Aku terbangun saat matahari sudah mulai meninggi, mungkin karena semalam aku nyaris tidak bisa tidur. Aku melihat Ri El sudah tidak ada, mungkin dia sudah pergi ke kampus. Ini adalah pagi keduaku di Korea. Melihat bunga-bunga sakura yang mulai bermekaran dari yang berwarna putih hingga merah muda atau perpaduan keduanya membuatku merasa jika ini adalah mimpi.
Tuing ...
Ada sebuah pesan masuk di ponsel Kevin.
+8202906xxxxx
Temui aku di tempat taman dekat asrama jam 3 soreOk.!
Akh ternyata mimpi indahku masih berlanjut hingga aku terbangun.
Tok ... Tok ... Tok ...
Suara ketukan pintu itu sepertinya berasal dari depan kamarku. Aku berlari kecil untuk membuka pintu yang sebenarnya tidak berjarak jauh dari tempat tidurku.
“Nuguseyeo?” tanyaku sambil membuka pintu.
“Kevin, nggak mungkin member Bingbang atau EXO mendadak ngunjungin kamu terus bawain sarapan,” jawab orang membuat suara ketukan pintu yang dari nama yang dia sebutkan tak perlu aku beri tahu dapat di tebak kan?
“Ya tentu saja, member Bingbang sedang wamil dan member EXO tidak terlalu senang untuk mengantar sarapan untukku,” ujarku yang di sambut tawa garing olehnya.
“Kau lawak juga ya Dy.”
Dia menatapku seperti tidak percaya, aku tidak tahu apa yang membuatnya mentapku begitu.
“Vin kamu bawa sarapan, tapi aku kan ...
“Aku tahu, ini halal kok. Aku yang masak spesial buat kamu.”
“Serius?”
“Hehe ... Enggak aku beli, tapi ini halal kok. Aku udah biasa beli yang jualan orang Indonesia.”
Kevin berusaha menyakinkanku, aku sedikit ragu tapi aku juga sangat lapar. Bismillahirrahmanirrahim semoga halal dan baik untuk kesehatan amin.
“Ya udah deh, kita enaknya makan dimana? Nggak mungkinkan di dalam?”
“Di atap bangunan ini gimana?”
“Boleh.”
***
Aku sepertinya sedang menjalani hidup layaknya drama Korea. Sarapan di atap dengan cowok ganteng pula, aku harap mimpi indah ini tidak segera berakhir.
Kevin tidak salah pilih tempat sarapan rupanya, dari atap aku bisa melihat sebagian kota di pagi hari, dan aku juga melihat taman yang Jaehyun maksud. Pantas saja dua memilih tempat itu, karena tempat itu cukup sepi dan tidak begitu terekspos dari jalan raya.
“Gimana sandwich-nya?” tanya Kevin.
“Lumayan, makasih ya. Sebenarnya kalau makan sandwich aja aku nggak kenyang Vin,” jawabku dengan nada bercanda.
“Ya iyalah, biasa kamu makan nasi sepiring, nih aku tambahin satu lagi.”
Kevin memberiku satu bungkus sandwich lagi. Dia mengira ucapanku serius, tapi memang tak sepenuhnya bercanda jadi aku terima sandwich itu.
“Makasih,” ucapku.
“Dy! btw kamu enak banget manggil aku Vin, emang umur kamu berapa?”
“Lebih tua dari yang kamu kira,” jawabku.
“Dy, serius ih.”
“21,” ucapku jujur.
“Berarti kamu harus panggil aku oppa, aku 22 tahun.”
“Nggak mau.”
“Ih nggak punya sopan santun!”
“Cuma beda setahun.”
“Tapi aku lebih tua.”
“Nggak enak, coba deh Kevin oppa, nggak enak ih.”
"Ya udah, aku bercanda kok,” ucapnya yang di iringi dengan tawa khas miliknya.
Kami melanjutkan sarapan ala drama Korea kami sambil menikmati matahari pagi tanggal mulai meninggi.
***
Matahari mulai tergelincir ke arah barat, setelah Kevin pergi tentunya setelah membantuku mencari kamar mandi aku hanya bermalas-malasan di kamar, karena tubuh masih terasa remuk karena terlalu lama duduk.
Waktuku untuk bertemu dengan Jaehyun hampir tiba, aku tidak tahu kenapa dia memilih jam tiga, mungkin itu waktu dia senggang. Aku selalu seperti ini deg-degan setiap mendengar apapun yang berkaitan dengan Jaehyun, mungkinkah aku jatuh cinta dengannya? Aku lupa aku memang sudah jatuh cinta dengan dia jauh sebelum aku bertemu dia langsung, bagiku dia adalah selingkuhan karena pacar aku adalah Taeyong, dan dia juga pacarnya Arum. Seperti aku mulai terlalu banyak berhalusinasi.
Aku datang sepuluh menit lebih awal, karena butiran debu seperti aku tidak sepantasnya membuat bintang sekelas Jaehyun menunggu, bukan begitu? Anggap saja iya. Aku duduk di bangku paling jauh dari keramaian, karena itu petunjuk yang Jaehyun katakan.
Jujur aku tidak yakin, jika yang datang adalah Jung Jaehyun, aku tidak berharap banyak aku hanya berharap ponselku segera kembali pada tanganku.
“Maaf membuatmu menunggu lama,” ucap seseorang yang memakai hoodie hitam dan juga masker hitam.
Aku tidak menyangka jika dia benar-benar datang, aku sungguh merasa bahagia.
Dia membuka maskernya, mungkin dia mengira aku tidak mengenalinya karena aku hanya diam. Aku diam karena sedang mengembalikan detak jantungku pada kecepatan semula.“Kira kau tidak datang,” ujarku.
“Aku bukan orang suka melanggar janji, kau perlu tau itu.”
Dia tersenyum, dan seperti biasanya senyumnya selalu berhasil membuat jantungku jungkir balik.
“Ehm ini ponselmu, lain kali hati-hati dengan barang pribadimu.”
“Terima kasih, sudah menyimpannya dan mengantarnya kesini, dan maaf aku sudah membuatmu repot,” ucapku
“Tidak sama sekali, aku justru bahagia bisa bertemu denganmu lagi.”
Sepertinya telingaku perlu di bawa ke dokter THT karena pendengarannya mulai ngawur. Tadi aku mendengar Jaehyun senang bisa bertemu denganku lagi, pasti telingaku yang salah.
“Melody, sepertinya aku harus pergi aku ada jadwal sebentar lagi.”
Belum sempat aku membalas ucapannya, dia sudah berlari pergi sambil melambaikan tangannya padaku. Saat seperti ini bolehkah seorang sepertiku menginginkan dia sebagai pacarku. Rasanya akan sangat menyenangkan jika aku bisa memiliki pacar yang sangat manis seperti dia. Sekarang aku tahu alasannya kenapa Arum begitu menyukai seorang Jung Jaehyun.
-ooOoo-
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Melody ✓ ( END)
Fanfiction#DreamSeries Series Pertama! Orang bilang aku beruntung, tapi bagiku ini adalah hasil kerja keras, namun saat takdir membawaku padamu aku akui aku beruntung dan harga untuk ke beruntungku adalah hatiku. **** "Kamu bintang dan aku tahu tempatmu di...