” tanya  maknae mereka Haechan yang terdengar evil.

“Dia, akh aku belum bertanya namanya.” Dia berbalik kearahku dan mengulurkan tangannya, “ Jung Jaehyun,” ucapnya.
Meski ragu aku menyambut uluran tangannya, kapan lagi bisa ngejabat tangan idol gratis eksklusif pula. “Zahira Melody,” ucapku.

“Sa...sa....”

Akh sepertinya dia kesulitan mengucapkan namaku. “Melody” ucapku untuk membuat dia lebih gampang menyebut namaku.

“Melody.”

Aku mengangguk, dia tersenyum dan duniaku terasa berhenti saat itu juga.

-ooOoo-
TBC

Sepi banget ya work ini kaya pasar malam pas pagi-pagi kkkk
Tapi aku semangat kok update cerita ini karena aku cerita ini salah satu cerita yang paling pingin aku tulis kkkkk

Happy reading buat yang baca cerita ini

Vote and coment juseoyo 😉.

Spring Melody ✓ ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang