Pt 2

3.1K 208 7
                                    

Hyekyo menatap tidak percaya kepada dua orang di hadapannya ini.

"Appa, eomma, aku belum menikah, kenapa harus tinggal berdua dengan Joongki?"

"Sudah appa bilang, ini semua ada di dalam wasiat nenekmu. Lagipula kau tidak ingin membalas kebaikan nenekmu? Nenekmu menikahkanmu dengan Joongki karena dia pria yang baik. Nenekmu sudah tahu benar itu."

"Aku sudah berbaik hati melepaskan masa mudaku dengan menikahi pria yang bahkan hanya kuketahui namanya saja. Kenapa aku harus menurut untuk tinggal berdua dengannya?"

"Karena kau tidak akan bisa jika tidak tinggal dengannya, Song Hyekyo."

"Kenapa? Karena kartu kreditku diblokir? Aku bisa bekerja sambilan untuk memenuhi kebutuhanku."

"Maka appa akan membuatmu diberhentikan dari pekerjaanmu apapun alasannya dan bagaimanapun caranya. Sudah. Appa tidak mau ada bantahan lagi."

Setelah orangtuanya pergi, Hyekyo terduduk lemas di kursinya. Makan malam baru saja usai, tapi perutnya sudah terasa kosong dan mulas.

Hyekyo duduk diam sampai sepuluh menit lebih. Meratapi nasibnya. Kemudian pembantunya datang sambil membawa koper putih yang ia yakini sebagai miliknya dan tas traveling bag miliknya pula.

"Tuan Song ingin anda pergi ke rumah baru anda sekarang juga. Di depan Sopir Jang sudah menunggu."

Hyekyo menggeret kopernya dan menenteng tasnya ke mobil. Yah.. lagipula ia tidak punya pilihan lain.

* * *

Hyekyo menatap layar hitam lebar yang menayangkan serial drama favoritnya ini dengan tatapan tidak berminat. Bahkan Nam Joohyuk yang memerankan Dewa Air sebelumnya tampak sangat memesona baginya, tapi entah kenapa sekarang wajah tampan itu tampak biasa saja.

Ia mematikan televisi di kamarnya itu lalu mengambil dompet dan mantelnya. Ia akan pergi ke supermarket di seberang jalan untuk membuat mi instan. Percuma saja. Joongki tidak akan membiarkannya makan mi instan.

"Kemana?" Ucapan dingin itu menghentikan langkah Hyekyo yang hampir mencapai pintu.

Joongki, laki-laki itu duduk dengan kaus lengan panjang hitam dan celana panjang putihnya di sofa ruang tamu, membaca bukunya. Ia sudah berada dalam posisi itu selama dua jam.

"Supermarket," balas Hyekyo pendek. Ia sedang tidak ingin berdebat saat ini. Perutnya meronta-ronta minta makanan.

"Hujan."

"Geotjimal. Mana ada hujan turun di musim semi seperti ini?!"

Tepat setelah mengatakan itu, petir menggelegar dan kilat menyambar. Membuat Hyekyo memanyunkan bibirnya dan kembali ke kamarnya dengan malas.

Di kamar, ia menyalakan ponselnya dan memutuskan untuk menjawab chat dari teman-temannya yang menanyakan kenapa apartemennya kosong. Ia beralasan pindah karena ada hantu di apartemennya.

"Hya, Song Hyekyo, mandi sana! Eomma mengajak makan malam."

Hyekyo mendengus. "Kau saja, aku malas."

Hyekyo kembali bergelung di dalam selimutnya, tidak mengacuhkan Joongki yang berdiri di pintu kamarnya dengan tangan dilipat di depan dada.

"Mandi."

"Tidak. Aku mau tidur. Tidak tahukah kau jika aku mengantuk?"

"Bagaimana tidak mengantuk jika yang kau lakukan hanyalah menonton drama tidak jelas itu?"

Hyekyo tidak menggubrisnya. Ia memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur.

Baru saja hendak tidur selimutnya ditarik dengan paksa, membuat Hyekyo berteriak kesal.

"Kau tidur di sofa jika tidak mandi sekarang," ancam Joongki.

"Ya. Ya. Ancam saja aku terus seperti namja pengecut. Astaga, apa pria seperti kau bahkan tau bagaimana cara menghadapi wanita?"

Tanpa Hyekyo duga, setelah itu Joongki berjalan mendekatinya, menyelipkan tangannya di bawah lutut dan kepala Hyekyo lalu mengangkatnya menuju kamar mandi.

"Hya! Turunkan aku! Dasar pria mesum! Byuntae!"

"Kau mau kuturunkan?" Tanya Joongki. Matanya melirik ke manik mata Hyekyo.

"Tentu saja. Kenapa kau bertanya lagi?"

BRUKK

Sedetik kemudian Hyekyo sudah berada di lantai. Joongki begitu saja melepaskan pegangannya. Membuat Hyekyo mengelus-elus bokongnya.

"Dasar tidak tahu diri!" Jerit Hyekyo sambil menendang tulang kering Joongki.

"Mandi. Kutunggu lima belas menit lagi. Dan jangan berani-berani kembali tidur atau kau tidak kuberi makanan."

Lagi-lagi, Hyekyo hanya bisa pasrah.

(not) PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang