1.7

928 146 17
                                    

Pikiran Arin mulai kacau dan terkesan kemana-mana.

Masuk di nalar?

Gak, bahkan gak sama sekali.

"Arin, lu ngumpulin kita cuman mau ngomongin ini? Atau ada lagi? Gua ngantuk, Rin." Ujar Yoojung yang emang daritadi udah nguap mulu.

Cewe yang sedaritadi bengong itupun akhirnya tersadar.
"Udah kok, Jung. Kalo lu mau tidur duluan mah sok aja."

"Bener ya? Yaudah, gua duluan ya."

Cewe berbadan mungil itupun langsung balik ke kamarnya buat tidur.

Dan sisanya, masih bertahan di ruang tengah.
Tenggelam dengan pikiran masing-masing.

"Hhh, kata gua ini karma buat kita."

Sontak baik Arin, Jihoon, sampe Dino langsung mengalihkan pandangannya ke Woojin yang ujug-ujug ngomong kayak gitu.

"Iya, lu pada sadar gak sih? Selama ini sifat sama sikap kita bejat? Gak usah bandingin sama yang lain. Tapi, ngaca sama kita sendiri! Kita udah terlalu di ambang rata-rata. Dan kita udah masuk kategori sampah masyarakat! Sex bebas, kehidupan malam, alkohol, rokok. Gua juga salah satu pelakunya, dan see gua ada di sini bareng kalian, dan dapet karma bareng."

Bener, semua yang Woojin bilang bener.
Ini semua bisa dibilang karma atas semua perilaku kotor mereka.

"Maafin gua, kalo gua gak nulis nama-nama kalian di buku itu, mungkin kejadian dan keadaannya gak kayak gini."

Arin masih mikirin semua ucapan Woojin maupun Dino.
Dua-duanya hampir sama, maksudnya semua yang mereka omongin ada kaitannya dengan semua kejadian aneh ini.

"Gua gak tau gimana akhirnya, cuman gua minta. Penjagaan perketat, kita gak tau bakal kayak gimana lagi kejadiannya yang bisa buat kita bernasib sama kayak yang kemaren."

Iya, gak ada cara lain, selain apa yang Jihoon katakan.

Tapi, percayalah, kekuatan mereka berbanding jauh dengan kekuatan gaib.

Who know's?

---

Dan tepat tengah malam tiba. Udah tidak ada penghuni yang mendiami ruang tengah.

Semuanya udah berada di kamarnya masing-masing.
Tapi, bukan berarti mereka udah masuk ke alam mimpi.

Tinggal, Arin dengan Jihoon yang masih bertahan membuka matanya. Pikiran mereka kacau sangat.

Gak ada angin gak ada hujan, cowok yang terkenal dengan winknya itu mengirim chat kepada Arin, gak peduli ceweknya Mark itu udah tidur atau belum.

Di sisi lain, di kamar Arin. Cewek itu emang belum tidur.

Ia masih berkutik dengan pikirannya sambil muter-muterin hpnya yang tiba-tiba aja bergetar hampir buat dia ngelempar benda itu.

"Sialan, siapa sih yang nge-chat malem-malem?" Gerutu Cewek asal Busan tersebut.

Dibukanya layar hpnya dan tertera nama Jihoon di sana yang menandakan bahwa cowok gembul itu belum tidur.

From : Jihoon Ndut

'Rin, gua gak tau lu udah tidur atau blm, tpi gak tau kenapa gua yakin lu blm tidur. Sumpah, Rin, gua gak bisa tidur. Bayang2 pengkhianat yg dikatain buku itu menuhin pala gua. Pusing, jir.'

'Gua gak tau hrs ngomong ini ke siapa, tpi, karena lu termasuk org yg hampir khatam sama buku itu dan punya otak paling dingin jdinya yaudah gua ngomong ini k lu.'

Jeder!!!!

Tiba-tiba aja ada petir yang gak jelas datengnya darimana.
Padahal cuaca hari ini harusnya cerah dan gak ada petir atau hujan. Itu menurut prakiraan cuaca.

Dan karena petir itu juga, hp Arin tidak sengaja kelempar kearah Mark yang ada di sebelah kanannya.

