08

1.6K 192 14
                                    


Tidak dapat di tebak kebetulan seperti apa yang akan terjadi hidup kita, aku bahkan terlalu bingung untuk menyebut ini sebagai takdir, kebetulan, keajaiban atau bahkan sebuah kesalahan. Lihatlah dia yang sedang menatapku sambil tersenyum, sebenarnya aku hanya menebak jika dia tersenyum karena dia kembali mengenakan maskernya.

Aku dan dia duduk di meja paling ujung yang berisi sastra kuno yang jarang sekali orang datang ke deretan ini. Aku tak menatap balik matanya, karena jujur aku tidak akan sanggup aku masih sayang pada jantungku, aku tidak mau dia tiba-tiba berhenti berdetak karena aku terlalu lama kontak mata dengan seseorang yang saat ini sedang duduk berhadapan denganku.

"Kenapa tidak menelponku, atau setidaknya mengirimi pesan?" tanyanya yang tentu membuatku sangat gugup.

"Kenapa aku harus menelponmu, atau mengirimiku lagi pula kau pasti sibuk jadi untuk apa aku melakukanya?" tanyaku balik.

Dia diam seperti sedang berpikir. Sebenarnya aku sangat ingin mengirimi dia pesan sekedar selamat pagi atau menanyakan kabar, tapi aku takut jika dia akan merasa terganggu dan menganggapku sebagai sasaeng fans.

"Kau benar tidak ada alasan kita untuk saling mengirim pesan," ujarnya dengan nada yang terdengar sedih, "Jika saja aku ini Taeyong Hyung kau pasti dengan senang hati mengirimiku pesan," lanjutnya lalu dia menenggelamkan wajahnya di buku yang dia letakan di meja.

Aku tidak menyangka Jung Jaehyun yang selalu terlihat cool di atas panggung akan bersikap seimut ini. Memang dia sering bersikap imut tapi tetap saja aku kira itu hanya akting untuk membuat penggemarnya bahagia, ternyata aku salah dia memang benar-benar imut.

Dia menarik kepala yang sempat dia letakan di atas buku.

"Melody-sshi, karena kita sumuran jadilah temanku. Jadi kita akan punya alasan untuk saling berkirim pesan," ucapnya sambil menggenggam erat tanganku.

Aku menarik tanganku dari genggamannya, aku tahu keberadaannya di sini adalah dan mustahil wartawan ada di dalam perpustakaan kampus tapi siapa yang tahu jika kursi, meja bahkan buku-buku di sini memiliki mata.

"Jaehyun-sshi sebagai seorang pengemar bisa bertemu dan berbicara denganmu adalah sebuah hal yang sangat luar biasa hingga aku menganggapnya sebagai sebuah keajaiban, tapi akan lebih baik jika pertemuan kita hanya sebatas itu, seorang idola dan seorang penggemar," ujarku.

"Jadi kau kita tidak bisa berteman?"

Aku menggeleng pelan, "akan lebih baik kau tetap menjadi idolaku dan aku menjadi fansmu."

"Melody...."

Aku mendengar suara Mi Jung memanggilku, aku sampai lupa jika aku datang bersama mereka. Mereka pasti sedang mencariku.

"Maaf aku harus pergi, temanku mencariku. Tidak usah khawatir aku tidak akan memberi tahu mereka tentang pertemuan kita di sini dan satu lagi temanku adalah penggemarmu," ujarku.

Aku meninggalkan dia, aku harap keputusanku adalah tepat aku tidak ingin melanggar batas yang seharusnya, aku tidak ingin terluka pada akhirnya karena semakin sering aku bertemu dia di dunia nyata semakin aku mengharapkan sesuatu yang lebih dan lebih.

Mi Jung dan Ja Hye terlihat kebingungan menelisik di setiap sudut perpustakaan, aku yakin mereka sedang mencariku.

"Ja Hye-ah , Mi Jung-ah!" aku melambaikan tangan pada mereka.

"Melody." Mereka berlari menghampiriku.

"kau darimana saja? Kami kira kamu tersesat."

"aku hanya berkeliling tanpa sadar aku terjauh dari kalian."

"Oh begitu, ya sudah lebih baik kita kembali, kelas akan di mulai sepuluh menit lagi," ujar Ja Hye.

***

Kelas hari ini selesai, artinya saat untukku pulang ke asrama. Aku menikmati hari ini meski sedikit terasa melelahkan, tapi satu hal yang membuatku merasa tidak nyaman. Pertemuanku dengan dia membuatku merasa tidak nyaman, terlebih raut sedih yang terlukis jelas saat aku menolak ajakan pertemanannya. Belum pernah aku melihatnya terlihat begitu kecewa, dan dari sorot mata itu aku dapat merasakan jika dia begitu kesepian.

"Hei!!"

Aku tersadar dari lamunanku, saat kaleng dingin menempel di pipiku, ulah siapa lagi? Kalau bukan ulah Kevin yang saat ini sedang nyengir kuda di hadapanku sambil menunjuk dua jarinya.

"Ngelamun aja, walaupun di Seoul bisa kesambet loh kalau sering ngelamun," ujarnya sambil menyodorkan satu kaleng minuman bersoda yang sudah di buka olehnya.

"Buat aku?" tanyaku yang sebenarnya hanya untuk meledeknya.

"Sebenarnya mau buat Jihyo Twice tapi adanya kamu ya udah buat kamu aja."

Aku merebut kaleng minuman itu dan langsung meminumnya karena aku memang sedang haus.

"Haus?"

"Nggak!" jawabku ketus lalu berjalan meninggalkan dia.

"Melody, aku datang menjemputmu, bukankah tidak sopan jika kamu ninggalin aku?"

Aku mendengar Kevin mengoceh, tapi aku tetap berjalan meski aku memperlambat langkahku agar Kevin bisa segera menyusulku.

"Jangan marah tadi cuma bercanda kok," ucapnya sambil merangkulku.

"Hmmm," sautku singkat.

"Dy, besok mungkin sampai dua minggu ke depan nggak bisa antar jemput kamu, aku ada partek di wilayah yang lumayan jauh dari Seoul," ujar Kevin.

Aku merasa sedikit sedih, tapi mungkin ini kesempatanku untuk lebih mandiri.

"Jangan sedih begitu, jika libur aku akan menemuimu."

"Aku tidak sedih, justru aku bahagia. Melihat kamu lagi, kamu lagi setiap hari membuat aku bidan," ujarku.

"Benarkah? Awas aja kalau kangen!"

"Tidak akan kangen."

"Yakin??" Tanyanya sambil memainkan alisnya.

"Yakin," jawabku.

Mungkin aku akan merindukan dia, karena selama beberapa hari ini dia yang menemaniku, mungkin juga aku akan merasa kesepian, tapi aku tidak ingin terus bergantung padanya.

-ooOoo-









Spring Melody ✓ ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang