2 votes and 1 comment for next maybe?:p
Seminggu sudah berlalu semenjak ayah Hyekyo yang menyatakan pernikahan Hyekyo dengan namja yang bernama Joongki itu. Dan sudah seminggu itu pula Hyekyo mogok makan. Yang biasanya makan sehari empat kali menjadi sehari sekali.
Hari ini hari Sabtu. Hyekyo baru bangun pukul sembilan. Itupun karena ponselnya yang berbunyi. Tumben ada orang yang meneleponnya.
"Halo?"
"Kutunggu di basement apartemenmu lima belas menit lagi. Tidak ada penolakan."
Setelah itu sambungan diputuskan.
Hyekyo mengerang. Mimpi apa dia semalam sampai mendapatkan calon suami yang seperti ini?
Ia berguling-guling di kasurnya sebelum akhirnya bangun dengan malas. Hyekyo menyeret kakinya ke kamar mandi.
Setelah mandi Hyekyo membuka lemari bajunya dan memakai baju pertama yang diihatnya. Kaus lengan pendek putih, shortpant hitam dan sepatu sandal cokelat. Dan tas selempang hitam untuk ponsel dan dompetnya.
"Dasar namja gila, tidak tahu diri!" Umpat Hyekyo sambil menyisir rambutnya dan membiarkannya terurai.
Ia melangkah keluar dari apartemennya, tidak lupa mengunci pintunya lalu melangkahkan kakinya ke basement.
Tiba disana, ia melayangkan pandangannya, bingung mencari keberadaan Joongki. Kemudian ia mendengar suara yang membuatnya menoleh. "Mencari ku?"
"Lalu siapa lagi yang kucari jika bukan kau?" Balas Hyekyo kesal. Ia mengikuti langkah Joongki ke mobil putihnya.
"Kita kemana?" Tanya Hyekyo heran. Ia baru ingat jika tadi Joongki sama sekali tidak memberitahu akan pergi kemana.
"Butik."
"Untuk?" Balas Hyekyo.
Joongki tidak menjawab. Mungkin mengira Hyekyo bisa menyimpulkan sendiri. Sedetik kemudian Hyekyo sadar. Ke butik berarti untuk gaun pernikahannya.
"Kenapa kau begitu saja langsung mau menerima perjodohan ini?" Tanya Hyekyo penasaran.
"Sudah kukatakan itu ada dalam wasiat nenekmu."
"Wasiat nenekku. Bukan nenekmu."
"Nenek kita bersahabat sejak kecil."
Hyekyo menggumam dalam hatinya, anak baik. Ia mengulurkan tangannya dan membuka kaca jendela mobil, lalu menjulurkan kepalanya keluar.
"Tutup, dingin."
"Dingin? Ini musim semi."
"Terserah, itu dingin. Tutup atau turun?"
Mendengar ancaman terakhir Hyekyo buru-buru menutup jendelanya dengan tampang kesal. Ia bisa saja memakai bus tapi ia tidak tahu dimana halte terdekat.
Lima belas menit kemudian mereka tiba di salah satu butik yang lumayan terkenal. Begitu mereka masuk, pelayan toko yang tampak mengenal baik Joongki meminta mereka naik ke VIP room di lantai dua.
"Gaun jenis apa yang kau sukai?" Tanya Joongki.
"Aku tidak suka memakai gaun." Dan itu memang benar. Hyekyo hanya memakai gaun beberapa kali saja sejauh ini.
"Lalu kau ke pernikahan memakai apa? Kaos dan celana?"
Hyekyo mencebik kesal dan mengikuti pelayan toko yang berjalan mendahuluinya ke arah tempat gaun.
Setelah mengambil satu gaun, ia berjalan ke kamar gantinya. Ia mengganti bajunya dengan gaun tersebut dengan bantuan beberapa pegawai.
Hyekyo berdeham ketika tirai sudah dibuka tapi Joongki masih fokus dengan ponselnya, bermain game. Joongki mendongak.
"Terlalu pendek, ganti."
"Hya! Ini musim semi dan kau berharap aku memakai gaun pernikahan panjang dengan lengan panjang yang super tertutup?"
"Acara kita outdoor."
Hyekyo mendengus sebelum akhirnya memilih gaun, mencobanya kembali.
Sudah gaun keempat dan Joongki belum menentukan pilihannya apa. Hyekyo mulai kesal.
"Lalu kenapa kau tidak mencarikannya sendiri saja?"
Joongki berdecak sebal, seolah ingin mengatakan memilih gaun saja tidak bisa. Ia berjalan ke arah gaun pengantin dan mengambil satu, menyerahkannya pada Hyekyo.
Setelah mencoba gaun itu dan akhirnya Joongki setuju (karena itu gaun pilihannya), akhirnya mereka kembali pulang.
"Mampir ke supermarket sebentar," kata Hyekyo sambil melepas sabuk pengamannya.
"Kenapa?"
"Makanan di apartemenku habis."
"Kau hendak membayar dengan apa?"
"Kartu kreditku, tentu saja. Kenapa memangnya?" Balas Hyekyo heran.
"Tadi malam ayahmu menelfonku. Kartu kreditmu sudah diblokir. Kau hanya bisa membeli barang dengan persetujuanku sekarang."
Hyekyo menganga. Bukan karena itu kalimat terpanjang yang sudah diucapkan Joongki kepadanya, melainkan karena ia belum mengambil uang sepeser pun dari kartu kreditnya.
"Lalu tidak bisakah kau membayarkan belanjaan ku sekarang? Aku hanya akan membeli bahan makanan."
"Aku sudah membayar gaunmu."
Hyekyo mendengus sebal. Entah mimpi apa neneknya itu sampai menjodohkannya dengan seseorang yang pelit seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
FanfictionSong Hye Kyo tidak percaya ini. Masa ia harus menikahi laki-laki bernama Song Joong Ki yang tidak pernah dikenalnya, hanya karena perjodohan mereka dicantumkan dalam wasiat neneknya?