Setelah kematian Mina, cewek bernama asli Choi Yewon itu lebih banyak menghabiskan waktunya di kamar.
Lebih tepatnya mengurung diri.
Benar apa yang Jihoon katakan sebelum Mina meninggal. Akan menjadi trauma bagi Arin, dan bener semua itu.Tak jarang juga, Jihoon mengunjunginya, tapi terus diusir tanpa mempedulikan sikap baik Jihoon.
Lalu, gimana dengan Mark?
Cowok itu tetap berada di sebelah sang kekasih. Gak mungkin dia ninggalin Arin, apalagi dalem keadaan ceweknya yang trauma kayak gini.
Sebenernya, Arin gak terlalu stres tentang kematian Mina.
Pikirannya lebih kalut sama Woojin asli, yang sekarang gak tau di mana keberadaannya."Woojin, lu di mana? Siapa yang nyulik lu?"
Air matanya keluar lagi. Dadanya sesak mengingat gimana semua kejadian begitu cepat terjadi.
Tok! Tok!
Hampir aja dirinya loncat dari kasurnya, saat mendengar ketukan yang berasa dari jendela kamarnya.
"Anjing! Siapa di sana?!" Teriak Arin pas ngebuka jendelanya.
Tapi, yang dia dapetin cuman secarik kertas yang tertempel di kaca jendela.
Penasaran, cewek itu menyabut kertas tersebut dan membacanya.
Yang ternyata berisikan tentang sebuah pesan yang membuatnya terkejut bukan main.
'Kalo lu sadar tentang ilangnya Woojin asli, tolong tetep diem. Woojin aman sama gua. Yang penting sekarang adalah lu selesein dulu buku kramat itu. Lu gak perlu tau gua siapa dan tetep awasin Woojin palsu itu.
Jn'
"Rin?"
Cewek itu reflek nyembunyiin secarik kertas tadi di kantung celananya. Berusaha terlihat biasa di hadapan pacarnya, Mark.
"Kenapa, Mark?"
"Makan siang yuk, mau aku bawain ke sini atau ikut makan di luar?"
Sebenernya, Arin mau aja keluar dan nemuin semua temen-temennya yang pasti udah kangen sama dia.
Tapi, kehadiran Woojin palsu itu meresahkannya amat sangat.
"Aku akan menyusul."Seperti mendapatkan sebuah jawaban yang diinginkan. Mark langsung meluk badan Arin.
"Aku tau, kamu cewek kuat. Ada berbagai alesan di mana seseorang melakukan itu. Tenang, yang lain tidak menyalahkanmu, mereka bahkan merindukanmu, sayang.""Makasih, udah percaya sama aku. Dan tolong, jangan tinggalin aku."
Chuu~
Bibir lembut itu mengecup bibir manis milik kekasihnya. Bibir yang udah lama gak ia cicipi itu akhirnya ia nikmati saat ini.
Seakan menjadi santapan siangnya, Arin menikmati setiap lumatan yang cowok Kanada itu berikan.
Tangannya ia kalungkan ke leher sang empunya, menikmati bagaimana alurnya terjadi.
"Kurasa aku menemukan makan siangku yang lezat."
Sementara Arin, ia hanya tersenyum simpul sembari menyembunyikan pipi yang mulai memerah.
"Baiklah, jika kamu gak nolak."
Mark ngejatuhin Arin ke kasur dan menindihnya. Kembali seperti aktifitas sebelumnya, saling melumat dan bertukar kenikmatan.
Desahan-desahan mulai keluar dari sela kedua bibir Arin, tatkala seorang Mark mencumbui lehernya tanpa ampun, dengan tangan yang mulai berkeliaran liar di bawah dan di atas bagian sensitif milik Arin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never ♤ 99 Liner
Mystery / ThrillerDipermainkan sama sebuah buku kramat, dan gilanya apa yang tertulis di sana menjadi kenyataan Dan setiap perbuatan pasti akan ada balasannya, apakah ini? Semuanya seakan lenyap dalam satu jentikan