Setidaknya, hpnya gak jatuh, kan sayang mahal buat benerinnya.

Jujur aja, Arin kaget setengah mati ngeliat apa yang Jihoon kirim ke dia. Dia gak tau kalo buku itu bahas tentang pengkhianat yang dia juga gak tau siapa.

Netranya melirik kearah Mark yang kini tengah tertidur pulas.
Sikap Mark ke Woojin yang super aneh belakang hari ini membuatnya juga semakin pusing.

Ia gerakan tangannya untuk mengusap surai hitam milik kekasihnya itu.

"Aku gak tau apa yang kamu pikirin tentang Woojin. Tapi, aku rasa ini semua siasat adu domba supaya kita nuduh Woojin, dan si buduk itu jadi korban selanjutnya."

Chuu~

Arin mencium sekilas kedua kelopak mata Mark dan beralih kepada sebuah benda manis yang selalu menjamahinya.

Dan baru saja Arin ingin melepaskan ciumannya pada bibir Mark. Cowok itu menahan tengkuk milik Arin dan membuat ciuman mereka semakin dalam.

Arin gak tau kapan kekasihnya itu tersadar akan kelakuannya.
Dan kini, Arin udah berada di atas tubuh Mark tanpa melepaskan kontak bibir mereka.

Baru aja tangan Mark mau masuk kedalam kaos abu-abu Arin, cewek itu langsung nahan dan melepaskan ikatan bibir mereka.

"Sejak kapan kamu bangun?"

Kekehan kecil terdengar dari cowok itu. Perlahan cowok bermarga Lee itu membuka matanya dan menampakan kekasihnya kini yang udah mengerucutkan bibirnya sebal.

Mark pun membalikan badannya dan membuat Arin berada di bawahnya saat ini.

"Kapan aku bangun? Hm, saat kamu cium mata aku. Hahahaha."

"Ih kan, nyebelin!"
Sebuah pukulan ringan mengenai dada bidang milik Mark yang terbungkus oleh kaos putih polos.

Tangan kiri Mark bergerak menelusuri setiap helai surai milik kekasihnya. Dan menyelipkan anak rambut ke telinganya.

"Aku mencintaimu."

Arin pun tersenyum kedua tangannya ia kalungkan ke tengkuk milik Mark dan langsung menariknya yang membuat jarak di antara mereka terhapus hingga jarak antar hidung.

Gak ada yang berbicara, tapi seolah mata mereka yang berbicara.
Hembusan nafas terasa di wajah Arin dan Mark.

Gak ada yang mau kehilangan satu sama lain. Dan gak siap buat kehilangan satu sama lain.

Bibir Arin memulai duluan untuk mencicipi bibir sang kekasih, dan tentunya dibalas oleh sang empunya.

Meluapkan bagaimana cinta dan kasih mereka di sana, tanpa peduli apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.

---

Jihoon masih belum terlelap. Dan masih menunggu balasan dari Arin yang ia yakini belum tidur.

Dan tepat ponselnya bergetar, Woojin juga ikut terbangun.

"Jin? Napa bangun lu?" Ucap Jihoon yang ngeliat Woojin bangun tiba-tiba sambil megangin 'masa depan'nya.

Woojin pun ngeliat kearah Jihoon dengan mata yang belum sepenuhnya kebuka.
"Belet, pipis gua, anjing."

Dan langsung ngibrit keluar.

Jihoon hanya terkekeh pelan melihat kelakuan teman seperjuangannya itu. Dan kembali beralih pada ponsel hitam miliknya.

From : Arinnie 🐰

'Gila! Demi apa, Hoon?! Lu gak bermaksud buat nuduh Woojin, kan? Kata gua mah ya, ini tuh siasat adu domba, Hoon. Biar kita semua curiga ke dia dan dia jdi korban selanjutnya. Gua gak tau ini masalah mau berakhir kayak gmn, tpi yg jelas.'

'Gua ngeliat ada org lain di tempat ini. Tdi, siang gua liat ada org yg sembunyi di balik pohon. Gua gak yakin dia sapa. Tpi, ngeliat gerak-geriknya sekilas, gua kyk lgi liat Bae Jinyoung.'
























T
B
C

Never ♤ 99 LinerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang