Pt 20

2K 135 8
                                    

pentinggg...

trailernya sebenernya udah selesai, cuma aku ragu-ragu karna agak nggak nyambung jadi mohon maaf kalau waktu buat publish nya bertambah..

lalu, aku bukan pengedit video handal yang udah berpengalaman, jadi maaffff banget kalau nggak sesuai ekspektasi kalian..

((chapter ini pendek dulu))









"Halo. Senang bertemu denganmu lagi," kata pramugara itu.

Ralat, sebenarnya bukan pramugara. Hanya berpura-pura menjadi pramugara.

"Choi Siwon, bajingan kau!" desis Hyekyo.

(hayo yang ngira ini Joongki)


"Kenapa terkejut begitu melihatku?" tanya Siwon dengan tatapan mencemooh.

"Kemana kau selama ini? Setelah membunuh Joongki dan kabur begitu saja!"

"Aku? Memulihkan diri, mungkin? Menembak seseorang itu perlu tenaga yang besar, kau tahu."

Hyekyo menjerit kencang, sampai menarik perhatian seluruh penumpang pesawat. Bahkan pramugari yang membawa nampan berisi gelas kaca saja hampir menjatuhkan nampan saking terkejutnya.

"Maaf, Nona. Apa ada yang salah?"

Hyekyo melihat Siwon sudah hilang entah kemana. "Kemana dia?!" jerit Hyekyo.

"Maaf, Nona? Siapa yang Anda maksud?"

"Choi Siwon, orang yang pura-pura menjadi pramugara itu!"

"Nona? Maaf, tapi pesawat kami tidak menempatkan pramugara untuk penerbangan kali ini," kata pramugari di hadapannya.

Sontak Hyekyo tertegun. Apakah ia menjadi gila sekarang? Tapi ia yakin kalau ia benar-benar melihat sosoknya, Choi Siwon sialan itu.

Apa yang terjadi dengannya?

Yang ia sadari berikutnya adalah pramugari tersebut menyuntikkan sesuatu ke tangannya, sehingga ia perlahan merasa mengantuk dan kehilangan kesadarannya.


Pening.

Kepalanya pening sekali, entah kenapa. Hal pertama yang ia sadari adalah ia sedang berbaring di kasur sebuah hotel yang tampaknya lumayan mewah.

"Apa yang terjadi padaku?" gumamnya.

Hyekyo mengambil ponselnya yang sudah diletakkan di meja sebelah kasur nya, lalu menyalakannya. Terdapat notifikasi pesan dari asisten Kim.

Asisten Kim

Nona, kami dihubungi pihak pesawat kalau Anda berhalusinasi sehingga mereka terpaksa membiusmu. Saya yang meminta agar Anda dibawa ke hotel ini. Silahkan beristirahat dahulu. Besok pagi orang suruhan Nyonya akan tiba di sana dan membawa Anda ke rumah baru. Terimakasih.



Hembusan napas kesal meluncur dari mulut Hyekyo. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya sekarang. Semuanya kacau, dan tidak ada yang berjalan sesuai dengan kehendaknya.

Song Joongki.

Laki-laki itu datang tanpa permisi, mengisi hari-harinya, memporak-porandakan perasaannya dan kini meninggalkannya begitu saja. Pergi tanpa memberi pamit yang layak. Pamit yang ia dapat justru pamit berupa surat. Surat yang seharusnya tidak ia baca.

Karena kalau ia membacanya, itu berarti ia harus mengakui bahwa Joongki tidak lagi di sisinya.

Sekarang jam menunjukkan pukul tujuh malam waktu Kanada. Tanpa sengaja saat ingin membuka kontak untuk menghubungi ibunya bahwa ia sudah sampai, tangannya memencet galeri. Lalu fotonya dan Joongki timbul begitu saja, tanpa menyadari efek yang ditimbulkannya pada Hyekyo sendiri.

Joongki sudah tidak disini..

Joongki sudah tidak menemaninya lagi..

Joongki sudah pergi, dan ia pergi untuk menyelamatkan nyawanya..

Joongki pergi..

Tidak ada yang dapat dilakukannya tanpa kehadiran pria itu. Memasak makanan yang benar-benar pantas dimakan pun ia tidak bisa. Mengambil bumbu masakan di rak paling atas ia tidak bisa. Berbelanja dengan lengkap tanpa kurang apapun ia juga tidak bisa.

Hidupnya sekarang berbeda. Dan ia sakit hati mengakui bahwa itu semua benar adanya.

Joongki sudah mati meninggalkannya.

Tiba-tiba pintu ruangannya diketuk.

"Permisi, layanan kamar."

Hyekyo menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya dengan kasar. Ia berdiri lalu pergi ke pintu. Mungkin Asisten Kim meminta hotel untuk mengantarkan makanan.

Ia membuka pintu dengan pelan dan terkesiap mendapati orang di depannya.

Kali ini, ia tidak berhalusinasi.

Sama sekali tidak.

Air mata Hyekyo menggenang di pelupuk matanya.

"Kenapa kau meninggalkanku?" tanya Hyekyo lirih lalu menghambur ke pelukannya.

(not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang