19

1.2K 150 6
                                        


Setelah antri lebih dari satu jam kami sudah ada di arena fansining. Jaehyun dan memberikan telah duduk di kursi mereka masing-masing.  Satu persatu dari kami mulai mengantri untuk melakukan fansining dan giliranku tiba-tiba. Aku di mulai dari member yang pertama si magnae savege  dari NCT 127 Heachan.

"Kau yang waktu itukan?" tanyanya.

Rupanya dia masih mengenaliku.

"Iya. Itu aku,"  jawabku

"Aku tidak menyangka kau fans kami, karena waktu itu kau terlihat begitu tenang dan tidak seperti pengemar biasanya."

Hei, kamu tidak tahu saja jika jantung nyaris lepas waktu itu. Aku juga ingin teriak bahkan rasanya ingin pinsan karena tak kuat dengan pesona kalian semua.

"Itu karena ...."

Belum selesai ucapanku, aku harus segera bergeser ke member lain karena masih banyak yang mengantre di belakangku.

Satu persatu member selesai hingga menyisakan dua member. Taeyong yang ada di depanku dan Jaehyun di urutan terakhir.

"Kau datang?"  tanya Taeyong.

"Aku datang oppa."

"Untukku atau yang di sebelahku?"  sindir Taeyong.

Lee Taeyong dia tahu tentang aku dan  Jaehyun.

"Tentu untuk kailan semua,"  jawabku gugup.

Aku melirik sesampingku di mana Jaehyun dengan bersama seorang fans. Dia mengenggam tangan fans itu dan mengatakan hal-hal manis dan itu membuat hatiku terbakar. Aku ingin sekali mendorong gadis itu pergi namun sekali lagi aku harus sadar siapa diriku.

Saat yang membuatku gugup, lebih gugup dari biasanya. Aku sudah sering menghabiskan waktu bersama dengan dia, tapi kali ini berbeda. 

"Kau baik hari ini?"  tanyanya.

"Aku baik, kau sendiri?"

"Lebih setelah melihatmu."

Perlu beberapa saat untuk aku menetralkan efek dari jawaban Jaehyun.

"Temanku ingin kau menandatangi albumnya."

Aku menyodorkan album milik Arum yang sengaja dia kirim ke asramaku.

Dia menandatangani album itu, aku mengunakan kesempatan untuk melihat wajahnya, sebagai panawar rindu  yang datang tanpa kuundang.

"Jaehyun-sshi, temanku bertanya apa ada orang di dunia ini yang  sepertimu?"

Jujur aku ragu untuk menanyakan itu, tapi Arum ingin aku bertanya seperti itu pada Jaehyun.

"Tidak ada orang sepertiku, hanya aku jadi kau hanya perlu menyukaiku tanpa harus repot-repot mencari orang sepertiku," jawab Jaehyun.

Aku terpaku dengan jawabannya, terlebih tatapan matanya saat mengatakan itu sungguh membekukan aku.

"Sepertinya sudah tiba giliranku,"  ujar gadis yang ada di sebelahku.

Aku segera pergi meski masih ingin memandanginya lebih lama.

Hatiku sakit tanpa kutahu alasannya. Entah karena aku melihat dia mengatakan hal-hal manis pada gadis lain atau karena  untuk sekian kalinya aku menyadari hal ini

"Aku merindukanmu."

Aku terkejut bukan main. Saat seseorang tiba-tiba memelukku dari belakang. Aku mengenal aroma tubuhnya dan juga suaranya.

"Jaehyun-ah a-a-apa yang kau lakukan?" 

Saat ini aku benar-benar bingung, aku ingin segera melarikan diri tapi pelukannya begitu hangat dan menenangkan. Aku juga ketakutan karena ini adalah area yang sangat berbahaya jika ada yang melihatnya.

"Jaehyun-ah, lepaskan aku. Ini akan jadi masalah jika ada yang tahu."

"Tidak bisakah kita mengabaikan mereka? tidak bisakah kita berpikir tentang kita saja?"

"Tidak," jawabku.

"Melody aku menyukaimu, tidak bisakah aku melakukan itu?"

Aku diam. Aku tidak tahu harus bagaimana, ada rasa bahagia karena perasaanku tidak sendirian namun aku juga merasakan patah hati dalam saat yang bersamaan, karena aku dan dia mustahil bersama.

"Lepaskan aku sebelum ada yang melihat," ucapku setelah menguatkan hatiku.

Perlahan dia merenggangkan pelukannya sebelum akhirnya dia benar-benar melepaskan aku.

"Aku pergi," ujarku.

Aku ingin berlari sekuat aku bisa, tapi nyatanya aku hanya berjalan perlahan dan hatiku yang tak diri berharap jika dia akan kembali ngejarku lalu memelukku seperti tadi.

Setelah peperangan sengit dengan hatiku sendiri aku bisa keluar dari arena fanmeeting itu. Aku melihat Kevin tersenyum padaku di depan sana, dia masih menungguku.

"Kamu sudah mengahirinya?" tanya Kevin.

Aku tak bisa menjawab, bibirku kelu justru air mataku yang jatuh lebih dahulu.

"Hei kamu kenapa?" tanyanya sambil mengusap air mataku.

"A-aku tidak bisa mengakhirinya, meski aku menginginkan."

Setelah kalimat itu, aku sungguh kehilangan semua tenagaku untuk bicara. Kevin merengkuhku ke pelukannya memberiku kehangatan meski rasanya berbeda dengan kurasakan tadi.

"Aku tahu tidak akan mudah mengakhiri sebuah perasaan, untuk mengahiri semuanya tidak akan semudah saat kemudian memulainya."

Benar memang untuk mengakhiri perasaanku, tidak  semudah saat aku memulainya.

🍁🍁🍁

TBC

Udah berapa lama ya nggak up date?

Sekedar informasi ini udah part-part terakhir.

Apapun yang terjadi sebelum bulan Juni cerita ini harus selesai.





Spring Melody ✓ ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang