Thankyou for 30 votes :))))
Hyekyo turun dari mobil tanpa perlu repot-repot dibukakan pintunya oleh Joongki. Ia mengikuti langkah Joongki masuk ke dalam rumah yang megah (yang bagi Hyekyo sudah mirip istana), rumah Joongki sendiri.
Di dalam, ayah dan ibu Hyekyo dan juga Joongki sudah duduk di kursi meja makan. Joongki dan Hyekyo lagi-lagi duduk bersebelahan, di sisi kanan.
Makanan datang. Tanpa banyak bicara, semua langsung menyantapnya. Ayah dan ibu Hyekyo tampak terburu-buru, entah karena apa.
Setelah selesai makan dan makanan sudah dibereskan, ayah Hyekyo angkat suara. "Aku kira pernikahan mereka lebih baik diadakan di minggu ini."
Hyekyo langsung tersedak. Hendak melayangkan protes tapi melihat tatapan dari ibunya yang membuat mulutnya kembali bungkam.
"Ya, tentu saja. Lebih cepat lebih baik. Lagipula mereka sudah membeli gaun pengantin dan jas untuk Joongki. Kita juga sudah menentukan tempatnya. Lalu pernikahannya kapan? Supaya aku bisa memesan tempatnya lebih cepat." Balas ayah Joongki.
"Em, permisi. Memangnya kami akan menikah dimana?" Tanya Hyekyo.
"Hotel Shilla."
Hyekyo lagi-lagi tersedak. Astaga, ayahnya dan ayah Joongki tampak seperti benar-benar menginginkan pernikahan terbaik untuk putra dan putri tunggalnya ini.
"Bagaimana jika akhir pekan nanti?"
"Bisa dilakukan. Bagaimana menurut kalian, anak-anak?" Tanya ibu Hyekyo.
"Bahkan jika aku menolak aku juga tidak punya pilihan lain, kenapa menanyakan pendapat kami?" Balas Hyekyo dingin.
"Song Hyekyo," peringat ayahnya.
Hyekyo memutuskan untuk bangkit dan mengambil tasnya, tidak berniat melanjutkan percakapan ini. "Aku permisi."
Kemudian ia melangkah kembali ke arah darimana ia masuk. Namun bodohnya, setelah ia berbelok ke ruang tamu, ia malah tersesat. Ya. Tersesat dalam rumah sebesar itu.
"Ah pabbo. Aku benar-benar belok tadi, kenapa setelah aku belok sekarang ruangannya jadi beda?" Gumam Hyekyo.
Ia berjalan tak tentu arah sampai akhirnya kakinya pegal sendiri. Karena ia melihat satu kursi, akhirnya ia duduk.
"Aigoo, bagaimana mungkin namja itu masih dapat melanjutkan percakapan itu?" Gumam Hyekyo lagi.
Kelopak matanya terasa berat. Hingga lama-lama tanpa ia sadari, ia jatuh tertidur.
* * *
Hyekyo mengerjapkan matanya. Hal pertama yang ia lihat adalah langit-langit kamarnya. Ia mengernyit. Bukankah tadi ia tidur di sofa itu?
Ia menoleh dan mendapati Joongki duduk di sebelahnya, bersandar pada kepala tempat tidur dengan laptop di pangkuannya.
"Sudah puas tidurnya?" Tanya Joongki.
Hyekyo mengambil ponselnya di meja sebelah tempat tidur. Ia membelalakkan matanya melihat jam menunjukkan pukul satu dini hari.
"Hya! Kenapa kau tidak membangunkanku?" Tanya Hyekyo sambil merubah posisinya menjadi duduk.
"Malas."
Hyekyo berdecak sebal. Ia turun dari tempat tidur, membuka pintu lemari dan mengambil baju gantinya.
"Jangan mandi. Dingin."
"Lebih dingin kau dibandingkan dengan air yang kugunakan untuk mandi," cibir Hyekyo.
Hyekyo masuk ke kamar mandi dan mengganti bajunya, lalu keluar lagi. Ia juga tidak segila itu untuk mandi jam satu dini hari dengan air dingin.
"Apa yang kau kerjakan?" Tanya Hyekyo, beringsut mendekat ke arah Joongki yang masih memangku laptop nya. Tatapannya tidak berpaling sedetik pun.
"Tugas kantor," balas Joongki. Hyekyo mencibir. Tentu saja Joongki akan mengerjakan tugas kantor.
Hyekyo kembali berbaring lalu memainkan ponselnya sejenak, agar rasa kantuk kembali menyerangnya. Tapi nihil, karena nyatanya ia masih terjaga sampai sekarang.
"Sudah jam dua. Tidur. Besok kita akan ke universitasmu dan membagikan beberapa undangan untuk kenalan ayah. Ajak juga beberapa temanmu."
Hyekyo terdiam. Sejujurnya, ia sama sekali tidak mempunyai teman di sana. Bukan karena ia anak antisosial, melainkan karena anak lain yang menganggapnya sedikit aneh. Hobi Hyekyo secara keseluruhan berbeda dibanding anak yang lain. Jika yang lain senang berbelanja, Hyekyo lebih senang membaca buku. Jika yang lain senang minum minuman yang bagus untuk kesehatan, Hyekyo lebih suka minum kopi. Perbedaan-perbedaan kecil itulah yang justru membuat Hyekyo tidak ada teman.
"Aku harus mengundang temanku?" Tanya Hyekyo was-was. Entah siapa yang akan ia ajak nanti jika ia benar-benar harus melakukannya.
"Kau tidak ingin mengajak temanmu?"
"Yahh.. bukan begitu.. hanya saja.." Hyekyo gugup. Ia tidak tahu harus menjawab apa.
"Ya sudah kalau begitu undangannya simpan saja. Aku akan mengundang beberapa temanku. Jadi nanti jika setelah acara pernikahan selesai jangan mencari ku, karena aku akan bersama teman-temanku."
Hyekyo hanya mengangkat bahu. Berharap semoga besok baik-baik saja.
Semoga sekelompok anak itu tidak mengganggunya ketika tahu ia datang ke universitas diantar seorang laki-laki dengan mobil mewah. Apalagi jika laki-laki itu tampan.
Eh?
KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
FanfictionSong Hye Kyo tidak percaya ini. Masa ia harus menikahi laki-laki bernama Song Joong Ki yang tidak pernah dikenalnya, hanya karena perjodohan mereka dicantumkan dalam wasiat neneknya?