12

1.4K 170 6
                                        

Aku berdiri hanya merebahkan diri setelah ke pulanganku dari taman. Ada rasa bersalah yang menjalar di hatiku, apa aku bersikap terlalu berlebihan pada dia?

Kepalaku terasa ingin pecah saat memikirkanya. Jujur ada rasa bahagia yang aku tidak bisa menggambarkan seperti apa itu setiap kali aku bersama dengan dia, bahkan hanya sekedar melihat dia tersenyum padaku, tapi aku juga merasakan rasa khawatir jika aku mulai menginginkan dia, karena dia bukan orang yang bisa aku inginkan dan fakta itu membuat nyeri di hatiku setiap kali aku menanamkan itu dalam otakku.

Tok ... Tok ... Tok

Siapa yang datang? Aku mendengar ada yang mengetuk pintu kamarku.

Aku membuka pintu dan mencari ke sekeliling namun tidak ada orang, mungkinkah aku sudah mulai berhalusinasi?

Aku kembali membaringkan tubuhku, mungkin aku salah dengar, atau itu ketukan pintu kamar sebelah.

Tok ... Tok ... Tok

Aku mendengarnya lagi, sepertinya ada yang sengaja mengerjaiku.

"Nuguseyeo???" tanyaku dengan nada tinggi.

Tidak ada sautan, ok kita biarkan saja.

Tok ... Tok ... Tok.

Sungguh, dia memang sedang menguji kesabaranku. Aku merasa merinding, ini seperti adegan di drama Korea yang belum lama aku tonton.

Aku tetap memberanikan diri untuk membuka pintu lagi, toh jika memang dia ada penjahat aku bisa berteriak banyak orang di sini yang akan menolongku.

"Siapapun di luar, tolong jangan main-main. Kalau tidak aku menelpon polisi," ujarku setelah mengumpulkan semua ke beranianku.

"Serem banget ancanannya," ucap Kevin yang muncul dari balik pintu dan menampakkan senyum manis setelah membuatku nyaris mati sebelum wisuda karena serangan jantung

Demi apapun saat ini aku ingin memakannya hidup-hidup.

Aku meliriknya sekilas lalu langsung masuk ke kamar dan menutup pintu.

"Dy, jangan marah aku cuma bercanda," ujarnya sambil mengetuk-ngetuk pintu.

"Bercanda kamu nggak lucu," ujarku ketus.

"Maaf deh, aku nggak magsud nakut-nakutin kamu."

Aku tak merespon dia, karena aku merasa dia sedikit keterlaluan.

"Dy, aku datang jauh-jauh dari Paju buat nemuin kamu lho! Aku mau ngajakin kamu jalan-jalan."

Dia terus membujukku, tapi aku masih terlalu malas.

Tak beberapa lama aku tak lagi mendengar suatanya. Aku berjalan perlahan menuju pintu dan mengintip dari lubang kunci. Aku tak menemukan Kevin dan kali aku merasa bersalah terlebih saat dia bilang datang dari Paju untuk nemuin aku. Sepertinya aku yang sudah keterlaluan.

Aku membuka pintu dan aku menemukan dia di depan pintu.

"Kamu masih di sini?" tanyaku dengan nada sedikit ketus.

"Dy, maaf," ucapnya dengan wajah yang di buat seimut mungkin yang membuatku tak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum.

"Melody, senyum! Berarti nggak marah lagi dong?"

"Kali ini aku maafin, tapi lain kali aku benar-benar laporin kamu ke polisi!"

"Siap! Sebagai ucapan maaf jalan yuk."

"Kemana?"

"Jalan aja dulu!"

Aku hanya mengikutiku kemana Kevin melangkah. Dia membawaku ke sebuah restoran yang terlihat tidak terlalu mewah namun terasa nyaman berada di sini.

"Eh Kevin, siapa dia?" tanya Ibu-ibu yang sepertinya pemilik restoran itu.

"Ini Melody yang kemarin aku ceritain."

Dia terlihat akrab dengan Ibu itu dan jika di lihat-lihat lagi ibu itu mirip dengan Bu Dewi dan mirip dengan Kevin juga.

"Oh ini yang namanya Melody, saya Disa Tantenya Kevin," ucap ibu itu memperkenalkan diri.

"Saya Melody, temennya Kevin."

"Jadi Tante Disa itu kakak tertua Mama aku dan Tante Dewi,"ujar Kevin menjelaskan.

Aku hanya manggut-manggut mendengar penjelasan Kevin.

Aku memesan nasi goreng, dan Kevin juga memesan makanan yang sama denganku.

Entah mengapa aku jadi merindukan ibuku, biasanya Ibu sering memasak nasi goreng untuk sarapan.

***

"Vin kita mau kemana lagi, aku capek."

Kakiku memang sudah terlalu pegal karena Kevin mengajakku berkeliling daerah ini tanpa kendaraan alias jalan kaki.

"Satu tempat lagi!"

Kevin terus melangkah, tanpa memperdulikan keluhanku.

Ternyata dia membawaku ke sebuah taman bermain. Secara reflek aku langsung menuju ayunan dan menaikinya.

"Kevin, dorongin!" ujarku.

Tanpa protes Kevin langsung melakukan yang aku minta. Ini sudah sejak lama dari terakhir aku naik ayunan, aku merasa kembali ke masa kecil yang telah lama berlalu.

"Dy, aku nggak nyangka kamu berat banget!"

Kevin terlihat terengah-engah lalu duduk di ayunan yanv satunya lagi.

"Mau ngantian aku dorongin," tawarku padanya.

"Tidak usah."

Penolakannya membuat ide nakal terbesit di otakku. Perlahan aku berjalan ke belakangnya dan mendorongnya sekuat mungkin.

"Melody ...," teriaknya.

Wajahnya memucat, dan dia terlihat begitu lucu membuatku enggan untuk berhenti.

"Ody, stop aku takut," teriaknya lagi.

Aku sudah tidak kuat lagi, tubuhku terasa lemas dan air mataku mulai keluar, perutku juga terasa sakit dan pipiku rasanya kram.

"Puas, ngetawain aku?"

Aku masih belum bisa mengendalikan tawaku.

"Ody, berhenti atau jangan harap aku ngajakin kamu jalan-jalan lagi," ancamnya.

"Iya ... Iya. Habis kamu lucu," ucapku sambil menahan bibirku agar tidak terus terangkat.

Kami duduk di ayunan masing-masing kembali ngumpulkan tenaga yang habis karena terlalu banyak tertawa dan dia karena terlalu ketakutan.

Menikmati malam di taman bermain rupanya memang seru seperti drama yang sering aku tonton, terlebih langit musim semi begitu menawan dengan ribuan bintang yang bertaburan seperti berlian.

"Dy, bintang kalau dari jauh indah ya?"

"Iya sangat indah."

"Tapi kalau bintang itu jatuh apakah masih indah dan bersinar?"

"Aku tidak tahu!" jawabku bingung.

"Dy, meski indah dan menyilaukan jika bintang terlalu dekat dengan kita pasti akan membahayakan dan bisa juga membuat kita terluka. Karena bintang itu memang tempatnya di langit, dengan begitu dia tetap bisa bersinar."

Ada ribuan panah yang tertancap di hatiku saat, aku merasa nyeri yang luar biasa setelah mendengar ucapan Kevin

Harusnya aku tahu, jika tidak seharusnya aku terlalu dekat dengan bintang. Aku mungkin terlaka dan untuk dia mungkin dia akan meredup atau berhenti bersinar.

-ooOoo-
TBC

Spring Melody ✓ ( END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang