Sejak hari itu aku tak melihatnya lagi, bahkan aku berhenti sementara dari aktivitasku di dunia maya. Bukan tanpa alasan aku hanya tak ingin semakin merindukannya meski pada kenyataannya aku selalu merindukannya.
Sudahlah aku akan baik-baik saja, aku yakin akan hal itu. Lebih baik aku menikmati sisa waktuku di sini yang tinggal menghitung jam.
Mulai hari ini aku bahkan sudah tidak masuk kuliah. Kevin mengajakku untuk berjalan-jalan untuk terakhir kalinya.
"Kamu sudah siap?" tanya Kevin yang sudah berdiri di depan kamar asramaku.
"Aku sudah siap!" jawabku semangat.
Ayo kita lupakan semua hal yang membuat sedih, hari ini aku ingin tertawa dan melepas semua rasa sakitku.
***
Kevin membawaku ke tempat yang benar-benar ingin aku datangi. Kami melakukan banyak hal menyenangkan dari bersepeda di sungai Han, menggantung gembok di Namsan tower.
"Siapa yang kamu kunci dengan gembok itu?" tanya Kevin.
"Tidak ada, aku hanya ingin memasangnya lalu mengambil foto," jawabku.
Kevin terkekeh lalu mengacak rambutku. Membuat rambutku berantakan.
"Kevin!!"
Dia menjulurkan lidah seolah meledekku lalu dia berlari. Baiklah sepertinya dia ingin bermain-main denganku.
"Tangkap aku jika bisa!!!!" teriaknya.
"Kamu meremehkan aku??"
Kevin berlari lumayan cepat, tapi aku juga takkan kalah cepat sekedar informasi aku pernah menjadi juara maraton 100 meter.
Kami terus saling mengejar hingga tenaga kami menjadi habis dan tak kuat berlari lagi.
"Aku menyerah," ujar Kevin.
"Aku juga."
Lalu kami sama-sama tertawa menertawakan kelakuan kami yang seperti anak kecil.
Hari berlalu cepat, aku juga sudah cukup merasa lelah. Kamu memutuskan mengakhiri perjalanan hari ini. Tapi belum kembali Kevin membawaku ke taman bermain yang dulu pernah kami datangi.
Aku duduk di ayunan yang sama begitu dengan dia. Langit penghujung musim semi malam ini juga sangat indah.
"Besok malam kamu akan kembali," ucap Kevin membuka pembicaraan.
"Ehm, waktuku di sini sudah habis."
"Apa kamu sudah melakukan semua hal ingin kamu lakukan?"
"Sudah, berkat kamu Vin. Aku nggak tahu apa jadinya aku jika tidak ada kamu. Terima kasih sudah menjadi temanku," ucapku tulus.
"Aku bahagia untuk waktu yang aku habiskan bersamamu, karena kamu aku jadi punya alasan untuk liburan," ujarnya sambil terkekeh.
Baiklah, Kevin memang selalu seperti itu. Dia selalu bercanda tapi itulah membuatku nyaman bersama dia.
"Vin, bintangnya indah ya," ujarku.
"Iya indah, tapi tetap saja tak akan bisa kita gapai."
Kata-kata Kevin yang baru aku dengar, bagai garam yang di tabur di hatiku yang terluka.
"Kamu benar Vin, bintang tempatnya memang di langit, jika kita memaksa untuk meraihnya kita akan terluka."
Menatap bintang-bintang yang berkilauan dan begitu tinggi, sangat tinggi hingga hanya terlihat titik-titik cahaya.
Kevin meletakan kedua tangannya di pundakku. Dia menatapku dengan tatapan yang begitu hangat.
"Dy, menyukai seseorang itu bukan sebuah kesalahan, justru itu sebuah anugerah. Jadi jangan merasa menyesal karena kamu menyukainya yang di luar jangkauanmu. Karena kita juga tak bisa memilih pada siapa kita akan jatuh cinta," ujarnya yang membuat tanggisku tak terbendung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Melody ✓ ( END)
Fanfic#DreamSeries Series Pertama! Orang bilang aku beruntung, tapi bagiku ini adalah hasil kerja keras, namun saat takdir membawaku padamu aku akui aku beruntung dan harga untuk ke beruntungku adalah hatiku. **** "Kamu bintang dan aku tahu tempatmu di...