Pt 18

2.3K 175 21
                                    

Tawa keras Siwon membahana di ruangan itu, sementara Hyekyo sudah menangis meraung-raung dan menggerak-gerakkan tangannya dengan keras, berharap dengan melakukan hal itu ikatan tali di tangannya akan terlepas.

"Aigoo, ini lucu sekali. Aku mulai menyukai permainan ini," ucap Siwon sambil masih tetap tertawa.

"Ambil saja. Ambil. Semua yang aku punya. Kau mau saham di perusahaan ku? Ambil saja. Aku akan mengurusnya dengan ayahku nanti. AMBIL SEMUANYA TAPI DEMI TUHAN LEPASKAN IKATANKU DAN JANGAN BIARKAN JOONGKI MATI!!" jerit Hyekyo.

Siwon masih tertawa. "Baiklah, baiklah gadis kecil. Akan kulepaskan ikatanmu. Tapi sabar.. Kenapa simpulnya rumit sekali? Astaga, sialan. Anak buahku mengikatnya terlalu erat. Bagaimana ini? Tampaknya kau akan terikat terus sampai anak buah ku kembali dalam dua jam ini. Dan saat itu.. Aku yakin Song Joongki sudah tinggal nama saja di dunia ini." Kalimat terakhir dibisikkan siwon di telinga Hyekyo.

"Brengsek kau!"

Hyekyo menarik tangannya semakin keras dan akhirnya ikatan tali tersebut lepas dari tangannya. begitu terlepas, ia langsung melepaskan ikatan di kakinya dan berlari menuju Joongki yang sudah terkapar di tanah.

Ia menangis menjerit-jerit. Ia hendak menelepon ambulan namun ponselnya sudah hilang. Daerah ini terlihat sangat terpencil. Dan sementara itu Siwon sudah pergi meninggalkan Hyekyo dan Joongki di dalam gudang tak terpakai itu.

"Bajingan kau Siwon!" jerit Hyekyo.

Ia berusaha menggotong tubuh Joongki yang tentu saja terasa berat. Terlebih tangan dan kakinya lemas karena diikat begitu lama dan perutnya melilit karena belum sempat makan.

Setelah berjalan sebentar Hyekyo menemukan sebuah rumah sakit yang agak kecil.

Namun dengan berat hati dokter di sana menjelaskan bahwa peralatan di rumah sakit itu sudah lama dan harus diganti, dan mereka sedang menunggu alat tersebut datang.

Akhrirnya Hyekyo menelepon rumah sakit yang biasa ia datangi kalau sakit lalu meminta rumah sakit tersebut mengirimkan ambulan.

Sementara menunggu ambulan, Hyekyo masih menangis dan sambil menggenggam tangan Joongki ia berdoa dengan lirih.

"Bodoh. Kenapa kau kemari? seharusnya kau biarkan saja aku," lirih Hyekyo, masih menangis.

Sepuluh menit kemudian ambulan datang dan langsung membawa Joongki ke rumah sakit Seoul. Petugas medis di dalam ambulan tidak melakukan apapun, hanya diam setelah menyuntikkan cairan ke tubuh Joongki.

"Kenapa kalian tidak melakukan pertolongan pertama? Kenapa kalian hanya memandanginya? Inikah yang kalian lakukan sebagai petugas medis?!" jerit Hyekyo.

"Nona, mohon tenang. Kalau dia sehat, maka dia akan baik-baik saja."

"Kalian tidak seharusnya melakukan ini!!!" jerit Hyekyo lagi.

Setengah jam kemudian mereka tiba di rumah sakit. Para suster dan dokter yang berjaga di luar langsung mengambil alih Joongki dan membawanya ke ruang operasi.

"Nona, maaf. Kau harus menunggu di sini," kata seorang suster.

Hyekyo mengacak rambutnya frustasi. Ia bahkan tidak peduli dengan telapak kakinya yang lecet dan berdarah sedikit karena berjalan tanpa mengenakan alas kaki.

Dua jam ia habiskan di ruang tunggu. Ia tidak mengindahkan perutnya yang sedari tadi berbunyi karena lapar. Rasa nyeri di kakinya juga ia biarkan. Tidak ia cuci maupun ia obati.

Kemudian seorang dokter keluar. Raut wajahnya tampak bahagia, membuat harapan tumbuh di hati kecil Hyekyo.

"Nona, keadaan suami An-"

"Bagaimana keadaannya? Apa ia selamat?" potong Hyekyo.

