Pt 5

2.7K 183 5
                                    

Maaf baru update ya..



"Akhh.. Pelan-pelan!" ringis Hyekyo.

"Cengeng."

"Itu sakit!" jerit Hyekyo lagi ketika Joongki menekan kapas berisi obat merah ke luka Hyekyo.

"Salah sendiri. tidak ada yang menyuruhmu bertengkar."

"Mereka duluan," gumam Hyekyo tidak terima.

Tadi setelah mereka diseret ke ruang guru, Hyekyo berusaha menjelaskan jika ia tidak melakukan kesalahan tetapi dosen sialan itu tidak percaya. Mungkin ketiga anak itu sudah membayarnya. Atau bagaimana Hyekyo tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Jadilah mereka ribut sampai Joongki, sang pahlawan kesiangan datang dan berkata jika bukan Hyekyo yang salah karena ia melihat mereka menyerangnya duluan. Dan yang membuat Hyekyo sedikit terhibur adalah mereka bertiga mendapat surat peringatan pertama. Artinya jika sudah tiga kali, mereka akan dikeluarkan.

"Sudah," suara Joongki membuyarkan lamunannya. Setelah menggumamkan terimakasih yang sangat pelan, Hyekyo berjalan tertatih-tatih ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di kasur.

"Aigoo, malang sekali hidupku," gumam Hyekyo. Tatapannya terarah pada langit-langit kamarnya yang berwarna putih bersih.

Berhubung jam sudah menunjukkan pukul dua siang dan Hyekyo mengantuk, maka ia memejamkan mata dan memutuskan untuk tidur saja.

* * *

Ketika Hyekyo membuka matanya, ia mendapati hari sudah mulai gelap. Joongki tidak ada di kasur sebelahnya. Entah ada dimana.

Perut Hyekyo berbunyi pelan. Astaga. Ia bahkan belum makan siang. Semoga penyakit maag-nya tidak kambuh.

Ia berjalan terseok-seok menuju dapur dan membuka kulkas. Tidak ada apa-apa disana selain sayuran. Dan ia tidak tahu cara masak sayuran. Tatapannya beralih ke rice cooker. Tidak ada nasi di dalam sana. Tidak ada pula roti di lemari makanan.

Ia harus makan apa?

Hyekyo kembali ke ruang tengah dan berbaring di sofa. kemudian ia menemukan memo dari Joongki di meja di depannya.

Aku ke kantor. Urusan mendadak. Aku akan pulang larut. jangan hubungi aku dulu sampai diatas jam sembilan.

Hyekyo meringis. Perutnya terasa sakit. Oh pasti. Maag-nya pasti kambuh. Belum lagi sebelum keluar dari ruang guru, salah satu dari ketiga anak itu mendorongnya dengan sengaja sehingga perutnya terkena ujung meja.

Perih.

Hanya itu yang ia rasakan. Keringat dingin mulai keluar di dahinya. Dengan sisa kekuatannya, ia berusaha meraih ponselnya. Ia menyalakan jam. Baru pukul tujuh. Dua jam. Apakah ia bisa bertahan ia sudah tidak tahu.

Tangannya terulur membuka aplikasi Line untuk meminta Joongki pulang lebih cepat. Ia tinggal mengirim pesannya saja, tapi ia takut nanti Joongki akan marah padanya.

Tapi perutnya..

"Andwae.. Ia sedang bekerja, sebaiknya tidak kuganggu," gumam Hyekyo.

Ia memejamkan matanya. Mungkin tidur sejenak akan membantunya. Meskipun rasa sakit di perutnya semakin menjadi-jadi.

(not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang