Author pov
Kini, Mark sama Jihoon masih nunggu Arin bangun.
Keringatan udah bercucuran dari pelipis cewek itu, sementara hari udah mulai malem bertanda Woojin bakal balik bentar lagi.
"Eh, Hoon. Chaeng sama Dino kok gak ada suara ya? Perasaan beberes aja lama sih dalam situasi genting kayak gini."
"Yeh, namanya juga bucin. Nyadar diri dong, lu juga sering kayak gitu, bangke."
"Iya tah?"
"Yeh, geblek."
Jihoon cuman muterin matanya males. Kalo udah nyangkut sama yang namanya bucin, udah mending menghindar aja dia mah, jomblo mau gimana atuh. Sementara Mark, cowok itu cuman cengengesan aja dapet hujatan halus dari sahabatnya.
Dan kembali, fokus mereka pada Arin. Terlihat dari kelopak cewek itu, terlihat panik dan sepertinya akan bangun.
Hingga..
"AHHH!!!"
"Arin!!!"
Manik itu langsung mendapati sosok Mark saat pertama kali matanya terbuka. Dan tanpa aba-aba, dirinya langsung meluk kekasihnya itu. "Demi tuhan, buku itu terkutuk dan gimana caranya harus ada yang selesein, sebelum pemeran utama ngabisin kita semua!"
"Tenang, Rin. Tenang, tarik nafas dulu, biarin jiwa kamu tenang, jangan dipaksain buat ngungkapin apa yang kamu liat tadi.''
Cewek itu menggeleng kuat, "domba juga bisa dihabisin sama pemeran utama, apalagi peran utama domba, dan gua ga-- DINO!"
Manik Arin membelalak melihat sosok Dino yang datang dengan tangan penuh darah dan tatapan sendu penuh rasa bersalah. Sontak, reaksi Arin mengundang perhatian Mark dan Jihoon.
"Maafin gua."
Cuman kata itu yang bisa Dino ucapin. Sumpah, Jihoon sama Mark masih gak ngerti sama situasi yang lagi terjadi. Sebenarnya Dino kenapa dan di mana Chaeyoung?
"G-gua yang bunuh temen-temen kita selama ini."
"APA?!"
Dua cowok itu langsung berdiri saking kagetnya dan menatap Dino gak nyangka. Sementara Arin terlihat seolah dia udah tahu tentang pembunuh aslinya adalah Dino, orang yang memulai permainan konyol dengan buku itu.
"I-iya, gua tahu ini salah gua, walaupun gua bunuh yang lain tanpa sadar. Kayak ada yang gerakin diri gua buat bunuh mereka semua. Semuanya bukan salah Woojin. Dia gak bunuh siapapun, dan dia gak tahu apa-apa. Gua yang bunuh anak-anak termasuk Chaeng pacar gua sendiri." Ucap Dino sambil menunduk dalam dengan rasa bersalah yang amat sangat, sembari ngeliat tangannya yang penuh darah sang kekasih.
Cewek yang sedaritadi diem dan menatap anteng sahabatnya itupun ikut berdiri, seperti ingin berbicara sesuatu.
"Gua udah tahu dari mimpi tadi. Bahkan seluk beluk buku itu. Sang utama domba, sang utama guardian, pemeran utama, bahkan sang pembunuh. Dan takdir bodoh di buku itu bisa diubah, kita bisa tetap hidup, jika bisa menamatkan buku itu dengan 10 kalimat terakhir untuk mengubah semuanya."
Dino yang sedaritadi hanya diam, kini menggeleng kuat menunjukkan kalo dia gak setuju sama pendapat sahabat cewek terakhirnya yang bertahan hidup, "gak, Rin. Biarin gua mati di tangan pemeran utama, kalian aja yang tetep hidup. Biar gua yang mati buat nanggung semua kebodohan gua ke anak-anak dan Chaeyoung."
Jihoon mengusap wajahnya kasar. Dia makin bingung sama situasi sekarang, apa yang harus dia perbuat. Sementara di hadapan mereka semua masih ada buku itu. Jika, emang semuanya bisa selesai dengan menulis 10 kalimat penutup, kenapa harus ditunda?
"Tap--"
Prang!!
Ucapan Arin terpotong saat sebuah suara pecah yang berasal dari jendela belakang mereka terdengar, dan bertepatan dengan suara pecahan itu, sebuah batu berbentuk bulat sempurna menggelinding hingga menyentuh ujung kakinya.
"Dapet!!! Kan, gua bilang apa Nyoung! Si Arin domba utamanya, ngeyel sih lu gua bilangin, dasar muka kecil!"
"Gak semua orang buluk gak tau diri kayak lu kan, Kak?"
Dua suara orang tanpa wujud itu terdengar beriringan setelah suara pecahan kaca yang menyebabkan jendela di belakang mereka bolong tanpa kaca.
Hingga dua buah sosok manusia keluar dari jendela yang udah pecah kacanya itu. Dua sosok yang mereka kenal dekat selama ini.
"Hai, teman! Bagaimana kangen gak gua ngilang beberapa hari ini?"
"PARK WOOJIN?!!!"
T
B
C
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ♤ 99 Liner
Mystery / ThrillerDipermainkan sama sebuah buku kramat, dan gilanya apa yang tertulis di sana menjadi kenyataan Dan setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, apakah ini? Semuanya seakan lenyap dalam satu jentikan