"Operasinya berjalan dengan lancar. Perkiraan kami paling lambat dua minggu lagi ia akan sadar."

Hyekyo mengusap air matanya dan menghembuskan napas lega. Baru saja ia hendak mengucapkan terimakasih pada dokternya, seorang suster keluar dari operasi dengan wajah panik. Bajunya bersimbah darah.

"Dokter! Pasien mengalami pendarahan hebat. Ia membutuhkan tambahan darah!"

Lutut Hyekyo melemas seketika dan tubuhnya melorot ke lantai. Tanpa berkata apa apa lagi dokternya kembali masuk ke ruang operasi.

Hyekyo melipat tangannya dan berdoa dengan sungguh sungguh. Ia berjanji akan melakukan apa saja yang diinginkan keluarganya dan Joongki, asalkan Joongki selamat. Ia akan melakukan apa saja.

Ia bisa saja mendonorkan darahnya, namun sayangnya golongan darah Joongki adalah A dan Hyekyo adalah B.

Setengah jam keluar, dokter dan suster keluar dari ruang operasi. Hyekyo menutup mulutnya tak percaya ketika melihat raut menyesal dokter dan susternya.

"Kami minta maaf. Kami sudah berusaha sebaik yang kami bisa."

"Di saku jas pasien ada surat ini. Kami tidak membukanya. Mungkin ini untuk Anda," kata seorang suster dan menyerahkan suratnya.

Hyekyo mengambilnya dengan tangan gemetar, duduk di kursi dan membukanya perlahan.

Kepada istriku, Song Hyekyo.

Aku tidak tahu apa yang lebih mengerikan lagi ketika mendengar bahwa kau diculik. Aku sudah tahu ini ulah Siwon tanpa ia menampakkan batang hidungnya. Kami adalah musuh bebuyutan.

Maaf aku tidak cepat datang. Aku tahu ia tidak akan membunuhmu. Tujuan sesungguhnya ia menculikmu adalah supaya ia mendapat peluang emas untuk menyingkirkanku. Aku tau kamu takut. Maaf.

Aku menulis ini dengan kalut, maaf kalau tulisanku tidak rapi. Aku sengaja menulisnya untuk berjaga-jaga jika Tuhan mengambil waktu kehidupanku lebih cepat dari yang kuduga.

Pernikahan kita mungkin tidak didasari cinta. Kita mungkin menikah berlandaskan keinginan untuk membahagiakan orangtua kita. Terlebih untuk nenek kita yang sudah tenang di surga sana.

Kau benar-benar tidak menduganya sama sekali. Namun semenjak kita pergi ke kampus dan teman-temanmu mengganggumu, muncul hasrat di dalam diriku untuk lebih berhati-hati dan lebih siap melindungimu. Kau itu rapuh. Aku baru menyadarinya.

Setiap hari yang kita lalui bersama. Setiap menit yang kita habiskan untuk berbicara. Setiap detik yang kita habiskan untuk menatap satu sama lain. Setiap milidetik yang kita gunakan untuk berusaha mencintai satu sama lain. Dan setiap milidetik lainnya, aku menghargainya dan aku bersyukur diberi kesempatan untuk merasakannya.

Song Hyekyo. Kau harus hidup bahagia. Maafkan aku jika selama ini sikapku membuatmu tertekan. Maafkan aku jika selama ini perkataanku membuatmu kecewa.

Maaf dan terimakasih. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membalas semua yang telah kau perbuat demi kepentinganku.

Aku tidak pernah dekat dengan perempuan. Maafkan aku yang tidak tahu cara memperlakukan perempuan dengan baik. Terimakasih sudah memahamiku untuk itu.

Song Hyekyo, istriku.

Aku menyesal tidak bisa mengatakan ini secara langsung, tetapi.. Setiap hari yang kau habiskan untuk berpikir tentang perasaanmu. Aku ingin bilang bahwa itu tidak perlu.

Sama sekali tidak perlu.

Kenapa kau membuang-buang waktumu dengan berpikir apakah aku juga mencintaimu, padahal kau tahu jawabannya dengan sangat jelas?

Song Hyekyo, istriku. Kesayanganku.

Aku mencintaimu. Teramat sangat. Seluas langit yang menaungi hidup kita selama ini dan sedalam samudera yang tak terhitung dalamnya.

Aku mencintaimu, istriku. Berbahagialah untukku.

Song Joongki.






"Ak-aku j-ju-juga m-mencin-ta-imu, J-joongki. Sangat."

(not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang