"Aku berangkat," kata Joongki. Hyekyo mengangguk pelan dan mengantar Joongki ke pintu.
Semenjak kejadian Hyekyo dirawat di rumah sakit, entah kenapa Joongki jadi bersikap lebih lembut padanya, dan itu membuat hubungan mereka semakin dekat.
Joongki baru hendak keluar dari pintu kemudian berbalik lagi menghadap Hyekyo.
"Kenapa? Ada berkas yang kelupaan?" tanya Hyekyo.
Joongki menggeleng. "Aku hanya melupakan satu kewajiban suami kepada istrinya."
Hyekyo menaikkan alis, bingung. Kemudian ia terkesiap saat Joongki mengecup dahinya. Singkat saja. Tapi cukup untuk membuat Hyekyo tersenyum sepanjang hari.
* * *
"Selamat datang!" Hyekyo menyapa ketika seorang perempuan masuk ke dalam kafenya.
Perempuan itu mengangguk lalu memesan kopi ke Hyekyo yang bertugas di kasir. Setelah mencatat pesanannya dan menyerukannya pada pembuat kopi di dapur belakang, ia menyebutkan harga, lalu perempuan tersebut duduk di kursi dekat jendela.
Hari ini adalah hari pertamanya bekerja. Karena kafe ini memang kekurangan pegawai, ia harus merangkap tugas sebagai kasir dan pelayan yang membawakan kopinya.
Setelah kopinya selesai, ia mengantarkannya pada perempuan tersebut. Ia mengucapkan selamat menikmati, lalu kembali ke kasir.
Begitulah yang dilakukannya sepanjang hari. Sampai jam menunjukkan pukul empat sore. Shift nya sudah selesai, dan sekarang pergantian pegawai.
Hyekyo merapikan rambutnya, melepas apron kafenya, lalu mengambil tas miliknya di ruang loker.
"Aku pulang!" Pamit Hyekyo pada seorang perempuan yang menggantikan tugasnya.
Hyekyo berjalan keluar dari kafe, lalu berlari mencari taksi. Setelah ketemu, ia mengucapkan alamat rumahnya dan meyakinkan diri bahwa Joongki belum pulang.
Tiba di rumah, ia menghembuskan napas lega ketika tidak melihat mobil Joongki di pekarangan. Setelah membayar ongkos taksi, ia keluar dan masuk ke dalam rumah, menyalakan lampu dan berganti baju.
"Aigoo, hari pertama sungguh melelahkan," gumam Hyekyo. Ia berjalan ke kotak obat dan mengambil koyo lalu menempelkannya ke bahunya.
Pukul satu itu jam makan siang. Banyak sekali orang yang datang, dan itu mengharuskannya bergerak cepat. Sekarang tangan kirinya sakit, karena saat mengantar pesanan, ia harus membawa nampan dengan tangan kiri saja, tidak dengan tangan kanan. Dan jika pesanannya banyak, itu yang menyusahkannya.
Ia memutuskan untuk memejamkan matanya dan tidur sejenak. Tak lupa ia memasang alarm pukul enam, supaya ia mandi sebelum Joongki datang. Joongki tidak akan senang jika pulang kantor dan mendapati Hyekyo dalam keadaan belum mandi, muka kusut dan sebagainya.
Astaga, apa sih yang di pikirannya? Hyekyo merutuk sendiri.
Ia memasang alarm, lalu memutuskan untuk berbaring di sofa. Tak sampai lima menit, ia sudah pulas.
* * *
Hyekyo membuka matanya dan mendapati jika seisi rumah sudah terang. Televisi dalam kondisi menyala, memutarkan berita entah tentang apa. Lalu terdengar musik mengalun dari dapur dan bau harum masakan.
Otaknya masih mencerna apa yang terjadi ketika ia melihat jam yang menunjukkan pukul setengah delapan.
Astaga.
Berarti joongki sudah datang. Dan ia belum mandi. Kenapa alarm nya tidak bunyi?
Hyekyo mengambil ponselnya dan merutuk ketika mendapati baterainya habis.
"Eoh, kau sudah bangun?" Tanya Joongki.
"Kapan kau pulang?" Tanya Hyekyo, tidak mengindahkan pertanyaan Joongki.
"Baru saja. Lebih baik kau mandi dulu, setelah itu ayo kita makan malam."
Hyekyo berlari ke kamar, mengambil baju, lalu masuk ke kamar mandi dan mandi. Bodoh. Astaga. Mukanya sangat jelek saat ia tidur dan Joongki melihatnya. Benar-benar memalukan.
Setelah mandi, Hyekyo berjalan ke ruang makan di dekat dapur. Di meja makan sudah ada masakan yang dimasak oleh Joongki, diletakkan di piring kecil berwarna putih.
Saat makan, tiba-tiba Hyekyo bertanya. "Mm.. menurutmu bagaimana jika aku kursus?"
Joongki menaikkan kepalanya, menatap Hyekyo. "Kursus apa? Kenapa?"
"Kursus memasak. Karena aku tidak bisa memasak banyak makanan."
"Kurasa tidak hanya itu alasannya," balas Joongki sambil meletakkan sumpitnya, menunggu Hyekyo melanjutkan kata-katanya.
"Mm.. ya.. aku merasa bersalah tidak bisa menjadi seperti istri lainnya yang memasakkan makanan untuk suaminya saat pagi dan malam hari. Aku merasa bersalah tidak bisa memasakkan makanan untuk kau bawa sebagai bekal supaya ada makanan untuk kau makan saat makan siang tanpa perlu keluar kantor," kata Hyekyo cepat. Astaga. Pipinya memanas.
Joongki terkekeh, membuat Hyekyo semakin salah tingkah.
"Jangan tertawa, aku serius," gumam Hyekyo pelan, tapi masih dapat didengar oleh Joongki.
"Arasseo. Kau boleh kursus. Kapan? Aku akan mencarikan tempat kursus yang bagus. Tidak perlu waktu lama."
"Mm.. bagaimana jika setiap Sabtu?" Tanya Hyekyo. Mumpung hari Sabtu ia tidak bekerja.
"Kau tidak akan bisa memasak dengan baik jika melakukannya seminggu sekali. Begini saja. Aku sudah memutuskan."
"Apa?"
"Kau bisa kursus memasak denganku. Setiap pagi, dan setiap malam."
KAMU SEDANG MEMBACA
(not) Perfect
FanfictionSong Hye Kyo tidak percaya ini. Masa ia harus menikahi laki-laki bernama Song Joong Ki yang tidak pernah dikenalnya, hanya karena perjodohan mereka dicantumkan dalam wasiat neneknya?