Esok harinya Hyekyo sudah merasa baikan. Benar-benar sehat malah, karena ia merasa cukup kuat untuk menghirup udara segar keluar rumah sebentar.
Pagi ini, ia bangun pukul sembilan tepat dan menemukan catatan yang ditinggalkan Joongki untuknya di pintu kamar.
Aku berangkat dulu. Kuharap kau sudah sehat. Kalau sudah, tolong beli makanan di supermarket karena persediaan di kulkas sudah habis. Di loker meja kerjaku ada kartu kredit. Pakai saja.
Hanya pesan singkat seperti itu. Awalnya Hyekyo tidak berniat melakukannya, terlebih karena kemarin ia 'bertengkar' sedikit dengan Joongki. Namun memang benar persediaan di kulkas sudah habis, dan perutnya sangat lapar. Belum lagi paru-parunya yang terasa sesak karena kemarin seharian di rumah saja.
Hyekyo memutuskan untuk berendam lima belas menit di kamar mandi. Lalu ia berpakaian, menyisir rambutnya dan bersiap-siap ke supermarket.
Karena supermarketnya lumayan dekat, Hyekyo berjalan kaki. Tak lupa ia membawa tasnya yang berisi dompet dan kartu kredit Joongki.
"Apa yang sebaiknya kubeli ya?" gumam Hyekyo sambil mendorong trolinya mengitari rak-rak di supermarket tersebut.
Hyekyo memasukkan lumayan banyak barang ke dalam troli. Sayuran, buah-buahan, daging, ikan, beberapa bumbu masak dan makanan ringan.
"Permisi, dimana saya bisa mendapatkan alat-alat dapur?" tanya Hyekyo pada petugas yang berdiri di dekatnya.
"Di sebelah sana," jawabnya sambil menunjuk ke arah kanan Hyekyo.
Hyekyo mengangguk lalu mengucapkan terimakasih dan pergi ke arah yang ditunjuk petugas tadi.
Ibunya ini keren sekali. Memberikan kepadanya alat-alat makan. Dan sendok sayur yang diberikan padanya bukan yang terbuat dari besi, melainkan dari plastik. Dan kemarin-kemarin sudah patah.
Hyekyo memasukkan sendok sayur yang baru, lalu diam sejenak. Kira-kira apa lagi yang perlu dibelinya? Mumpung kartu kredit Joongki ada di tangannya. Ia sendiri yakin jika Joongki tidak akan marah padanya jika ia menghabiskan isi kartu kreditnya.
Ayolah. Penghasilannya per bulan saja rasanya cukup untuk membeli sebuah gedung apartemen di kawasan paling mewah di Korea.
Hyekyo merasa bahwa sudah cukup. Karena kalau terlalu banyak belanja ia tidak akan mampu membawanya sendiri.
Setelah mengantri sepuluh menit, Hyekyo membayar belanjaannya. Belanjaannya menghabiskan tiga kantung keresek yang lumayan besar, sampai petugas kasir nya menawarkan troli untuk diangkut sampai ke parkiran. Namun Hyekyo menolak. lagipula dekat.
"Semoga sampai rumah The K2 sudah tayang. Aku tidak sabar menontonnya," gumam Hyekyo sambil berjalan ringan di trotoar.
Ia mengernyit bingung melihat mobil van hitam yang terparkir dua rumah di kanan rumahnya. Seingatnya, tetangganya yang satu itu mobilnya berwarna putih, bukan hitam.
"Mungkin tamu," Hyekyo menjawab pertanyaannya sendiri lalu berjalan tanpa rasa curiga sedikit pun.
Ia melanjutkan jalannya sambil bersenandung pelan. Begitu melewati mobil itu, tiga orang pemuda bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam menyergapnya.
Hyekyo hendak berteriak, namun tangannya keburu ditutup dengan saputangan berwarna putih. Dan sebelum ia sempat memberontak, kesadarannya sudah hilang.
.
Gelap.
Hyekyo tidak dapat melihat apa-apa begitu ia membuka matanya. Mulutnya disumpal dan kedua tangannya diikat ke belakang kursi yang ia duduki, begitupula kedua kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
FanfictionSong Hye Kyo tidak percaya ini. Masa ia harus menikahi laki-laki bernama Song Joong Ki yang tidak pernah dikenalnya, hanya karena perjodohan mereka dicantumkan dalam wasiat neneknya?