Pt 11

2.4K 190 9
                                    

Hyekyo merasa bersalah. Jujur. Ia benar-benar merasa tidak enak karena nyatanya malam itu Joongki tidak pulang ke rumah. Hyekyo menunggu laki-laki itu di ruang tengah, menatap pintu dengan mata cemas.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Dan Joong Ki benar-benar tidak pulang, sehingga akhirnya ia menyerah dan memutuskan untuk tidur. Tidur dengan tersisip harapan esok akan bangun dengan kehadiran Joongki di sisinya.

* * *

Nyatanya keesokan harinya Hyekyo bangun dalam keadaan sama. Tidak ada tanda-tanda kehadiran Joongki. Bahkan telepon masuk pun tidak ada. Jangankan telepon, pesan maaf Hyekyo saja tidak dibaca.

"Aku bahkan tidak kenal satupun temannya untuk menanyakan keadaannya," gumam Hyekyo.

Ia memutuskan untuk menghubungi bosnya dan mengatakan hari itu ia ijin karena ada urusan. Ia sudah membulatkan tekadnya. Ia akan mencari Joongki.

Di kantor tidak ada. Di restoran dekat kantor tidak ada. Kebetulan memang sekarang sudah jam makan siang.

"Astaga, dia kemana," gumam Hyekyo. Matanya berkaca-kaca. Semua ini dari awal memang salahnya. Egonya yang memaksanya untuk bekerja. Mulutnya yang bicara tanpa dipikir terlebih dahulu. Semua ini memang salahnya.

Hyekyo menghentikan taksi yang ada lalu menyebutkan alamat rumahnya. Ia akan pulang saja untuk hari ini.

Hal pertama yang ia lihat adalah foto pernikahannya yang digantung di dinding di dalam figura besar. Senyumnya tampak cerah sekali saat itu.

Hyekyo jatuh terduduk. Air matanya mengalir deras. astaga. Sebegini besar pengaruh Joongki terhadap dirinya. Laki-laki yang dulu tidak disukainya karena harus menikah dengannya menjadi laki-laki yang saat ini dirindukannya sampai rasanya lehernya tercekik.

Sisa hari itu hanya ia habiskan dengan menangis. Bahkan ketika makan ia juga menangis karena teringat Joongki yang memaksanya makan supaya maag nya tidak kambuh lagi dan tidak perlu dirawat lagi.

Saat mandi ia menangis ketika melihat sikat giginya dan sikat gigi Joongki yang diletakkan bersebelahan. Hyekyo yang berwarna pink, dan Joongki yang berwarna biru. Lalu sabun yang dipakai Joongki, yang diletakkan di sebelah bathub. Ia selalu lupa mengembalikannya ke tempat semula.

Saat tidur ia menangis ketika menghirup aroma tubuh Joongki di sebelahnya, dan bantal yang digunakan untuk mengalasi kepalanya. Guling nya. selimutnya.

Semua yang ada di rumah ini mengingatkannya akan Joongki. Tentu saja. Bagaimana tidak.

Akhirnya jam sembilan malam, Hyekyo memutuskan untuk menginap di rumah orangtuanya saja. Ia mengirim pesan teks singkat bahwa ia akan menginap ke ibunya yang dibalas secepat kilat.

Hyekyo mengambil kertas dan pulpen. Setidaknya kalau Joongki pulang, Joongki tidak akan bingung kemana dirinya.

Kepada Song Joongki
Dari istrinya, Song Hyekyo

Aku minta maaf soal kemarin. aku akan jujur saja. Alasan utamaku bekerja adalah karena aku merasa bersalah. Uang hasil kerja kerasmu diam di kantor harusnya kau gunakan untuk keperluanmu sendiri. Kenapa kau harus membaginya denganku?

Kau bisa memakainya untuk membeli stok sabunmu, sabunmu tinggal sedikit dan kau tidak mungkin memakai sabunku yang beraroma melati atau kau akan dikira perempuan berambut laki-laki.

Atau bisa kau gunakan untuk membeli daging dengan teman-teman kantormu. Kau bisa minum-minum untuk melepaskan penatmu. Maaf, aku melarangmu untuk minum. Aku hanya takut kalau kau minum dan mengalami hal-hal buruk saat pulang.

Kau bisa menggunakannya pula untuk membeli tas, baju, celana, atau perlengkapan kantor yang baru. Aku tidak ingin melihat kau mencari dasimu di pagi hari. Kenapa seorang bos hanya punya empat dasi? Seharusnya kau punya lebih banyak. Begitupula dengan setelan resmi. Kau harus membeli itu.

Kebutuhanku tidak banyak. Orangtuaku sudah mencukupi sampai sekarang. Aku baik-baik saja. Aku tidak perlu uang banyak untuk berbelanja barang bernama sehingga bisa memamerkannya. Ingat, aku tidak ada teman untuk melakukan itu.

Joongki..

Tolong kembali. Aku benar-benar tersiksa tanpa kehadiranmu di sini. Aku minta maaf untuk semuanya. Aku janji akan menuruti apa saja kemauanmu jika kau mau memaafkan ku sekali ini saja.

Aku memutuskan untuk menginap di rumah orangtuaku selama seminggu. Jadi tenang saja, ini bukan pesan bunuh diri..

Kembali kesini, ya?

Aku menunggumu.

(not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang