06

1.8K 216 5
                                        


Sepertinya efek senyuman Jung Jaehyun masih dapat aku rasakan hingga saat ini, pipiku bahkan sudah mulai keram karena terlalu banyak tersenyum.

"Obatmu habis?" tanya Kevin yang tiba-tiba muncul di pintu kamarku.

"Kevin, kenapa kamu masuk tanpa ijin ke kamar seorang gadis? Itu namanya tidak sopan."

"Siapa bilang aku tidak ijin, aku sudah mengetuk berkali-kali, tapi tidak ada jawaban dan pintunya tidak di kunci. Lagi pula aku cuma di pintu saja," ujarnya tak terima.

"Tetap saja." Tentu saja aku tidak ingin mengalah apapun alasannya bukankah tidak sewajarnya jika seorang laki-laki masuk kamar seorang gadis tanpa ijin.

"Ya udah maaf," ucapnya.

Ekspresi marah, kesal dan bersalah yang terlukis di wajahnya membuat dia terlihat begitu lucu dan imut, bahkan terlalu sulit menahan diriku untuk tidak tertawa.

"Jika mau tertawa tertawa saja, aku tahu kamu sedang menahan diri untuk tidak tertawa kan?"

Dia meledekku, sungguh dia menyebalkan tapi aku tidak bisa kesal dengannya dan tawaku-pun pecah, dari pertama bertemu Kevin tak pernah gagal membuatku merasa nyaman bersama dia, meski ini baru hari ke tiga aku mengenalnya aku merasa sudah sangat dekat dengannya.

"Sudah puas ngetawain aku?"

"Sebenernya belum sih, tapi udah akh pipi aku sakit."

"Sakit lah orang daritadi senyum mulu kaya pasien yang baru keluar dari RSJ, segitu senengnya apa bisa ketemu sama hp kamu?"

Oh benar handphone aku harus mengembalikannya ponsel Kevin dan aku bahkan sampai melupakan ponselku karena terlalu banyak memikirkan Jaehyun.

"Ini aku kembalikan ponsel kamu," ucapku sambil menyerahkan ponselnya.

"Ponselmu sudah kembali?" tanya Kevin.

Aku menunjukkan ponselku padanya dengan menggoyang-goyangkan ponselku di depan wajahnya. Dia tertawa kecil, jika di pikir lagi aku selalu melihat dia tertawa atau tersenyum.

"Oh jadi ini alasan kamu tersenyum sampai tidak dengar aku mengetuk pintu?"

"Bukan."

"Kamu tertidur?" tanyanya mencoba menebak prbyebabku tidak mendengar ketukan pintunya.

Aku menggeleng.

"Lalu?"

"Karena orang mengantar ponselku adalah Jung Jaehyun member NCT," jawabku.

Tiba-tiba dia menguap dan memutar bola matanya jengah, "Baiklah kemarin waktu ponselku hilang Irene RedVelvet juga mengantar untukku," ujarku dengan nada yang terlihat jelas meledekku.

"Aku serius."

"Aku sepuluh rius."

"Kevin, nyebelin deh!" aku melipat kedua tangannya di dada mencoba memberi tahu dia jika aku kesal dengannya.

"Iya ... Iya percaya deh."

Benar jika di pikir lagi siapa juga yang akan percaya dengan ucapanku. Sebagian mungkin menganggapku berkhayal, sebagian menganggapku berhalusinasi dan sebagian lagi menganggapku perlu penanganan yang serius oleh ahli kejiwaan. Jujur aku juga tidak percaya ini, semua terasa seperti mimpi. Apakah saat ini aku sedang mengalami yang namanya lucid dream? Aku aku memang sedang berkhayal? Akh apa aku benar-benar gila hingga sulit membedakan mana dunia nyata dan khayalanku.
Semua yang aku alami terasa nyata namun tidak bisa ku percaya.

"Hei! Ceritanya ngambek nih?"

Akh aku terlalu sibuk dengan perang pemikiran di otakku, hingga lupa jika masih ada Kevin di depanku.

"Nggak kok, aku capek Vin. Aku mau istirahat. Tapi makasih ya buat hp-nya," ucapku.

"Ya udah kamu istirahat, besok kamu udah mulai masuk kelas kan?"

Aku tersenyum, Kevin merebut ponselku, "Aku menyimpan nomerku jika butuh sesuatu jangan ragu untuk menghubungi aku ok."

"Ok"

"Selamat sore, istirahat yang cukup dan ini aku bawa makanan buat makan malam kami jangan lupa di makan."

"Makasih, tapi lain kali kamu nggak perlu repot-repot gini."

"Tidak repot kok, kan kamu nggak minta gendong."

"Tapi aku yang nggak enak, lagi pula aku ingin belajar menjadi mandiri dan tidak bergantung pada siapun termasuk kamu."

"Ok! Lagi pula jika tiap hari beliin kamu makanan aku bisa bangkrut," ujarnya dengan tawa garing khas miliknya.

"Nggak ikhlas?" ledekku.

"Sebenarnya sih iya." Dia tertawa, " udah deh aku pulang, bye Melody."

Kevin pergi meninggalkanku tapi jalannya mundur karena dia sibuk melambaikan tangan padaku, dan yang dia lakukan saat ini mirip dengan yang Jaehyun lakukan tadi. Akh sudahlah berhenti memikirkan Jaehyun karena urusanku dengan dia juga sudah berakhir.

Aku mengecek ponselku yang sudah lebih dari 24 jam berpisah denganku. Begitu banyak pesan belum terbaca dan juga panggilan tak terjawab. Kalian tahu 50% dari panggilan itu berasal dari Ibuku, 10% dari ayahku dan sisanya dari teman-temanku.

Ibu
08.15
Kamu sudah sampai?
08.35
Ody kamu udah makan?
08. 50
Ody kok telpon ibu nggak diangkat.
.
.
.


17.00
Ody baik2 aja
Ody kemarin hp-nya ketinggalan di tempat Bu Dewi.

Aku tidak bisa membaca semua pesan dari Ibuku selain terlalu banyak aku juga sudah dapat menebak isinya, dan pesan-pesan dari teman-temanku isinya juga hanya sekedar peringatan untuk tidak menyentuh bias ( idola) mereka, bahkan pesanan untuk membawa salah satu oppa tampan dari Korea sebagai oleh-oleh. Aku hanya bisa menghela napas dengan kelakuan teman-temanku yang tidak ada sisi warasnya.
Hari ini benar-benar membuatku lelah, meski aku tak melakukan banyak hal.
Tuing......

Jaehyun❤
17.15
Kau sudah sampai?

Aku terkejut saat melihat siapa yang mengirimiku pesan, seingatku, aku tidak pernah menyimpan nomer Jaehyun tapi kenapa tiba-tiba nomernya tersimpan di ponselku.

Jaehyun❤
17.17
Melody, kau sampai dengan selamat?

17.18
Aku sampai dengan selamat, tapi apa kau yang menyimpan nomermu di ponselku

17.20 iya itu aku
17.20 jangan hapus nomerku, hubungi aku saat kau sengang.

Saat ini aku benar-benar kehilangan akal sehat, nyatakan semua ini. Jika tadi aku tidak ingin terbangun sekarang aku sungguh ingin terbangun, siapapun bangunkan aku, aku ingin memastikan jika ini adalah nyata, karena masih terasa tidak nyata untukku.

-ooOoo-

Spring Melody ✓ ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang